Menuju konten utama

Palu, Sigi, dan Donggala Masih Butuh Banyak Relawan

Total relawan ACT di Palu sampai Senin (8/10/2018) sejumlah 120 orang

Palu, Sigi, dan Donggala Masih Butuh Banyak Relawan
Sejumlah warga korban gempa tsunami mengambil bantuan yang dibawa oleh prajurit TNI bersama relawan di Sirenja, Desa Tondo, Donggala bagian utara, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp/18

tirto.id -

Wilayah terdampak gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), masih membutuhkan banyak relawan untuk menyalurkan logistik hingga ke pelosok daerah terisolir.

Hal ini berdasarkan data yang dihimpun Assessment Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk Posko Tanggap Bencana di Palu Andi Sandhi di Palu, pada Selasa (9/10/2018).

Data tersebut menyatakan selain ada satu posko induk, pihaknya telah membuka satu posko lain di Palu, satu di Sigi dan dua di Donggala. Meski demikian bantuan ke masyarakat memang tidak bisa dengan cepat tersalurkan karena minimnya jumlah relawan di posko-posko tersebut.

Sementara, total relawan ACT di Palu pada Senin (8/10/2018) ada 120 orang, sejumlah relawan dari Kalimantan Timur yang sudah bergerak di hari ke-2 pascagempa dan tsunami sudah kembali ke tempat asalnya setelah seminggu berada di Sulteng. Karena akses masuk logistik ke Palu juga terkendala awalnya, maka semua bantuan dari Makassar, Balikpapan, Jawa Timur dan Lombok sempat tertahan di Makassar. Baru kemudian pada Sabtu (6/10/2018), logistik bisa masuk ke Palu.

Kemudian, pada Minggu (7/10/2018) setelah logistik dikeluarkan, pihak ACT berupaya langsung menjangkau masyarakat yang mudah terakses terlebih dulu, sambil menunggu relawan lain hadir. Segera tim akan memetakan lokasi-lokasi yang belum tersentuh bantuan karena lokasi yang sulit.

Sebelumnya, Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazizmu) dan Muhammadiyah Disaster Managemant Center (MDMC) yang memiliki posko di Universitas Muhammadiyah, Kota Palu, juga menghadapi permasalahan yang sama.

Berdasarkan pantauan Antara di lokasi, pada Sabtu (6/10/2018), beberapa truk berisi logistik bantuan belum dapat diturunkan karena keterbatasan tenaga sukarelawan.

Koordinator Penerima dan Penyaluran Sembako Posko Utama Pemerintah Kota Palu Yohan Wahyudi yang sekaligus Kabag Humas Pemerintah kota Palu mengeluarkan imbauan untuk RT atau RW proaktif menginventarisir jumlah kepala keluarga (KK) dan jumlah jiwa serta kebutuhan logistik para pengungsi.

Hasil invetarisir jumlah KK, jumlah jiwa dan kebutuhan logistik tersebut harus diserahkan ke kelurahan, babinsa atau polmas agar dilanjutkan untuk bisa melaporkan dan menjemput kebutuhan logistik pada Posko Logistik Rujab Wawali atau Mako Kodim 1306.

Selanjutnya pihak Kelurahan mendistribusikan logistik tersebut ke titik-titik pengungsian yang ada di kelurahan masing-masing dengan memperhatikan keadilan dan pemerataan pendistribusian logistik sesuai jumlah jiwa yg ada pada titik pengungsian tersebut.

Untuk warga yang mengungsi di lingkungan rumah masing-masing diperkenankan memasukkan data KK dan jumlah jiwa kepada pemerintah kelurahan melalui RT/RW setempat untuk memperoleh suplai logistik sampai dengan masa Tanggap Darurat berakhir dan atau kegiatan perekonomian telah mulai berjalan.

Yohan menyatakan, Pemerintah Kota Palu tidak pernah mempersyaratkan KTP atau KK, baik asli maupun fotocopy dalam penerimaan bantuan logistik.

Baca juga artikel terkait GEMPA PALU DAN DONGGALA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani