Menuju konten utama

Pegatron Geser Manufaktur ke Indonesia Akibat Perang Dagang AS-Cina

Pegatron bersiap mengalihkan produksi produk non-iPhone yang terkena tarif AS atas Cina ke sebuah pabrik yang disewa di Pulau Batam.

Pegatron Geser Manufaktur ke Indonesia Akibat Perang Dagang AS-Cina
Ilustrasi perang dagang antara US dengan China. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Perusahaanpemanufaktur iPhone, Pegatron memilih Indonesia sebagai diversifikasi manufaktur pertama, jauh dari Cina. Hal tersebut dilakukan karena adanya ketegangan perdagangan antara Cina-Amerika Serikat (AS).

Pabrik elektronik yang berbasis di Taiwan tersebut tengah bersiap mengalihkan produksi produk-produk non-iPhone yang terkena tarif AS atas Cina ke sebuah pabrik yang disewa di Pulau Batam Indonesia dalam enam bulan ke depan.

Dikutip dari Nikkei Asian Review, pada Jumat (7/12/2018), salah satu sumber mengungkapkan rencana tersebut dengan mengatakan produk yang termasuk set-top box dan perangkat pintar lainnya menyumbang hampir 1 miliar dolar Amerika untuk pendapatan tahunan.

Investasi akan dimulai dalam bulan ini, dengan produksi penuh diharapkan dilakukan pada pertengahan 2019, kata sumber tersebut.

Langkah ini diambil Pegatron setelah menyoroti tekanan yang terus meningkat pada produsen di Cina dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini Pegatron tengah mendapati diri terhimpit ketegangan perdagangan antara Cina-Amerika yang menyebabkan meningkatnya pajak dan berkurangnya tenaga kerja.

Hal lainnya yang mendorong rencana untuk mengalihkan produksi non-Apple dari Cina adalah termasuk pesaing Pegatron iPhone yang lebih kecil yaitu Wistron, pembuat Apple Watch Quanta Computer and Compal, dan pembuat AirPods Inventec.

Keputusan Pegatron untuk melakukan diversifikasi keluar dari Cina tidak akan diubah oleh gencatan senjata yang baru-baru ini terjadi antara para pemimpin Cina dan AS pada pertemuan G-20 akhir pekan lalu.

"Pertemuan Trump-Xi tidak akan mempengaruhi langkah strategi Pegatron," ujar sumber tersebut.

"Investasi akan dilakukan pada akhir bulan ini atau pada awal bulan depan paling lambat, karena akan membutuhkan waktu dua kuartal bagi Pegatron untuk memindahkannya, memasang, dan mengesahkan peralatan sebelum pabrik beroperasi penuh."

Nikkei Asian Review juga telah mengetahui Pegatron juga mempertimbangkan Vietnam utara sebagai lokasi manufaktur lain yang memungkinkan.

"Tetapi investasi di Pulau Batam lebih cepat dari tempat lain," kata sumber itu.

Pemimpin Pegatron Tung Tzu-hsien juga baru-baru ini mengatakan kepada wartawan, perusahaannya bertujuan untuk memperluas kapasitas produksi pabriknya di Kota Taoyuan, Taiwan utara untuk memenuhi permintaan produk yang terkena dampak perang dagang.

Terletak hanya 20 kilometer dari pantai selatan Singapura, Batam adalah bagian terdekat dari Indonesia ke Singapura dan bagian dari zona perdagangan bebas di Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura.

Pegatron akan menyewa pabrik yang dapat mempekerjakan 8.000 hingga 10.000 pekerja. Perusahaan perlu menyewa daripada membangun fasilitas baru untuk memastikan produksi sesegera mungkin. Hal ini memungkinkan pihak Pegatron untuk memindahkan peralatan dari Cina lebih cepat.

Perusahaan rekan-rekan Pegatron lainnya seperti Foxconn Technology Group, Wistron, Inventec dan Compal Electronics, semuanya telah memiliki fasilitas di Asia Tenggara selama bertahun-tahun.

Perang dagang Cina-AS bermula ketika Presiden AS, Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif impor baru sebesar 10 persen atau senilai 200 miliar dolar AS terhadap komoditas Cina yang mulai berlaku 24 September 2018.

Perang dagang ini juga berdampak pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang digelar di Papua Nugini pada November lalu, yang untuk pertama kalinya dalam sejarah gagal membuat kesepakatan.

Baca juga artikel terkait IPHONE atau tulisan lainnya

tirto.id - Ekonomi
Editor: Dipna Videlia Putsanra