Menuju konten utama

Naiknya Jumlah Pendaki Picu Bahaya Kepadatan di Everest

Jumlah pendaki yang diizinkan mendaki di Gunung Everest pada musim semi ini adalah yang tertinggi dalam sejarah.

Naiknya Jumlah Pendaki Picu Bahaya Kepadatan di Everest
Pendakian ke puncak Gunung Everest. FOTO/Shutterstock

tirto.id - Jumlah izin dari pemerintah Nepal kepada para pendaki yang ingin menaiki Gunung Everest pada musim semi memecahkan rekor. Namun, jumlah itu justru memicu kekhawatiran mengenai kepadatan berlebih di puncak tertinggi di dunia tersebut.

Seperti dikutip dari Antara, Jumat (5/5/2017), sebanyak 373 pendaki asing diizinkan mendaki Everest dari sisi selatan saat cuaca bagus bulan ini. Meningkatnya jumlah pendaki otomatis memberi negara Himalaya itu pemasukan lebih dari dua juta dolar AS (sekitar Rp26,6 miliar).

Kebanyakan upaya pendakian puncak gunung 8.848 meter itu dengan bantuan minimal satu pemandu Nepal untuk setiap pendaki, yang artinya akan ada lebih dari 750 pendaki yang menuju puncak gunung tersebut dalam beberapa pekan mendatang.

"Jumlah pendaki yang diizinkan mendaki Everest musim ini adalah yang tertinggi dalam sejarah," kata juru bicara Kementerian Pariwisatan Durga Dutta Dhakal.

Selain itu, lalu lintas pejalan kaki di Everest tahun ini pun diperkirakan akan padat karena para pendaki yang terpaksa tidak bisa mendakinya setelah jalur pendakian ke gunung itu ditutup dua tahun berturut-turut setelah gempa 2015, bergegas menggunakan perpanjangan izin mereka sebelum kadaluwarsa.

Masa pendakian yang sibuk pada musim semi ini juga disebabkan tutupnya Everest secara efektif dua tahun berturut-turut setelah longsor es mematikan tahun 2014 yang menewaskan 16 Sherpa, dan gempa yang memicu longsor salju pada tahun berikutnya hingga merenggut 18 nyawa.

Ada sedikit penurunan dari jumlah izin yang dikeluarkan pada 2016, tetapi sebaliknya ada peningkatan stabil dari jumlah orang yang berusaha mendaki gunung tertinggi di dunia itu dalam satu dekade terakhir.

Peningkatan upaya pendakian ke gunung itu memunculkan kekhawatiran mengenai potensi bahaya akibat kepadatan berlebihan di puncak gunung itu.

"Skenario terbaik untuk 2017 adalah sebanyak mungkin hari-hari bercuaca bagus untuk menyebar kerumunan," tulis blogger pendaki gunung Alan Arnette dalam unggahan terkininya.

"Kalau seperti tahun 2012 dengan empat atau bahkan enam [hari] kita bisa menghadapi rekor kematian, rekor radang dingin saat melihat rekor pendakian-- skenario sangat buruk."

Satu foto kemacetan lalu lintas besar di bawah puncak Everest pada 2012 memicu seruan untuk memperbaiki pengelolaan Everest, dan bahkan untuk membatasi jumlah izin pendakian setiap tahun.

Namun Ang Tsering Sherpa, kepala Nepal Mountaineering Association, mengatakan pelajaran sudah diambil dari tahun-tahun sebelumnya.

"Kalau ada terlalu banyak pendaki yang ingin naik pada tanggal yang sama, kami akan berusaha menjadwal ulang supaya tidak menyebabkan kemacetan," kata Sherpa.

Musim ini Everest telah memakan kematian pertama, yang dialami pendaki Swiss, Ueli Steck, yang meninggal dunia pada Minggu dalam pendakian aklimatisasi.

Tahun lalu lima orang kehilangan nyawa di puncaknya, sementara 443 berhasil mendaki dari sisi Nepal dan hampir 200 melakukannya dari sisi utara Tibet.

Baca juga artikel terkait EVEREST atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari