tirto.id - Seiring berkembangnya teknologi, ilmu yang semakin kompleks, dan saling terhubung, kemampuan berpikir kritis bukan sekadar tentang menjawab pertanyaan dengan benar, melainkan tentang mengeksplorasi berbagai sudut pandang, mempertanyakan asumsi, dan membangun solusi yang inovatif untuk menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi.
Ketika melihat perubahan lingkungan yang cepat, berpikir kritis menjadi alat untuk mengevaluasi informasi secara mendalam, mengidentifikasi pola yang tak terlihat, dan mengembangkan ide-ide yang solutif dan bermanfaat.
Keterampilan berpikir kritis, tidak hanya menjadi lebih baik dalam memahami dan mengatasi masalah, tetapi juga lebih siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang dan membuat dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan.
Dengan mengetahui keterampilan tersebut yang sangat relevan dengan kehidupan modern ini, peran pendidikan tentunya sangat penting sebagai pondasi yang utama. Mengasah keterampilan berpikir kritis sejak usia dini tidak hanya mempersiapkan pelajar untuk menghadapi tantangan akademis dan profesional, tetapi juga membantu mereka menjadi pemikir yang lebih reflektif dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
Sadar akan pentingnya kebutuhan untuk pelajar mengasah kemampuan berpikir kritis, Ingatan Gajah melalui School of Critical Thinking Skills (SOCRATS) menggelar kompetisi bertajuk “4th Critical Thinking Competition (CTC)”.
Acara ini diikuti oleh 62 sekolah yang datang dari 18 kota di seluruh Indonesia, seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Tangerang, Depok, Bandung, Yogyakarta, Malang, Purbalingga, Semarang, Tangerang Selatan, Medan, Lampung, Balikpapan, Jambi, Denpasar, Cirebon hingga Purwokerto. Pada kompetisi ini, terdapat beberapa topik yang dianalisis, mulai dari School Bullying, Nepotism, hingga Food Crisis.
Melalui Proses Seleksi
Tentunya para peserta telah melalui berbagai proses seleksi yang cukup ketat, yakni mulai dari babak penyisihan pada setiap peserta harus mengerjakan soal tes untuk mengetahui kemampuan analisa dengan jumlah soal sebanyak 50 butir soal. Setelah itu, peserta akan membuat esai dengan pilihan topik School Bullying, Nepotism, dan Food Crisis hingga pembuatan video pemaparan terkait topik yang dipilih oleh para peserta.
Berdasarkan hasil seleksi tersebut yang telah diikuti oleh pelajar dari berbagai kota, akhirnya menyisakan sebanyak 62 peserta di babak semifinal yang berasal dari 47 sekolah. Peserta yang lolos semifinal pun dibagi ke dalam beberapa kelompok yang didampingi oleh para mentor dari IngatanGajah.
Sebanyak 62 peserta tersisa dibentuk menjadi 10 kelompok. Masing-masing kelompok melalukan brainstorming, riset, pembagian tugas, mengeksekusi projek, hingga akan mempresentasikan hasil ciptaan berbagai prototype sesuai topik yang dipilih kelompok untuk menjawab permasalahan yang ada.
Sejumlah panelis yang ahli di bidangnya pun hadir dalam kompetisi ini, antara lain:
- Prof. Manneke Budiman, S.S., MA., Ph.D, Guru Besar Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia
- Zen Rahmat Sugito, Pimpinan Redaksi Narasi TV
- Dhisty Azlia Firnady, M.Psi., Psikolog, Founder Ruang Mekar Azlia & Psikolog UPTD Perlindungan Perempuan & Anak
- Nadya Pratiwi Purba, Co-Founder Gerakan #berasbaikmovement
- Heru Kurnadi, Direktur Media Tirto.id
Moderator yang memandu jalannya penjurian kompetisi ini ialah Yudi Lesmana, S.T., M.H, selaku Direktur IIA dan Founder IngatanGajah. Para panelis tersebut hadir untuk memberikan pengetahuan baru, feedback, hingga penilaian terhadap prototype yang telah dihasilkan para peserta lomba CTC 2024.
Para Pemenang Kategori Kelompok
Berdasarkan hasil serangkaian presentasi kelompok, posisi Juara Pertama Kategori Kelompok sukses diraih oleh Kelompok 4 dengan Prototype “BERAS MARA”. Kelompok ini beranggotakan oleh Ghazy Muhammad Akhtar (SMAS Al Irsyad Al Islamiyyah Boarding School Purwokerto), Aqilah Rahma Adiningrum (Universitas Jenderal Soedirman), Azelia (SMA Avicenna Cinere), Najmila Fausta K & Qeisya Jaisya Muhammad (SMAS Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto).
Kelompok tersebut mengusung topik tentang Food Crisis. Besar Mara sendiri merupakan beras analog berbasis tepung jagung dan kacang hijau dengan penambahan daun kelor sebagai inovasi mengatasi krisis pangan di salah satu kepulauan di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selanjutnya, juara ke-2 diraih oleh kelompok 2 yang mengangkat topik tentang School Bullying. Kelompok ini beranggotakan Hafidz Anshari Yudanto (SMP Al Izhar), Luddietsach Bani Herviana (SMP Global Islamic School), Gheniya Syifa Alexandria (SMP Mentari Intercultural School Jakarta), Annisa Azzahra Amalia (Budi Cendikia Islamic School), Nadhila Wimahavinda Kardono & Azka Parama Putra M (SMA Avicenna Jagakarsa).
Prototype kelompok 2 diberi nama “BRAVE” yang merupakan sebuah konsep organisasi untuk mencegah aksi perundungan (bullying) di lingkungan sekolah, dengan fokus utama pada SMP dan SMA di area Jakarta.
Tak kalah inovatif, juara ke-3 berhasil diraih oleh kelompok 8 mengambil topik School Bullying, beranggotakan oleh Orva Zelia Veenbrink (SMP The Champion), Filbert Malela Hutagalung (SMA Darma Bangsa), Gyoza Danesha Rizky (SDI Harapan Ibu), Syakira Qazza Nayyara (Syafana Islamic School), Justin Darrel Pua (SMP Athalia), Rafalif Sauma Gadisyaputra & Katya Humaira Pandit (Sekolah Avicenna Jagakarsa).
Kelompok ini berhasil memproduksi prototype yang memiliki nama unik, yaitu “GATSBY”. GATSBY merupakan suatu permainan papan seperti ular tangga yang berisi 64 kotak dan terdiri dari 2 sampai 4 peserta. GATSBY bertujuan untuk mengedukasi para anak-anak dan remaja tentang school bullying.
Kompetisi 4th Critical Thinking Championship 2024 tak hanya memberikan penghargaan untuk juara kategori kelompok saja, namun juga kejuaraan kategori individu. Untuk kategori individu usia 11-14 tahun, juara pertama berhasil diraih oleh Queenza Akila Wijaya (14) dari SMP Model Ar Riyadh Insan Cendekia Bekasi, dengan mengangkat topik School Bullying.
Adapun posisi juara kedua diraih oleh Samuel Oubyan Sitinjak (14) dari sekolah Kolose Kanisius Jakarta dengan mengangkat tema School Bullying. Posisi ketiga, jatuh kepada Callysta Nadia Valentina (14) dari Sekolah Global Mandiri Jakarta.
Untuk kategori individu usia 15-18 tahun, Cornelius Dennies (17 tahun) dari SMA Cinta Kasih Tzu Chi, Jakarta Barat, dinobatkan sebagai juara 1 dengan membawakan topik Food Crisis.
Posisi kedua diraih oleh Anakin Abdul Alkareem (16 tahun) dari SMA Kuntum Cemerlang Bandung dengan skor 114 poin dan membawakan topik tentang Nepotism. Sementara itu, dengan skor 111 poin, Samuel Edmund Setiawan (17 tahun), siswa dari PKBM Piwulang Becik Kabupaten Bogor, berhasil meraih posisi ketiga juga dengan topik Nepotism.
Pemenang Kategori Individu
Posisi juara harapan 1 pada masing-masing kategori usia berhasil diraih oleh Azelia (17 tahun) dari SMA Avicenna Cinere dan Dipodanendra Singosewoyo (13 tahun) dari SMPN 41 Jakarta. Juara harapan 2 diraih oleh Brigitta Ellissa Rebecca Simanjuntak (17 tahun) dari SMA Negeri 8 Jakarta dan Marvello Evan Lukito (13 tahun) Siswa sekolah Global Mandiri Jakarta.
Kompetisi CTC 2024 juga memberikan apresiasi khusus untuk kategori peserta termuda terbaik, yang berhasil dimenangkan oleh Rana Kayyisah Anway (12) yang membawakan topik School Bullying, dan kategori peserta terfavorit ditempati oleh Queenza Akila Wijaya (14) dari SMP Model Ar Riyadh Insan Cendekia Bekasi yang memperoleh jumlah viewers Youtube, like, dan komentar terbanyak, dengan total jumlah 5.9 ribu views, 1.1 likes, dan 153 komentar.
Keberhasilan para peserta kompetisi CTC 2024 membuktikan bahwa generasi muda di era modern ini terbukti mampu mengasah kemampuan berpikir kritisnya selama diberikan tempat untuk mengekspresikan ide-ide baru sehingga melahirkan karya-karya inovatif serta solutif sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Sampai bertemu lagi pada kompetisi Critical Thinking Championship berikutnya dengan mengunjungi web resmi di www.criticalthinkingchampionship.com.