tirto.id - Operasi bariatrik atau bariatric surgery ramai menjadi perbincangan usai penyanyi Melly Goeslaw membagikan pengalamannya di media sosial Instagram usai menjalani operasi atau bedah bariatrik.
"Alhamdulillah berkat ridho dan izin Allah SWT, dan pastinya doa dari semua teman2, operasi Bariatric aku berjalan lancar, Alhamdulillah aku ketemu dengan team dokter di ruang operasinya jg ramah ramah semua, jd sama sekali aku gak tegang," ujarnya.
"Aku mengambil langkah Bariatric ini krn emang setelah program diet dan turun 25kg lebih, aku tetep obes 35kg, dan mentok gak bisa turun2 lagi, sementara rupanya gula darahku juga jd tinggi, saat gula darah tinggi nafsu makan jd makan gede kan, jadi gak kelar2. Alhamdulillah dpt masukan dari my broo @dr_tompi , akhirnya jadi bisa lakukan tindakan ini dengan Dr Peter @bedahbariatrik. Skrg aku sudah segar walau hanya bisa minum air putih, teh tawar dan susu Fresubin selama 2 minggu, tp Alhamdulillah gak lapar, tubuhnya lagi beradaptasi," tambahnya.
Operasi bariatrik, bariatric surgery atau bedah bariatrik juga dikenal dengan pembedahan obesitas yang biasa dilakukan saat sudah terjadi penumpukan lemak dalam tubuh yang masuk tahap kronis. Obesitas sendiri biasanya terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibandingkan dengan pembakaran kalori.
Lantaran kurangnya pembakaran kalori, sehingga kalori akan menumpuk dalam tubuh dan berubah menjadi lemak dan berujung dengan obesitas.
Dampaknya, saat tubuh mengalami obesitas maka beragam ancaman penyakit akan menyintai, mulai dari jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, osteoarthritis, hingga stroke.
Sehingga sering kali operasi bariatrik menjadi salah satu solusi untuk mengatasi obesitas. Meski begitu, biasanya operasi bariatrik akan diindikasikan kepada pasien yang memiliki indeks massa tubuh atau IMT (berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam satuan meter kuadrat) di atas 37,5 kg/m².
Hal ini berarti jika seseorang dengan tinggi 165 sentimeter dengan berat badan 102kg, maka hasil IMTnya adalah 37,5. Dengan berat badan tersebut, sangat sulit untuk menurunkan berat hingga ke berat idealnya, yakni 62 kilogram. Pasien inilah yang memerlukan bantuan operasi, yakni operasi bariatrik.
Namun, terkadang ada pula pertimbangan lain pasien ingin menjalani operasi bariatrik tanpa melihat indikator IMT, terutama pasien dengan kelebihan berat badan.
Misalnya pasien dengan indikator IMF di bawah 30, tetapi memiliki co-morbiditas (penyakit kedua) dengan penyakit penyerta seperti diabetes melitus, jantung, hiperlipidemia (kelebihan lemak dalam darah), hiperkolesterolemia, dan asma.
“Indikasi itu sudah memenuhi syarat dilakukannya operasi bariatrik”, ujar dr. Errawan Ramawitan Wiradisuria, ahli bedah saluran cerna di Mayapada Hospital Lebak Bulus, sekaligus Presiden Perhimpunan Bedah Endolaparoskopik Indonesia (PBEI), dan sekjen Ikatan Ahli Bedah Digestif Indonesia.
Tujuan utama dilakukannya operasi bariatrik sebenarnya adalah untuk memperbaiki sistem metabolisme pada tubuh. Tidak hanya bertujuan sebagai pengurangan berat badan tetapi menghindari resiko penyakit lain karena obesitas.
Meski bedah bariatrik (bariatric surgery) diklaim bisa membantu penderita obesitas serta memperbaiki sistem metabolisme pada tubuh, sayangnya di Indonesia metode ini masih kurang populer bila dibandingkan dengan Filipina.
Di Filipina, metode ini sudah diperkenalkan sejak 8 tahun yang lalu dan sudah sangat populer serta banyak yang memakainya untuk melawan obesitas.
