Menuju konten utama

Pacar Briptu Gilang Sempat Mimpi Menikah Sebelum Tragedi Bom

Kekasih Briptu Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata, Dinda Venisita Verani, mengaku sempat bermimpi tentang pernikahan keduanya, tak berapa lama sebelum kejadian bom di Kampung Melayu yang menyeret nyawa sang Briptu.

Pacar Briptu Gilang Sempat Mimpi Menikah Sebelum Tragedi Bom
Kasir Halte Bus Way Kampung Melayu tampak berdiri di depan titik lokasi kejadi Bom Bunuh Diri, Jakarta, Kamis (25/5). tirto.id/Arimacs Wilander.

tirto.id - Beberapa saat sebelum aksi terorisme bom di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, kekasih Briptu Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata yang bernama Dinda Venisita Verani mengaku sempat bermimpi tentang pernikahan keduanya. Sayang, Briptu Gilang pergi mendahului Dinda akibat teror biadab yang terjadi pada Rabu (24/5) malam kemarin.

"Saya sempat mimpi..." kata Dinda sebelum tercekat, lalu menutupkan jemari tangan pada bibirnya. "Saya mimpi menikah..."

Kepada Antara, Dinda mengatakan bahwa komunikasi terakhir dengan Gilang lewat aplikasi perpesanan hanya sekira 15 menit sebelum ledakan bom bunuh diri yang menjadi petaka bagi 16 orang itu terjadi. Sementara itu pertemuan langsung antara keduanya terakhir berlangsung kurang lebih dua minggu yang lalu.

"Komunikasi terakhir 15 menit sebelum kejadian, cuma WA 'yank' gitu doang. Kemudian saya balas 'kenapa yank?' Terus enggak dibalas lagi" kata Dinda.

Ia menuturkan bahwa Gilang berencana mendatangi rumahnya di Cengkareng, Jakarta Barat, sore hari sebelum kejadian, namun kemudian membatalkan rencana karena harus bertugas menjaga pawai obor pada malam harinya.

Sementara itu menurut penuturan salah satu kerabat Gilang, Wijiati (49), sebenarnya ada rencana dari pihak Gilang sendiri yang akan bertunangan dengan Dinda usai lebaran. Sayangnya, rencana tersebut pupus sudah karena kenyataan berkata lain.

Bersama kedua orangtua Gilang, Muhammad Sri Sarjoyo dan Ningwyarti, serta segenap kerabat, hari ini Dinda bertolak ke Srago Gede, Mojayan, Klaten, Jawa Tengah, untuk mengantarkan Gilang ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Kronologi Versi Bripda Febrianto Sinaga

Sementara itu Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto memaparkan kronologi ledakan bom di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu (24/5) malam berdasarkan kesaksian Bripda Febrianto Sinaga.

Dalam konferensi pers yang disiarkan stasiun televisi, Setyo menjelaskan bahwa ledakan pertama terjadi pukul 21.00 WIB di depan toilet umum, dan lima menit kemudian ledakan kedua terjadi di dekat halte Transjakarta Kampung Melayu yang jaraknya hanya lima sampai 10 meter dari toilet umum.

Saat kejadian, ia melanjutkan, Bripda Febrianto sedang bertugas melakukan pengamanan untuk antisipasi pawai obor di Kampung Melayu.

Bripda Febrianto sedang makan pecel lele hanya 50 meter dari tempat kejadian perkara. Ketika mendengar ledakan, dia sontak berlari ke lokasi bersama teman-temannya. Sesampaikan di tempat ledakan, dia mencium bau menyengat dan kepulan asap tebal berwarna putih.

Dia melihat ada empat orang tergeletak, termasuk Bripda Taufan Tsunami dan Bripda Yogi. Dia tidak mengenali dua orang lainnya karena tidak sempat melihat wajahnya.

Saksi kemudian menghentikan kendaraan yang lewat untuk mengevakuasi korban. Dan ketika mereka sedang mengevakuasi korban, ledakan kedua terjadi di lokasi yang jaraknya hanya 10 meter dari lokasi pertama terjadi.

Bripda Febrianto merasakan telinganya sakit akibat ledakan tersebut, karenanya dia menjauh dari lokasi dan segera pergi untuk melapor ke Mapolres Jakarta Timur diantar seorang pengendara sepeda motor.

Dua ledakan bom di Kampung Melayu itu dipastikan menewaskan lima orang dan melukai sebelas orang, demikian menurut Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Umar Shahab.

"Dari 16 korban itu, kami sangat menyesal ada sembilan anggota Polri dan tujuh masyarakat umum," kata Umar di Rumah Sakit Premiere Jatinegara, Jakarta, Kamis (25/5/2017).

Akibat ledakan di Kampung Melayu tersebut tiga anggota Polri meninggal dunia dan enam orang lainnya menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Premiere Jatinegara dan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto (RS Polri).

Sementara di antara tujuh warga sipil yang menjadi korban, ada dua yang meninggal dunia, diduga pelaku bom bunuh diri, dan sisanya terluka.

"Ada dua Mr.X itu diduga sebagai pelaku. Kondisinya ada yang utuh dan ada yang tidak utuh," ujar Umar.

Baca juga artikel terkait BOM KAMPUNG MELAYU atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Hukum
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan