tirto.id - Beragam penjual menumpuk di depan pintu Monas, Jakarta Selatan, samping Stasiun Gambir. Dagangan penjual tersebut mulai dari somai, peci, rokok, minumam seduh, hingga tikar.
Salah satu penjual tikar, Nalem (40) berada di luar Monas. Ia datang dari Karawang bersama dua kawannya yang juga berjualan tikar.
"Jualan apa saja gak boleh [masuk], gak tau itu apa alasannya polisi," kata Nalem kepada reporter Tirto saat ditemui di depan pintu Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019) malam.
Nalem khusus berjualan di Monas dalam momen 212. "212 yang dulu sih boleh [masuk ke dalam Monas]," ujar dia.
Penyaringan orang-orang yang memasuki kawasan Monas dilakukan oleh petugas kepolisian dan Laskar Pembela Islam (LPI). Mereka memeriksa pengunjung yang masuk.
"Koreknya jangan dibawa masuk, koreknya dikumpulin," ujar salah seorang penjaga dari LPI.
Mereka menjaga acara yang disebut Novel Bamukmin, sebagai Malam Munajat 212, acara tersebut diadakan oleh Lembaga Dakwah FPI Pusat dan MUI Jakarta.
"Jadi yang mengadakan ini Lembaga Dakwah FPI Pusat dan MUI Jakarta," kata Novel saat dihubungi oleh reporter Tirto, Kamis (21/2/2019).
Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta menjawab tentang pelaksanaan acara doa bersama di Monas, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
MUI Jakarta menyebut, acara bukan lah Munajat 212, tetapi acara senandung salawat.
"Bukan (acara munajat 212), kalau dari MUI DKI kita namanya Senandung Salawat," kata Sekretaris Infokom MUI Jakarta Nanda Khairiyah.
Nanda membenarkan, acara di Monas diselenggarakan oleh MUI Provinsi DKI Jakarta. Acara tersebut digelar untuk bersifat muhasabah (instropeksi diri). Mereka ingin mengadakan acara untuk menyatukan umat yang ada di Jakarta, dan Indonesia.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Zakki Amali