tirto.id - Pemerintah masih mewaspadai tantangan resiko global yang berpotensi menggeser asumsi makro yang telah dicanangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengatakan, kondisi ekonomi global yang tengah mengalami pelemahan dapat memengaruhi harga minyak dan nilai tukar rupiah.
"Risiko global itu kita tangkap dari berbagai macam info dan data serta berbagai macam negara yang mulai mengeluarkan data pertumbuhan ekonominya di Januari dan Februari," ujarnya saat ditemui di Kementerian Keuangan, Rabu (20/2/2019).
Selain perubahan asumsi makro, kata Suahasil, pelemahan ekonomi global juga cukup menghawatirkan, lantaran dapat memengaruhi kinerja Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta ekspor Indonesia.
"Dari berbagai narasi yang disampaikan berbagai negara termasuk IMF-WB (International Monetary Fund - World Bank) kita selalu mengatakan tetap aware global downside risk. Dan Ternyata itu mulai kelihatan," tuturnya.
Data Kementerian Keuangan menunjukkan, realisasi PNBP Januari lalu hanya mencapai Rp18,3 triliun atau turun 4,08 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp19,1 triliun.
Penurunan kinerja PNBP ini dipengaruhi oleh penurunan PNBP dari sektor minyak bumi yang mencapai 6,1 persen dari APBN 2019 atau Rp7,3 triliun.
Penurunan PNBP minyak bumi ini disebabkan oleh turunnya harga minyak, Januari 2019 harga ICP tercatat sebesar 56,5 dolar AS per barel dan tahun lalu 65,5 dolar AS per barel.
Pajak pertambahan nilai (PPN) dan PPN barang mewah (PPNBM) juga mengalami pertumbuhan negatif. Namun, hal itu lebih disebabkan oleh tingginya restitusi (pengembalian PPN) yang dilakukan pada periode Januari 2019, dan bukan perlambatan konsumsi.
"Kalau PPNBM secara bruto terkumpul, berarti transaksi itu ada pergerakannya itu yang kita perhatikan terus," imbuhnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno