Menuju konten utama

Opposites Attract, Bisakah Membawa Hubungan Jadi Lebih Baik?

Merasa punya karakter "berlawanan" dengan pasanganmu? Kira-kira, sejauh mana relasi opposites attract ini dapat kalian perjuangkan?

Opposites Attract, Bisakah Membawa Hubungan Jadi Lebih Baik?
Header Diajeng Opposite Attract. tirto.di/Quita

tirto.id - Dalam teori kemagnetan, kutub yang berbeda akan saling menarik sementara kutub yang sama justru saling menolak. Apakah ini juga berlaku dalam hal percintaan?

Opposites attract, atau ketertarikan berlawanan, adalah istilah yang dikenalkan oleh sosiolog Amerika, Robert Francis Winch. Dalam jurnal terbitan American Sociological Review(1954), ia dan rekannya mengungkap bahwa seseorang bakal mencari pasangan yang bisa melengkapinya. Jadi, yang membuat sebuah hubungan berhasil bukanlah kesamaan, melainkan perbedaan karakter keduanya.

Sejak itu, keyakinan ini bisa dibilang tertanam dalam budaya populer. Seorang introvert bakal jatuh cinta dengan orang extrovert, orang yang “bandel” akan suka dengan karakter adem nan kalem, dan semacamnya.

Dalam fiksi pun kisah opposites attract yang berakhir bahagia banyak diangkat, sebutlah Beauty and the Beast dan Cinderella, atau film Hollywood Crazy Rich Asian dan drama Korea Crash Landing on You.

Header Diajeng Opposite Attract

Header Diajeng Opposite Attract. foto/Istockphtoo

Namun sesungguhnya teori opposites attract telah banyak disanggah, salah satunya, oleh psikolog sosial Donn Byrne. Lewat penelitiannya, ia menemukan partisipan lebih tertarik dengan orang yang memiliki sikap mirip dengannya ketimbang mereka yang memiliki sikap berlawanan.

Byrne berpendapat, seseorang cenderung menyukai ide dan keyakinan yang didukung oleh orang lain. Orang yang setuju dengan kita dipercaya lebih bisa memvalidasi sikap dan memenuhi kebutuhan kita.

Dalam penelitian lain, ditemukan bahwa kemiripan sikap menjadi faktor penentu di awal hubungan. Ada pula penelitian yang mengungkap banyak kemiripan sikap dalam hubungan pertemanan dan lebih banyak lagi kemiripan dalam hubungan romantis.

Teman dan pasangan cenderung memiliki keyakinan, nilai, dan hobi yang sama. Orang cenderung tertarik atau mempercayai orang yang memiliki ciri fisik serupa, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang memilih orang lain yang berkepribadian serupa.

Kei Savourie, dating and relationship coach dari Kelas Cinta setuju dengan studi-studi yang mengatakan pasangan dengan similar values akan lebih langgeng dibandingkan dengan yang values-nya berbeda.

“Saat seorang pria punya prinsip mau punya istri yang jadi ibu rumah tangga aja, bukan ibu bekerja kantoran, jelas dia akan lebih cocok dengan perempuan yang value­-nya sama. Kalau beda prinsip wah bisa perang terus rumah tangganya,” ujar Kei.

Walau begitu, bukan berarti ketertarikan seseorang terhadap pasangan yang berlawanan tak akan berhasil. Misalnya, orang yang tidak sabaran tertarik dengan orang penyabar, maka mereka bisa saling melengkapi. Namun kemungkinan besar ini tidak berlaku jika perbedaan itu ada dalam prinsip hidup, karena ini berpotensi menimbulkan masalah.

Header Diajeng Opposite Attract

Header Diajeng Opposite Attract. foto/IStockphoto

Seperti yang dinyatakan oleh psikolog Dr. Leslie Beth Wish, formula untuk pasangan yang sehat dan bahagia adalah nilai-nilai dan etika yang sama. Namun ada ciri-ciri kepribadian tertentu yang membuat orang tertarik, apa pun tipe kepribadian atau kecantikannya.

“Punya opposites attract dalam hal hubungan asmara butuh energi ekstra double dibandingkan pasangan yang memiliki prinsip hidup mirip. Kamu udah siap?” tanya Kei.

Bagi Kei, yang terpenting dalam hubungan adalah kerja sama dan investasi yang seimbang. Antarpasangan saling usaha dan saling sayang. Setiap pasangan perlu bicara baik-baik jika ada konflik, menghindari berkata-kata kasar, jangan ghosting, segera cari solusi, dan selesaikan masalah.

Yang biasanya terjadi pada pasangan “berlawanan”, bukan hanya ada konflik akibat perbedaan internal, melainkan juga perbedaan eksternal. Kei kembali mengingatkan bahwa kita dan pasangan butuh kekuatan dan kesolidan untuk menghadapi tekanan dari luar.

Berani untuk menentang dunia? Berani menentang anggapan orang tua, keluarga besar, sahabat, rekan kerja, dan lainnya? Hal ini sedari awal harus didiskusikan dengan pasangan.

“Punya hubungan yang berbeda [agama, suku, ras, kasta, status sosial, dan lain-lain] prinsipnya cuma satu. Kalau kamu tidak berani menghadapi yang ada di depan, lebih baik nggak usah. Jangan cari penyakit sendiri. Tapi kalau kamu sudah siap, ‘nekat’ menerjang semua rintangan, baru boleh kamu lanjutin.”

Enjoy the ride with your significant other, you’ll never know what you might discover together!

Baca juga artikel terkait LYFE atau tulisan lainnya dari Natalia Dian

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Natalia Dian
Penulis: Natalia Dian
Editor: Yemima Lintang