tirto.id - “Ingat PKI 1965. Mereka tidak berhasil, kita yang eksekusi mereka.”
Kalimat tersebut disampaikan seorang pria dari atas mimbar. Konteks dari kalimat itu adalah ia tidak ingin Indonesia berubah menjadi negara khilafah. Menurut pemahamannya, negara khilafah tidak mengakui perbedaan dan mewajibkan setiap penduduknya untuk salat. Setelah bicara soal pendukung khilafah, ia membicarakan PKI pada 1965. PKI tidak berhasil (berkuasa) karena ditumpas terlebih dulu.
Tak cukup di situ, sang pria juga menuding sejumlah partai yakni Demokrat, Gerindra, PKS, dan PAN sebagai partai intoleran dan mendukung gerakan ekstremis.
Pidato yang menyebar melalui media sosial Youtube tersebut mengundang reaksi sejumlah politikus partai yang terkena tuduhan. Mereka menyebut pidato itu disampaikan oleh politikus Partai Nasdem Victor Laiskodat.
“Kami meminta Victor Laiskodat mencabut semua ucapannya dalam forum tersebut dan meminta maaf kepada keluarga besar Partai Gerindra,” kata Sekretaris Jendral DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Kamis (4/8).
Muzani mengatakan pidato Victor tidak mencerminkan semangat perjuangan Gerindra sebagai partai maupun fraksi di DPR. Pidato itu, kata Muzani, tidak etis karena disampaikan dalam forum deklarasi calon bupati Kupang di Nusa Tenggara Timur. Selain itu ia juga merasa pidato itu mengganggu dan bernada provokasi.
“Seharusnya dia hanya menjelaskan tentang apa dan bagaimana keunggulan dari calon yang diajukannya sebagai kepala daerah,” ujar Muzani.
Selama ini, kata Muzani, Gerindra mendukung tegaknya demokrasi dan penegakan hukum. Gerindra juga berusaha menjaga kerukunan persatuan dan kesatuan bangsa. Muzani menganggap pidato Victor sebagai hinaan. “Kami merasa perjuangan kami dilecehkan,” kata anggota Komisi I DPR RI ini.
Partai Amanat Nasional (PAN) juga tidak tinggal diam. Saleh Partaonan Daulay, Wakil Sekretaris Jendral DPP PAN, menyebut pidato Victor mengusik kenyamanan kader dan simpatisan PAN di seluruh Indonesia. “Dengan teknologi sosmed yang ada saat ini, video dan pernyataan itu sangat cepat menyebar. Dari dapil saya saja sudah banyak yang mempertanyakan. Ada banyak aktivis partai dan simpatisan yang resah,” kata Saleh.
Pernyataan seperti itu menurut Saleh tidak semestinya disampaikan oleh Victor yang dikenal sebagai petinggi Partai Nasdem. Dia menyebut Victor tidak memahami makna dan konsepsi bernegara Islam dalam sistem khilafah.
Tuduhan Victor bahwa PAN adalah partai intoleran dan mendukung gerakan ekstremis dinilai Saleh tidaklah beralasan. Ini menurutnya dibuktikan dari latar belakang keagamaan dan suku para anggota legislatif PAN di tingkat DPR RI maupun DPRD. Selain itu, PAN juga menjalin kerjasama dengan Nasdem yang notabene merupakan Partai Victor dalam sejumlah pilkada maupun pembahasan legislasi di DPR.
“Sangat heterogen, baik dari aspek suku, bangsa, bahasa, dan agama. Bagi PAN, perbedaan adalah merupakan sunatullah (hukum alam) yang harus diterima sebagai anugerah dari Tuhan sang pencipta,” ujar Saleh.
Saleh berharap Victor tidak menjadikan perbedaan pandangan politik dalam pembahasan Undang-Undang Pemilu dan Perppu Ormas sebagai alasan mendiskreditkan PAN. Dengan bersikap semacam itu, menurut Saleh, Victor justru menjadi pihak yang tidak toleran dengan perbedaan. “Karena sangatlah tidak mungkin semua partai politik harus disamakan pendapat dan pandangannya dalam menyikapi semua persoalan,” kata anggota Komisi IX DPR RI ini.
Benny K. Harman, Ketua DPP sekaligus Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR tidak bisa menyembunyikan rasa geramnya terhadap Victor. Ia menilai pidato Victor sebagai upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitas Demokrat di NTT dan di tingkat nasional. “Sangat tendensius, menzalimi dengan maksud agar Partai Demokrat dijauhkan dari rakyat NTT,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari daerah pemilihan NTT ini menilai pidato Victor bermuatan politis. Menurutnya pidato itu tidak lepas dari ajang Pilkada Gubernur maupun pilkada di 10 kabupaten di sana. Benny meminta seluruh rakyat NTT tetap tenang bekerja, menjaga perdamaian dan keharmonisan dengan tidak gampang diprovokasi oleh pernyataan Victor.
Menurut Benny, Victor harus meminta maaf atas ucapannya. Sebab pidato itu sejatinya mengkerdilkan diri Victor sendiri. “Tuduhan kejam tersebut justru mengerdilkan ketokohan yang bersangkutan dan sangat mengadu domba masyarakat NTT yang selama ini dikenal harmonis dan cinta damai,” katanya.
Victor Laiskodat ialah Ketua Fraksi Partai Nasdem di DPR RI. Tirto berusaha menghubungi Victor melalui telepon guna mengkonfirmasi isi video pidato yang dikaitkan dengan dirinya. Namun hingga saat ini usaha Tirto belum mendapatkan respons. Panggilan telepon kerap diputus.
Penulis: Jay Akbar
Editor: Maulida Sri Handayani