Menuju konten utama

MUI Desak Lakukan Sidang Darurat OKI Terkait Masalah Qatar

Majelis Ulama Indonesia mendesak diadakannya Sidang Darurat Organisasi Kerja sama Islam (OKI) guna mengatasi persoalan terkini terkait Qatar.

MUI Desak Lakukan Sidang Darurat OKI Terkait Masalah Qatar
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Sejumlah negara Islam di Kawasan Timur Tengah seperti Arab Saudi, Bahrain, Libia, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Yaman dan Maladewa memutus hubungan diplomatik dengan Qatar karena diduga ikut mendanai terorisme.

Terkait hal itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak diadakannya Sidang Darurat Organisasi Kerja sama Islam (OKI) guna mengatasi persoalan terkini terkait Qatar.

"Mendesak pemerintah Indonesia mengambil langkah islah [perdamaian] dan mendesak Sidang Darurat OKI untuk menghindari perpecahan dan peperangan," kata Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Rabu (7/6/2017), seperti dikutip dari Antara.

Menurut Syamsuddin, tindakan itu sangat penting dilakukan agar OKI bisa memainkan perannya sebagai mediator perselisihan tersebut.

Kendati demikian, ia mengatakan, akan lebih baik jika persoalan Qatar bisa diselesaikan secara internal melalui asosiasi kerja sama negara-negara Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC).

Ia mengatakan bahwa MUI juga ikut prihatin sekaligus khawatir akan ketegangan yang di Timur Tengah menciptakan fitnah besar yang bisa menghancurkan dunia dan peradaban Islam.

Syamsuddin menilai langkah OKI sangat penting dalam mencermati perkembangan terkini terutama terkait krisis perdamaian dan keamanan di negara-negara Islam Kawasan di Timur Tengah, khususnya ketegangan antara Saudi Arabia, Mesir, Uni Emirat Arab dan Kuwait terhadap Qatar.

Ia mengatakan hal itu bisa berpotensi menyulut terjadinya perang saudara antarsesama negara-negara Islam.

Selain itu, ia juga khawatiran keadaan tersebut akan dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan politik yang anti-Islam sehingga bisa berimbas kepada hal yang merugikan umat Islam di belahan dunia lainnya.

Turki dan Irak Tak Setuju Pemutusan Hubungan Terhadap Qatar

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap sanksi yang dijatuhkan atas Qatar setelah hubungan diplomatik antara beberapa negara Arab dan Qatar memburuk, Selasa (6/6).

"Saya ingin dengan jelas mengatakan bahwa kami tidak menyetujui sanksi atas Qatar," kata Erdogan, sebagaimana dikutip kantor berita resmi Turki, Anadolu Agency.

"Perkembangan ini, yang terjadi saat kita memerlukan solidaritas dan kerja sama lebih besar daripada sebelumnya, tidak bagus buat negara mana pun di wilayah ini," kata Erdogan.

Pada hari yang sama, Presiden Turki tersebut melanjutkan upayanya guna meredakan ketegangan setelah keputusan oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Yaman, Libya dan Maladewa untuk memutuskan hubungan dengan Qatar dengan tuduhan "Qatar mendukung terorisme".

Sementara itu, Perdana Menteri Irak Haider Al Abadi juga ikut menyesalkan sikap pemutusan hubungan diplomatik terhadap Qatar. Ia pun berikrar akan bekerja sama dengan setiap negara untuk mengalahkan petempur IS.

"Kami menyesalkan silang pendapat yang melanda wilayah ini saat ini," kata Al-Abadi dalam taklimat setelah pertemuan mingguan kabinetnya pada Selasa (6/6/2017) waktu setempat.

Negara-negara di wilayah Timur Tengah telah menyadari tak ada negara yang jauh dari terorisme. Karenanya Al Abadi mengatakan "Irak siap bekerja sama dengan setiap negara yang ingin menghapuskan terorisme," demikian seperti yang dilansir Antara, Rabu (7/6/2017).

"Terorisme tidak membidik pihak atau kelompok tertentu, tapi berusaha membidik kehidupan dalam segala bentuknya," kata Al-Abadi.

Baca juga artikel terkait HUBUNGAN DIPLOMATIK atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto