tirto.id - Malam itu, jam belum menunjukkan pukul delapan. Namun, antrean di sebuah gerai makanan cepat saji berlogo huruf M berwarna merah ikonik tampak mengular. Salah satu kendaraan yang sedang menunggu giliran itu adalah milik Arya. Ia ditemani sang istri tercinta.
Arya dan sang istri memilih untuk drive thru dibanding dine in atau makan langsung di restoran tersebut. Alasannya, ia dan sang istri bisa mendapat satu dari tiga makanan atau minuman gratis yang ditawarkan setiap kali bertransaksi di drive thru.
Makanan atau minuman gratis itu dapat mereka peroleh lantaran pada kaca mobil depan bagian kanan mereka terdapat stiker merah berlogo huruf M. Namun, terdapat beberapa ketentuan untuk dapat menikmati hidangan atau minuman gratis itu. Semuanya tercantum pada laman daring perusahaan.
Pertama, menu gratis hanya berlaku saat pembelian dilakukan di drive thru bagi kendaraan yang menempelkan stiker VIP tersebut. Selain itu, ada pula ketentuan berupa transaksi minimal senilai Rp60.000. Pemberian produk gratis ini juga tidak bisa digabung dengan promosi lain yang sedang berlaku di sebuah cabang jaringan.
"Istri saya pengen dapet gratisannya, jadi belanjanya harus lebih dari Rp60.000. Tadi dapat gratisannya minuman Fanta float dan ini udah yang ke-empat kali," cerita Arya, mewakili sang istri yang tampak malu-malu di sampingnya.
Selain tempat makan cepat saji ternama itu, restoran keluarga besutan Harland David Sanders, atau lebih dikenal dengan Colonel Sanders, juga menawarkan promosi serupa kepada para pelanggan yang menempelkan stiker di kendaraan mereka.
Beragam menu yang dibagikan gratis mulai dari sajian sup, burger, perkedel sampai dengan puding, dengan pembelian minimal Rp55.000 secara drive thru.
Bisnis Stiker Iklan di Mobil
Strategi marketing berupa menempelkan striker iklan di mobil ini sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama. Tidak hanya restoran cepat saji yang memanfaatkan strategi pemasaran ini, wahana bermain keluarga dan bisnis lain juga turut melakukan hal serupa. Namun, apakah penempelan stiker tersebut benar-benar menguntungkan para konsumen?
Perusahaan rintisan yang menyediakan jasa beriklan di kendaraan bermotor seperti Sticar dan Ubiklan mengatakan, berbagai spot di mobil seperti kaca belakang, kaca samping, pintu penumpang sampai dengan seluruh badan mobil, sesungguhnya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi sang pemilik kendaraan.
Nilainya, jika dibandingkan, boleh jadi lebih menguntungkan ketimbang promo gratisan yang didapat konsumen.
"Mitra pengemudi yang terdaftar di Ubiklan bisa mendapat penghasilan tambahan mulai dari Rp400.000 sampai lebih dari Rp1,5 juta setiap bulan dengan menempelkan stiker iklan di mobilnya," kata Titie Andelina Wiji, Public Relation Ubiklan kepada Tirto.
Pendapatan lebih dari Rp1,5 juta bisa diperoleh jika ada perusahaan yang sedang berkampanye dengan metode product sampling atau memberikan contoh produk kepada masyarakat. Di sini, tugas pengemudi kendaraan car branding atau car advertising adalah mendistribusikan contoh produk tersebut kepada para penumpangnya.
Setiap contoh barang yang dapat didistribusikan dengan baik dan tepat sasaran, akan mendapat imbalan tambahan. "Kendaraan yang digunakan saat konvoi ke suatu daerah untuk build the hype dari sebuah brand, juga mendapat bayaran tambahan. Jadi, memang banyak cara untuk menghasilkan uang lebih dari sekedar car branding bagi pengemudi kendaraan," sebut Titie.
Sticar juga menawarkan peluang pundi-pundi tambahan sama bagi mereka yang ingin menempelkan stiker iklan pada mobil mereka. Mitra pengemudi car branding yang terdaftar di Sticar bisa mendapat penghasilan tambahan minimum Rp400.000 untuk setiap pemasangan stiker iklan di bagian kaca belakang mobil. Pendapatan itu bisa lebih tinggi jika pemasangan stiker iklan melibatkan seluruh badan kendaraan.
Sebagai catatan, sebagian besar mitra pengemudi car branding yang terdaftar di Sticar adalah pengemudi taksi daring. Hingga tulisan ini dimuat, sebanyak 100 ribu pengemudi telah terdaftar di aplikasi Sticar, dengan 20 persen diantaranya merupakan pengemudi aktif yang diharuskan menempuh jarak sejauh 2.500 kilometer (km) per bulan sebagai car branding atau car advertising ini.
"Selain ketentuan jarak tempuh, terkadang perusahaan yang menjadi klien juga menginginkan kendaraan dengan spesifikasi tertentu seperti seven seater [kendaraan dengan 7 kursi penumpang] dan sebagainya, seperti merek mobil tertentu," ungkap Dimas Nursyaraya, Chief Financial Officer Sticar kepada Tirto.
Salah satu pengemudi taksi daring yang memasang stiker iklan di mobilnya adalah Rohim (bukan nama sebenarnya). Saat ditemui Tirto, warga Tangerang Selatan ini mengaku baru satu bulan terakhir merelakan bagian kaca belakang mobilnya dihiasi iklan produk makanan ringan.
Rohim bilang dari pemasangan iklan di kaca belakang mobil ini ia mendapat tambahan pendapatan bersih sebesar Rp380.000. "Sama perusahaan dibilang dapetnya Rp400.000, tapi setelah dikurangi biaya admin atau pajak mungkin ya, jadi terimanya Rp380.000. Disyukurin aja kalo saya mah," cerita pengemudi berusia 50 tahun ini sambil tertawa.
Ia mengaku mendapat tawaran pemasangan iklan dari aplikasi layanan taksi daring tempat ia bekerja. Penawaran itu datang karena dalam sehari Rohim sanggup menempuh jarak sampai dengan 300 km. Dalam sebulan, mantan pengemudi taksi konvensional ini mampu menempuh jarak lebih dari 5.000 km dengan masa aktif kerja selama 17 hari.
Lebih Cuan?
Jika pengemudi taksi daring seperti Rohim bisa mendapat penghasilan tambahan senilai Rp400.000 per bulan lantaran memasang stiker iklan di mobil, maka berapa rupiah yang bisa didapat oleh konsumen yang memasang stiker restoran tempat saji di mobilnya? Mari kita berhitung.
Restoran cepat saji berlogo huruf M memberikan tiga varian produk gratis bagi pemilik kendaraan yang memiliki stiker VIP. Menurut penelusuran Tirto, produk menu gratis yang diberikan itu harganya berkisar antara Rp10.000 sampai dengan Rp15.000. Tapi perlu diingat, produk gratis itu harus ditebus dengan pembelian seharga minimum Rp60.000.
Sementara itu, restoran keluarga cepat saji yang identik dengan Kolonel Sanders, memberikan lima varian menu gratis dengan harga kisaran Rp5.000 per produk. Minimum pembelian adalah senilai Rp55.000.
Tidak ada batasan berapa kali konsumen boleh menikmati fasilitas menu gratis ini. Artinya, jika dalam satu hari konsumen tiga kali makan, maka mereka mengeluarkan uang paling sedikit Rp180.000 untuk mendapat produk gratis senilai Rp30.000-Rp45.000 setiap harinya di restoran berlogo huruf M.
Jika konsumen jajan di restoran cepat saji ini satu kali seminggu, maka dalam sebulan pengeluarkan yang harus dibayar minimum adalah Rp60.000 dikali empat (banyaknya minggu dalam sebulan). Hasilnya, Rp240.000 harus dikeluarkan untuk mendapat menu gratis senilai Rp40.000-Rp60.000 dengan hitungan harga menu gratis Rp10.000-Rp15.000 dikali empat atau banyaknya minggu dalam sebulan.
Di restoran keluarga milik Kolonel Sanders, dengan asumsi makan yang sama yaitu konsumsi tiga kali sehari maka konsumen "dipaksa" merogoh uang paling sedikit Rp165.000 untuk mendapat produk gratis senilai Rp15.000. Jika konsumen jajan di restoran ini satu kali dalam sepekan, maka uang senilai Rp220.000 harus dikeluarkan untuk mendapat bonus menu gratis senilai sekitar Rp20.000.
Menggunakan hitungan ekstrem berupa tiga kali makan dalam satu hari dan dilakukan selama 25 hari (jumlah hari kerja dalam sebulan), maka nilai makanan dan minuman gratis yang bisa dinikmati berkisar Rp375.000 (untuk produk gratis di Kolonel Sanders) dan Rp750.000-Rp1,125 juta (untuk produk gratis di restoran berlogo huruf M besar).
Namun, lagi-lagi, perlu dicatat bahwa konsumen juga harus mengeluarkan uang di konter drive thru restoran cepat saji berkisar antara Rp4,125 juta (untuk restoran Kolonel Sanders) sampai dengan Rp4,5 juta (untuk restoran berlogo huruf M).
Menurut Farid Fatahillah pengamat Marketing dari Inventure, strategi pemberian stiker secara cuma-cuma dan juga menu gratis tidak akan merugikan perusahaan. Sebab, meski terlihat memberikan produk gratis, namun konsumen tetap harus melakukan transaksi pembelian di restoran tersebut.
Strategi pemasaran ini malahan memberikan beberapa keuntungan sekaligus kepada perusahaan. Pertama, branding gratis karena pemasangan stiker gratis di mobil konsumen. Kedua, membentuk komunitas konsumen setia karena akan melakukan transaksi pembelian berulang.
"Penggunaan stiker membantu memperluas jangkauan konsumen loyal dan strategi ini membantu membentuk loyalitas yang besar pada konsumen. Ini adalah strategi yang low budget, high impact atau berbiaya rendah, namun memiliki dampak yang besar bagi pendapatan perusahaan," jelas Farid kepada Tirto.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara