tirto.id - Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro menyatakan pemerintah tengah mencari investor untuk PT Merpati Nusantara Airlines (Persero).
Meski Aloysius tidak menampik ada sejumlah investor yang dinilai prospektif. Namun, Kementerian BUMN mengaku belum menemukan investor yang secara serius dapat membawa Merpati bangkit dari mati surinya.
“Sampai sekarang belum ada (investornya). Tapi kami juga tidak ada target, yang penting adalah bagaimana stop the bleeding dulu,” kata Aloysius, Selasa (12/9/2017) sore.
Menurut Aloysius, mencari investor untuk perusahaan penerbangan tidaklah mudah. Apalagi Merpati bergerak di sektor penerbangan perintis dan sudah berhenti beroperasi sejak 2014 lalu.
“Kalau sudah ada investor baru, kita ke DPR RI apabila diperlukan. Untuk nantinya kita fokus pada privatisasi,” ungkap Aloysius.
“Untuk skema bisnisnya seperti apa nanti, itu tergantung pada investor yang masuk,” lanjutnya.
Aloysius juga sempat mengklaim bahwa Merpati telah mencapai kesepakatan dengan para mantan pegawainya terkait pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Karena kalau itu dibiarkan terus bergulir, tanpa kita perhatikan mereka, kita tidak bisa stop bleeding. Yang jelas sekarang, 98 persen dari karyawan sudah kita sepakati penyelesaian hak-hak mereka,” jelas Aloysius.
Meski tidak berbicara banyak terkait kesepakatan yang telah dicapai dengan mantan karyawannya, namun Aloysius mengatakan sudah ada kompensasi yang dibayarkan. “Tapi tidak 100 persen. Kita sepakat dengan PHK-nya, kemudian sebagian daripada haknya sudah dibayarkan,” ucap Aloysius lagi.
Adapun dalam rangka program restrukturisasi dan revitalisasi dari Kementerian BUMN saat ini, Merpati telah memiliki dua anak perusahaan, yakni PT Merpati Training Center dan PT Merpati Maintenance Facility (MMF) International.
“Untuk yang PT Merpati Training Center itu sekolah pilot dan pramugari, sementara PT MMF sama dengan GMF (Garuda Maintenance Facility). Dulu malahan dia lebih gede dari GMF,” tutur Aloysius.
Sebelumnya, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) dinyatakan masuk dalam jajaran perusahaan pelat merah yang merugi tahun ini. Karena diklaim masih dalam proses restrukturisasi, Merpati tidak bisa menyetor dividen atau keuntungannya kepada negara.
Selain Merpati, sejumlah perusahaan BUMN lain yang bernasib sama, di antaranya adalah PT Nindya Karya, PT Kertas Kraft Aceh (Persero), PT Djakarta Lloyd (Persero), dan PT Primissima (Persero).
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto