tirto.id - Anggota delegasi oposisi Suriah pada Minggu (22/1/2017) tiba di ibu kota Kazakhstan, Astana, untuk melangsungkan pembicaraan damai tatap muka dengan pemerintah negara yang sedang dilanda perang itu.
Pembicaraan yang berlangsung Senin (23/1/2017) itu akan menjadi perundingan tatap muka pertama bagi delegasi oposisi yang terdiri dari perwakilan berbagai kelompok pemberontak dengan delegasi rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kedatangan Ketua juru runding oposisi Mohammad Alloush didampingi tokoh pemberontak, termasuk Fares Buyush dari Angkatan Darat Idlib, Hassan Ibrahim dari Front Selatan dan Mamoun Hajj Moussa dari Suqur al-Sham.
Seorang sumber yang dekat dengan tim oposisi mengatakan kepada AFP, seperti dilansir dari Antara, Senin (23/1/2017) bahwa delegasi diperluas dari delapan tokoh oposisi menjadi total 21 orang, selain 21 penasihat hukum dan politik.
Sementara 10 anggota delegasi yang dipimpin oleh duta besar Suriah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Bashar al-Jaafari berangkat dari Damaskus pada Minggu menurut kantor berita pemerintah Suriah SANA.
Para pemberontak menegaskan pembicaraan hanya akan fokus pada pemberlakuan gencatan senjata nasional yang diperantarai oleh pendukung oposisi Turki dan sekutu rezim Rusia bulan lalu.
Meski mendukung pihak berlawanan dalam konflik Suriah yang sudah berkecamuk hampir enam tahun, Turki dan Rusia bekerja sama dalam beberapa pekan terakhir untuk mengamankan penghentian perang brutal yang telah menewaskan lebih dari 300.000 orang itu.
Pembicaraan Astana, yang penyelenggaraannya juga dibantu sekutu Presiden Suriah, Iran, akan menjadi ujian pertama dari kemitraan baru itu. Pembicaraan akan digelar di Rixos President Hotel. Tokoh-tokoh pemberontak dan rezim duduk di ruangan yang sama dengan utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura.
Sebelumnya, menurut warta kantor berita Rusia, De Mistura pada Minggu memuji pembicaraan itu sebagai "inisiatif baik.”
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh