tirto.id - Peserta Munajat 212 atau Senandung Salawat mulai memadati kawasan Monumen Nasional (Monas) pada Kamis (21/2/2019) sekitar pukul 19.30.
Sepanjang jalan di simpang Merdeka Tenggara, penjual memadati trotoar dan bahu jalan. Mulai dari gorengan, peci, minuman dingin, gantungan kunci, stiker, tikar dan juga bendera bertuliskan lafaz Allah dijual bebas.
Pintu masuk dijaga oleh petugas dari Laskar Pemuda Islam dan anggota kepolisian. Sepanjang jalanan terpantau lalu lintas macet karena dipenuhi oleh massa yang berjalan kaki dan memarkir kendaraan di bahu jalan.
Sementara itu, jalanan menuju Monas. Jakarta Pusat, dari arah Menteng juga padat. Sepanjang jalan ditemui beberapa bajaj mengarah ke Monas.
Salah satu peserta Yayah (58) dari Kelapa Dua menyatakan bahwa ia datang bersama suami dan tetangganya menggunakan bajaj.
"Iya, pakai bajaj, tetangga tadi juga pada ikutan [ke Monas], tapi belum ketemu," kata Yayah kepada reporter Tirto saat ditemui di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, malam ini.
Yayah baru saja mau memasuki kawasan Monas pada sekitar pukul delapan malam. "Iya, ini mau masuk ke dalam," ujarnya.
Yayah mengatakan bahwa ia hadir karena ingin berzikir dan silaturahmi. "Kami silaturahmi, jadi bisa kenal satu sama lain," ujar dia.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa maksud kedatangannya di acara Monas adalah untuk memiliki pemimpin yang lebih baik. "Ya kami juga kan pengennya untuk yang lebih baik pemimpinnya. Kami gak pilih si ini, si itu, pokoknya yang lebih baik lah," ujarnya.
Kendati demikian, Yayah menampik bahwa kehadirannya di acara Munajat 212 terkait dengan masalah politik.
Peserta lain Mila (40), warga asal Bendungan Hilir juga menyampaikan alasan serupa. Mila mengatakan bahwa dirinya datang untuk melakukan zikir dan mendengarkan ceramah. Ia hadir bersama keluarga dan tetangganya.
"Bukan soal Pilpres, itu sih pilihan pribadi masing-masing ya," ujar Mila kepada reporter Tirto.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Agung DH