Menuju konten utama

Peneliti: 92 Persen Penderita HIV Cina karena Seks

Sebuah lembaga penelitian Asia Catalyst menemukan sumber penyakit lebih dari 92 persen dari 104.000 penderita HIV di Cina yang didiagnosis pada 2014 berasal dari hubungan seksual, sebagai tindakan pencegahan pemerintah Cina memberikan kondom gratis kepada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan mengalokasikan dananya setiap tahun untuk pengadaan kondom yang dibagikan kepada penduduk berisiko, termasuk pekerja seks.

Peneliti: 92 Persen Penderita HIV Cina karena Seks
ilustrasi. Malam renungan aids nusantara merupakan kegiatan kemasyarakatan yang diselenggarakan setiap tahun secara serentak di sejumlah daerah. Antara foto/Aprillio Akbar.

tirto.id - Sebuah lembaga penelitian Asia Catalyst menemukan sumber penyakit lebih dari 92 persen dari 104.000 penderita HIV di Cina yang didiagnosis pada 2014 berasal dari hubungan seksual.

Cina memberikan kondom gratis kepada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan mengalokasikan dananya setiap tahun untuk pengadaan kondom yang dibagikan kepada penduduk berisiko, termasuk pekerja seks.

Pada saat sama, polisi sebagai aparat berwenang menindak tegas aktivitas seksual yang dianggap ilegal di Cina. Polisi setempat akan mencari kondom jika menangkap pekerja seks.

"Saat polisi menangkap pekerja seks, mereka mencari kondom dan akan menyurutkan keinginan pekerja seks untuk membawa dan menggunakan kondom," kata Direktur Advokasi, Kebijakan, dan Riset Asia Catalyst Tingting Shen.

"Di antara mereka yang diinterogasi polisi pada tahun lalu, tingkat penggunaan kondom jelas rendah," kata Shen dalam wawancara melalui Skype dari Beijing.

Kementerian Keamanan Publik Cina tidak berhasil dimintai komentar dan tidak menanggapi pertanyaan melalui faksimili terkait survai tersebut.

Kekerasan Program layanan hukum secara cuma-cuma Thomson Reuters Foundation menyajikan penelitian hukum dan saran penelitian yang bersumber dari wawancara dengan pria, wanita, dan pekerja seks transgender, tenaga profesional kesehatan, polisi, dan sejumlah pengelola tempat prostitusi.

Di antara para pekerja seks yang tidak ditanyai polisi pada tahun lalu, sekitar 68 persen mengaku selalu menggunakan kondom, sedangkan 48 persen yang diinterogasi mengaku menggunakan kondom secara konsisten.

Penelitian itu menyebutkan bahwa 76 persen pekerja seks yang tidak diinterogasi pada tahun lalu selalu membawa kondom jika dibandingkan dengan 48 persen dari mereka yang diinterogasi.

Penelitian tersebut melihat polisi menggunakan dua cara untuk mengatasi kasus pekerja seks - mencoba untuk menangkap para pekerja seks dalam menindak dan memeriksa tempat pelacuran dan kondom sebagai fokus utama operasi tersebut.

Bukti kondom sebagai untuk penentu, apakah polisi membawa pekerja seks ke kantor polisi untuk tindakan lebih lanjut, lembaga penelitian tersebut menambahkan bahwa 51 persen dari responden yang diinterogasi mengalami kekerasan dari pihak kepolisian.

Lembaga PBB urusan HIV/AIDS (UNAIDS) menyatakan bahwa penyitaan kondom dan penggunaan kondom merupakan bukti hukum dalam menghadapi pekerja seks yang menjadi masalah besar.

"Sayangnya hal ini menjadi persoalan umum di setiap negara di dunia," kata Direktur UNAIDS Asia-Pasifik Steve Kraus.

"Saat mereka merampas kondom, penelitian lagi-lagi menunjukkan bahwa kondom sangat sedikit digunakan. Seks komersial berlangsung di tempat-tempat berisiko, saat kaum perempuan penjaja seks rentan menghadapi kekerasan, pemerasan, perampokan, penyerangan, dan pemerkosaan," katanya.

Asia Catalyst mendorong Kementerian Keamanan Publik Cina agar mengeliminasi pencarian dan penyitaan kondom dan mereka memanfaatkannya sebagai bukti prostitusi.

Pihaknya juga mendesak Cina untuk meningkatkan dekriminalisasi pekerja seks dan polisi bekerja sama dengan komunitas pekerja seks guna lebih mengutamakan pencegahan HIV.

Baca juga artikel terkait KONDOM

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh