tirto.id - Ole Gunnar Solskjaer mengakui penampilan Manchester United kontra Wolverhampton Wanderers di Stadion Molineux pada Minggu (17/3/2019) adalah yang terburuk sejak ia menangani klub tersebut. Dalam laga itu, United ditumbangkan tuan rumah dengan skor 2-1 dan resmi tersingkir di 8 besar Piala FA 2019.
“Hari ini adalah permainan terburuk yang pernah kami tampilkan," ungkap Solskjaer dikutip situs resmi Manchester United.
Bagi Manchester United, kekalahan atas Wolverhampton itu adalah kekalahan kedua secara beruntun dalam dua laga terakhir. Sebelumnya, United ditumbangkan oleh Arsenal 2-0 dalam ajang Liga Inggris di Stadion Emirates pada 10 Maret 2019 lalu.
Namun, menurut Solskjaer, kekalahan melawan Arsenal lebih bisa dimaafkan daripada saat disingkirkan Wolverhampton. Pasalnya, dalam laga terakhir, timnya tidak memberikan perlawanan yang semestinya.
"Kami tidak memiliki tekanan untuk membahayakan lawan dan kualitas saat menguasai bola," terang mantan juru taktik Cardiff City itu dikutip Guardian.
Bersama Ole Gunnar Solskjaer, catatan Manchester United tergolong manis. Mereka bisa lolos ke perempat final Liga Champions meski sempat kalah 0-2 dari PSG di leg pertama yang digelar di Old Trafford. Namun, kekalahan dari Wolverhampton membuat Iblis Merah kini cuma bisa meraih gelar di Eropa. Mereka sudah sulit juara Liga Inggris, dan tersingkir dari Piala FA serta Piala Liga Inggris.
Secara keseluruhan, dari 19 pertandingan bersama Solskjaer, Manchester United menang 14 kali, seri 2 kali, dan 3 kalah. Persentase kemenangan mencapai 73,7 persen. Namun, sang juru taktik mengeluhkan performa timnya saat tidak bertaji melawan Wolverhampton.
Solskjaer memaparkan, "Minggu lalu [saat tumbang 2-0 di Arsenal], kami [masih] senang dengan penampilan [yang kami tunjukkan di laga itu]. [Tetapi saat tumbang dari Wolves] Itu sangat mengecewakan. Secara keseluruhan, mereka pantas menang karena mereka memiliki peluang yang lebih baik.
"Kami [memang] mendominasi penguasaan bola tetapi kami tidak pernah benar-benar merasa memegang kendali dan saya tidak pernah benar-benar merasa bahwa kami menekan mereka,” tambahnya.
Yang dikatakan Solskjaer usai laga itu memang benar adanya. Berdasarkan statistik Whoscored di laga tersebut Iblis Merah memiliki penguasaan bola mencapai 61%, tetapi hanya berhasil membuat 2 tendangan tepat sasaran dari 11 kali percobaan.
Sementara tuan rumah yang tidak terlalu banyak memegang bola, bermain lebih efektif dan memanfaatkan setiap bola yang mereka peroleh untuk mengancam pertahanan Manchester United. Diogo Jota dan rekan-rekan, berhasil membuat 7 peluang tepat sasaran dari 17 kali percobaan, membuat Sergio Romero menjadi pemain paling sibuk di kubu Manchester United pada laga tersebut.
Tiga counter attack yang dilancarkan oleh anak asuh Nuno Espirito Santo, semuanya berhasil membahayakan pertahan Manchester United. Salah satunya membuahkan gol kedua tuan rumah yang diciptakan oleh Diogo Jota. Sementara tim tamu tidak memiliki counter attack yang mematikan, seperti yang biasanya dilakukan Paul Pogba dan rekan-rekan di era Solskjaer.
Mengenai hal tersebut, Solskjaer mengakui bahwa timnya memang lebih membahayakan ketika bermain cepat. Di laga kontra Wolves pun, ia menyebut anak asuhnya berhasil merepotkan lini pertahanan tuan rumah saat memainkan bola dengan cepat ke area pertahanan lawan.
Namun, hal tersebut tidak terjadi di babak kedua, kala asuhnya terlihat terlalu nyaman memainkan bola, sebelum terjadi gol pertama dari Raul Jimenez.
“Kami lebih baik ketika bermain cepat, [dengan] berlari maju [ke area pertahanan lawan]. Beberapa kali ketika Paul [Pogba] membebaskan diri di babak pertama dan [membawa bola] melaju ke arah mereka, [ada] dua kartu kuning [untuk Wolves]. Namun, [ketika] kami memegang bola, saya pikir kami terlalu nyaman saat memegang bola," tandas manajer asal Norwegia tersebut.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Fitra Firdaus