tirto.id - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebelumnya telah membuat kesepakatan bersejarah melalui pemangkasan produksi minyak. Guna membahas cara-cara memberlakukan rekomendasi pertemuan Aljazair pada September lalu itu, akan diadakan pertemuan informal antara produsen minyak OPEC dan non-OPEC di Turki.
"Sebuah pertemuan informal OPEC dan non-OPEC dijadwalkan pada sela-sela Kongres Energi Dunia di Istanbul Turki dari 9 sampai 13 Oktober," ujar Menteri Energi Aljazair Noureddine Bouterfa kepada Ennahar TV, Kamis (6/10/2016).
Sebagaimana diberitakan Antara, Jumat (7/10/2016), harga minyak tetap belum stabil di pasar global meskipun kesepakatan sudah tercapai di antara negara-negara OPEC. Untuk itu, Bouterfa menambahkan, pertemuan di Turki yang mendahului KTT Wina pada November mendatang, bertujuan mencapai kesepakatan antaranggota kartel untuk menstabilkan pasar.
Lebih lanjut Bouterfa berpendapat bahwa pertemuan yang menghasilkan keputusan historis di Aljazair itu telah menghilangkan rintangan karena anggota-anggota OPEC sepakat untuk membatasi produksi minyak. “Ada kemauan umum untuk bergerak menuju menstabilkan pasar," jelas Bouterfa.
Sebelumnya, pada 28 September lalu, sebanyak 14 anggota OPEC mencapai kesepakatan untuk memangkas produksi minyak dari 33,4 juta barel per hari menjadi 32,5 juta barel atau 33 juta barel per hari. Namun, Bouterfa memperkirakan akan ada penurunan produksi yang lebih besar, mengingat bahwa pemotongan 700.000 barel per hari tidak akan cukup untuk menstabilkan harga minyak antara 50 hingga 55 dolar AS per barel.
Produsen OPEC dan non-OPEC percaya bahwa harga minyak pada 50 atau 60 dolar AS akan menguntungkan bagi konsumen dan produsen. Sebabnya, harga tersebut akan membantu produsen menjaga investasi dan eksplorasi ladang baru, sehingga menjamin ketersediaan produk energi utama ini dalam jangka panjang.
Meski begitu, beberapa ahli meyakini bahwa harga minyak tidak akan naik segera setelah kesepakatan anggota OPEC. “Harga minyak juga bergantung pada faktor-faktor lain, termasuk tingkat pertumbuhan global serta pasokan dan permintaan,” ujar Abderrahmane Mebtoul, salah seorang ahli.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari