tirto.id - Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani mengatakan pemerintah sedang menyiapkan sejumlah langkah mitigasi menghadapi erupsi Gunung Agung. Mitigasi itu juga mempertimbangkan ketidakpastian terjadinya bencana ini.
Sejak 22 September 2017 lalu, Gunung Agung sudah berstatus Awas. Puluhan ribu pengungsi dari kawasan berbahaya sekarang menempati ratusan lokasi pengungsian di sembilan kabupaten/kota.
“Bagaimana ketidakpastian erupsi ini nantinya akan menjadi lebih parah, apakah akan ada tanggap darurat, apakah ada masa transisi, karena saat ini memang masih pada posisi siaga,” kata Puan usai rapat terbatas soal antisipasi peningkatan aktivitas Gunung Agung dan Gunung Sinabung di Kantor Presiden Jakarta, pada Kamis sore (28/9/2017) seperti dilansir laman Sekretariat Kabinet.
Puan mengatakan rapat terbatas, yang dihadiri Presiden Joko Widodo, itu memutuskan menugaskan semua kementerian/lembaga, terutama BNPB, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PUPR dan Kementerian ESDM serta Pemprov Bali, segera melakukan langkah-langkah terkait mitigasi tersebut.
Dia juga memastikan hingga kini situasi di Gunung Agung belum berdampak signifikan terhadap sektor pariwisata Bali. “Tidak ada masalah berkaitan dengan pariwisata,” kata Puan.
Kemenhub Siapkan Mitigasi Gangguan Penerbangan di Bali
Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi apabila muncul gangguan terhadap penerbangan di Bali.
"Kami mempersiapkan saja misalkan terjadi hal yang tidak diinginkan. Apa yang akan kami lakukan dua hal," kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada hari ini seperti dikutip Antara.
Langkah pertama, menurut Budi, ialah menyiapkan manajemen untuk mengontrol situasi ketika pesawat tak bisa mendarat atau berangkat dari Bandara Ngurah Rai Bali. Oleh karena itu, Kemenhub terus berkoordinasi untuk mendapatkan informasi terkini dari BMKG mengenai aktivitas Gunung Agung.
Dia menjelaskan total ada 10 bandara terdekat yang disiapkan dengan urutan tergantung skenario yang terjadi di lapangan. "Saat tak bisa mendarat, kami siapkan bandara terdekat seperti Banyuwangi, Surabaya, dan Ujung Pandang,” kata Budi.
Untuk penerbangan tujuan dalam negeri, rencana (plan) A dialihkan ke Banyuwangi, plan B ke Praya di Lombok, dan plan C ke Surabaya. Budi mengimbuhkan, mengenai skenario trafik udara sudah dikoordinasikan dengan PT Angkasa Pura 1 dan Airnav dan pihak maskapai.
"Itu tergantung arah angin. Kalau ke timur, berarti ke Surabaya," ujar dia.
Sementara langkah kedua ialah menyiapkan antisipasi ketika jumlah penumpang membludak di Bandara Ngurah Rai yang dipicu oleh terjadinya erupsi.
"Hal kedua adalah di Ngurah Rai sendiri. Jika terjadi kejadian, ada 25 flight, dikali 10 jam, kali 200 (per-hari). Kurang lebih 5.000 penumpang. Kami perkirakan 2.000 itu orang Bali sendiri yang akan kami siapkan bus, yang 3.000 itu, seribu untuk keluar dan sisanya dalam negeri," kata Budi.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom