tirto.id - Perangkat pemerintahan di sekitar dataran Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, mengaku bahwa kehadiran aparat gabungan TNI-POLRI dalam Operasi Tinombala 2016 turut berkontribusi dalam meningkatkan keamanan daerah tersebut.
"Kalau ada yang mengatakan bahwa suasana di Napu mencekam, itu tidak benar. Suasana batin dan psikologis masyarakat saat ini justru lebih tenteram dan tenang setelah personel Polri dan TNI hadir di kawasan ini," kata Camat Lore Peore M. Weku yang dihubungi melalui telepon seluler oleh kantor berita Antara di Desa Watutau, ibu kota kecamatan tersebut, Rabu, (30/3/2016).
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Camat Lore Timur Jeri Gambu dan Camat Lore Utara Y.Tokare, saat dikonfirmasi tentang pemberitaan sebuah media di Palu yang menyebutkan bahwa suasana dataran Napu saat ini sangat mencekam.
Camat Weku mengamini bahwa pada awalnya kehadiran personel gabungan TNI-POLRI pada Maret 2016 sempat mencemaskan para warga yang menyaksikan banyak orang-orang tidak dikenal berkeliaran di sekitar hutan dan kebun warga.
"Namun ketika personel Polri dan TNI masuk ke Napu dalam jumlah besar, warga kini merasa lebih aman dan tenteram," kata Weku.
Weku mengakui bahwa sebagian warga belum mendatangi kebun mereka yang jauh dari kampung, terutama yang berada di pinggiran hutan, karena aparat berwenang sempat mengeluarkan larangan ke kebun. Namun, warga yang tetap pergi ke kebun selama lokasinya dekat dari perkampungan dan jauh dari hutan.
"Yang dilarang itu adalah masuk hutan mencari rotan dan damar. Kalau ke kebun, biasa saja, bahkan aparat keamanan siap mengawal warga yang mau ke kebun. Tinggal melapor saja ke petugas yang ada di desa dan mereka pasti bersedia mengawal warga," ujar Y. Tokare, Camat Lore Utara yang dihubungi secara terpisah.
Camat Tokare menjelaskan bahwa masyarakat dataran Napu seluruhnya sangat kooperatif dan siap memberikan informasi kepada aparat secepatnya. Warga juga menyediakan penginapan bagi aparat di rumah-rumah mereka, termasuk logistik dan kebutuhan pokok yang disesuaikan dengan kemampuan warga.
"Sejumlah sarana umum seperti balai desa dan gedung-gedung pemerintah lainnya serta lahan atau kintal milik warga disediakan untuk digunakan personel Operasi Tinombala untuk kelancaran operasi tersebut," ujarnya.
Ketiga camat se-dataran Lore itu mengaku bahwa semua pihak di daerah mereka mendukung Operasi Tinombala dan mendoakan agar aparat keamanan segera bisa meringkus kelompok pembuat teror yang saat ini dilaporkan bersembunyi di hutan-hutan sekitar wilayah Napu.
Di sisi lain, Otoritas Operasi Tinombala mengklaim bahwa kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Santoso kian terdesak dari persembunyian sebelumnya di kawasan Gunung Biru, Kecamatan Poso Pesisir, menuju ke Dataran Napu, Kabupaten Poso.
Mereka mencatat bahwa sudah delapan anggota kelompok Santoso tewas dan dua lainnya berhasil tertangkap hidup-hidup. Kelompok Santoso kini diperkirakan tinggal tersisa sekitar 20 sampai 30 orang, dengan kondisi logistik yang mulai menipis dan mengalami perpecahan internal.
"Hambatan utama yang kami hadapi untuk segera meringkus Santoso dan pengikutnya adalah medan yang cukup berat," kata Kapolda Sulteng Brigjen Pol. Rudy Sufajriadi. (ANT)