tirto.id - Meski tampil dengan setelan jas rapi dilengkapi dasi dan peci hitam (representasi tampilan nasional), pasangan nomor urut 2, Tb Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah) dari awal acara debat Cagub dan Cawagub Jabar 2018 telah mencoba menampilkan ke-Sunda-an. Ini tecermin dari pemaparan beberapa program kerja unggulannya yang memakai Bahasa Sunda.
Program kerja tersebut yaitu: (1) Boga Gawe, yaitu program untuk mengurangi angka pengangguran dengan memperluas ketersediaan lapangan kerja. (2) Jabar Seubeuh, program untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Jabar. (3) Imah Rempeg, program ini sempat ditegaskan dalam acara debat semalam dengan menjanjikan DP 1 persen. (4) Sakola Gratis, penyediaan pendidikan gratis. (5) Jabar Cageur, program di bidang pelayanan kesehatan (6) Turkamling, infrastuktur, keamanan, dan lingkungan, dan (7) Molotot.com, program daring pengawasan kinerja aparatur dan transparansi pemerintah.
Pada sesi pertama debat, dalam memaparkan program unggulan tersebut, Tb Hasanuddin menyebut beberapa kata dan kalimat dalam bahasa Sunda, yakni: “Sampurasun”, “Teu boga pagawean”, “Nu kahiji”, “Kudu boga pagawean”, “kudu seubeuh”, “Katilu, kudu boga imah anu rempeg”, “Nu kaopat, barudak kudu sarakola kudu […]”.
Hal lain yang membuat pasangan Hasanah paling Nyunda dibandingkan pasangan lain adalah pada sesi penampilan kesenian yang menampilkan pencak silat. Meski asal mula beladiri ini belum tentu dari Jawa Barat, akan tetapi pencak silat telah melekat di masyarakat Sunda sebagai beladiri yang kerap hadir dalam berbagai pementasan kesenian.
Tb Hasanuddin dan Anton Charliyan pun terlihat cukup total dengan ikut ngibing (menari) dan memamerkan beberapa jurus. Saat Anton mengeluarkan jurus pamungkas, gayanya kocak dan disambut tawa para penonton.
Dalam sesi 3 ketika menambahkan tanggapan pasangannya atas jawaban Uu Ruzhanul Ulum (mantan Bupati Tasikmalaya) dari nomor urut 2 (Rindu) mengenai intoleransi di Kabupaten Tasikmalaya, Anton mengkritisi kebijakan fatwa ulama yang menjadi dasar Uu melarang kegiatan salah satu tarekat. Menurutnya, seharusnya fatwa itu sifatnya nasional bukan lokal.
Yang membuat Anton lagi-lagi mengundang tawa penonton adalah ketika mengatakan, “padahal kita punya SJ pak, éling sebelum jadi édan, jangan édan sebelum jadi éling,” katanya.
Lentong (langgam) bicara Anton pun terdengar amat Nyunda, dan beberapa kali mengundang tawa hadirin. Dibandingkan kontestan lainnya, dalam pertarungan memperebutkan bumi Pasundan ini—setidaknya dalam debat semalam, pasangan inilah yang tampil paling mirip Si Kabayan (tokoh imajiner yang menggambarkan karakter orang Sunda yang hidup dalam alam keseharian orang Sunda).
Si Kabayan yang berasal dari dua lembaga militer ini (Tb Hasanuddin pensiunan TNI, Anton Charliyan pensiuan Polri), dalam debat semalam paling getol menyuarakan tentang pentingnya keamanan di Jawa Barat.
Dalam sesi 1, yaitu sesi perkenalan dan pemaparan visi misi serta program kerja, dari tujuh program kerja unggulannya, Anton menekankan pada poin Turkamling (infrastruktur, keamanan, dan lingkungan).
“Jawa Barat ini penyangga ibukota dan juga paling pluralis. Jawa Barat aman [maka] ibukota aman. Ibukota aman [maka] Indonesia aman. Di sini diperlukan pemimpin yang me-manage keamanan di Jawa Barat,” ujarnya.
Di sesi 3 yang membicarakan soal intoleransi yang pernah terjadi di Tasikmalaya, pasangan Hasanah pun menyinggung soal tidak amannya kegiatan beragama di wilayah tersebut.
“Nah, ini yang sangat berbahaya. Apalagi ini antara umat Islam dan umat Islam, ini sangat berbahasa [penonton tertawa], berbahaya [ralat],” katanya.
Sesi 5 yang merupakan tampilan kreatif dari masing-masing pasangan, Hasanah menampilkan kesenian beladiri pencak silat. Di satu sisi, beladiri ini adalah usaha mereka untuk menampilkan kesenian yang Nyunda, dan di sisi lain penampilan pencak silat bisa juga ditafsirkan sebagai representasi menjaga keamanan lingkungan.
Di sesi terakhir ketika tiap pasangan mendapat satu pertanyaan dengan tema yang beragam, pasangan Hasanah mendapatkan tema tentang pertahanan dan keamanan.
“Terima kasih. Ini pekerjaan saya. Bahwa Jawa Barat itu banyak lobang-lobang yang mudah untuk didatangi atau mudah untuk pergi. Maka strategi yang harus dipaparkan adalah menutup wilayah-wilayah tikus itu. Itu yang pertama. Yang kedua harus ada yang namanya patroli bersama. Dan yang ketiga biarkanlah wakil saya yang akan menjawab,” kata Tb Hasanuddin.
Anton kemudian menekankan soal perdagangan manusia. Menurutnya, masalah ini harus membuat regulasi yang ketat. Di sesi penutup pun pasangan Hasanah masih belum berhenti menekankan soal keamanan yang mereka klaim adalah bidang yang amat pas dengan latar belakang pekerjaan mereka.
“Selanjutnya memang Jawa Barat juga sebagai penyangga ibukota di mana investasi asing ini 51 persen, perlu satu keamanan. Dan ini kalau Jawa Barat aman, maka ibukota pun juga aman. Kalau Jawa Barat aman, ibukota aman, Indonesia aman. Dan yang paling bisa me-manage keamanan hanya kami berdua, mantan TNI dan Polri. Hasanah,” ujar Anton.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, jumlah kejahatan yang terjadi di Jawa Barat sebesar 29,35 persen, dan tahun 2015 sebesar 27,80 persen, artinya ada kenaikan sebesar 1,55 persen. Sedangkan tingkat risiko terkena kejahatan tahun 2016 sebesar 68 persen, dan tahun 2015 sebesar 73 persen, artinya ada penurunan sebesar 5 persen. Hal ini menunjukkan persentase antara jumlah kejahatan dan tingkat risiko terkena kejahatan di Jawa Barat berbanding terbalik.
Di tingkat nasional, tahun 2015 Jawa Barat menempati ranking ke-4 jumlah kejahatan. Tahun berikutnya meningkat ke urutan 3 karena ada peningkatan jumlah kejahatan.
Sementara secara berturut-turut, 2015-2016, DKI Jakarta selalu menempati rangking pertama jumlah tindak kejahatan yang terjadi di Indonesia. Artinya apa yang dikatakan berkali-kali oleh Anton Charliyan bahwa jika Jawa Barat maka ibukota aman, tidak sesuai dengan data sebenarnya yang terjadi di lapangan.
Selain penekanan soal keamanan, jelang berakhirnya debat semalam, pasangan Hasanah lewat Anton Charliyan mengemukakan efek dari pentingnya tercipta keamanan di Jawa Barat, yaitu soal investasi. Menurut Anton jumlah investasi asing di Jawa Barat adalah sebesar 51 persen.
Dalam data yang dipublikasikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal, ternyata angka investasi di Jawa Barat pada tahun 2017 hanya sebesar 16,0 persen. Hal ini tentu jauh berbeda dengan data yang diungkapkan Anton pada debat semalam.
Pada persentase sebaran penanaman modal asing, Jawa Barat memang menjadi provinsi tertinggi dalam menerima investasi tersebut. Disusul oleh DKI Jakarta sebesar 14,3 persen, Banten 9,5 persen, Jawa Tengah 7,4 persen, Papua 6,0 persen, dan sisanya yang terbagi atas banyak provinsi sebesar 47,0 persen.
Berdasarkan data tersebut, jumlah investasi asing di Jawa Barat ternyata tidak terlampau tinggi seperti yang dinyatakan oleh Anton, bahkan tidak sampai melebihi angka 20 persen. Setelah pernyataan terakhir dari masing-masing pasangan, maka debat pun berakhir.
Secara umum, penampilan pasangan Tb Hasanuddin dan Anton Charliyan pada debat pertama Cagub dan Cawagub Jabar 2018 terlihat kurang meyakinkan. Hal ini terutama diperlihatkan Anton yang beberapa kali mengulang solusi dan permasalahan yang sama, yaitu soal molotot.com dan keamanan. Pengulangan ini merepresentasikan lemahnya Anton dalam penguasaan materi.
Meski demikian, pada debat semalam Hasanah adalah pasangan yang paling kompak. Pembagian kesempatan berbicara, baik bertanya dan menjawab cukup berimbang. Beberapa kali Tb Hasanuddin mempersilakan Anton untuk menjawab dan menanggapi soal-soal yang menurutnya amat pas dengan pengetahuan Anton sebagai mantan anggota Polri, seperti permasalahan perdagangan manusia dan soal keamanan lain yang bersifat non-teritorial.
Meski penampilannya terlihat paling formal, tapi pasangan ini cukup santai dan kocak dalam lalu lintas komunikasi perdebatan semalam. Tidak ada tendensi ingin menonjolkan politik identitas keagamaan, dan serangan-serangannya terhadap pasangan lain tidak menohok.
Satu poin saja yang mereka garis bawahi, yaitu soal keamanan. Bisa dikatakan poin itu saja yang terus menerus diulang-ulang. Maklum mantan anggota TNI dan Polri.
Penulis: Irfan Teguh
Editor: Zen RS