Jenis bedah bariatrik, operasi bariatrik atau bariatric surgery
Dokter Errawan mengatakan, saat ini terdapat dua jenis bedah bariatrik, yaitu,
1. Sifatnya reversible (bisa dikembalikan ke keadaan semula)
Errawan menjelaskan, yang masuk ke golongan reversible adalah metode gastric banding, yaitu leher lambung akan diikat memakai band atau pita atau selang kecil yang terhubung ke sebuah pompa kecil yang ditanam bawah kulit.
Maksudnya di pompa adalah akan disuntikkan cairan steril menuju pita, dan pita bakal mengembang sehingga ‘mencekik’ leher lambung. Akibatnya, pasien akan menjadi cepat kenyang karena terbentuk lambung baru yang ukurannya lebih kecil.
2. Sifatnya irreversible (kondisinya tetap)
Pembedahan tetap atau irreversible dilakukan dengan cara memotongan lambung dan rekonstruksi saluran pencernaan (laparoscopic sleeve gastrectomy). Menurut dokter Errawan, rekonstruksi saluran pencernaan sangat perlu dilakukan agar terjadinya adaptasi lambung yang mengakibatkan berat badan kembali naik di kemudian hari bisa dicegah.
Meski begitu, dokter Errawan mengingatkah bahwa meskipun bedah bariatrik yang sama dilakukan kepada dua orang, efek dan hasilnya akan berbeda. Hal ini bisa terjadi karena tubuh punya kemampuan untuk beradaptasi dan merevitalisasi tubuhnya sendiri.
Setelah menjalani operasi bedah bariatrik, pasien juga harus mau mengubah gaya hidup, disertai dengan kesadaran dan kedisiplinan. Pasien yang menjalani operasi bedah bariatrik juga harus mau menjalani sesi konsultasi ke ahli gizi.
Berapa harga operasi bariatrik?
Biaya operasi bariatrik di setiap rumah sakit pun berbeda-beda. Salah satu rumah sakit yang melayani operasi bariatrik adalah Rumah Sakit EMC Alam Sutera.
Melansir keterangan di laman resminya, RS EMC Alam Sutera melayani operasi bariatrik dengan biaya khusus hingga akhir tahun 2022. Biaya paket operasi bariatrik di RS EMC Alam Sutera mulai dari Rp49.999.000. Biaya ini sudah termasuk kamar perawatan, tindakan bedah, dan obat-obatan.
Paket biaya tersebut belum termasuk:
• Pemeriksaan sebelum tindakan operasi seperti laboratorium, radiologi, dan gatroskopi
• Konsultasi dokter spesialis sebelum tindakan
• Visit dokter selain dokter spesialis digestif dan dokter umum selama perawatan
• Tindakan penyulit medis dan biaya screening COVID-19.
Syarat dan ketentuan penggunaan paket operasi bariatrik:
• Hanya berlaku di RS EMC Alam Sutera
• Harga Ro49.999.000 untuk kamar perawatan kelas 3
• Tidak dapat digabungkan dengan promo lain
• Info lebih lanjut hubungi Contact Center EMC Healthcare: 021 2977 9977 (WA/ Call)
Mitos dan fakta soal operasi bariatrik
Ada beberapa mitos dan fakta terkait operasi bariatrik yang banyak beredar di masyarakat. Berikut penjelasan Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp.B.SubBDig Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif di RS Pondok Indah - Pondok Indah Jakarta soal mitos dan fakta operasi bariatrik,
1. Bedah bariatrik merupakan penemuan dan metode baru
Faktanya bedah bariatrik ternyata sudah ada sejak 1968. Namun, dengan kecanggihan teknologi serta pergembangan ilmu pengetahuan, saat ini metode yang dilakukan adalah dengan pembedahan laparoskopik minimal invasif.
2. Bedah bariatrik berbahaya, risiko tinggi
Faktanya bedah bariatrik merupakan teknik pembedahan yang memiliki risiko sebanding dengan risiko pembedahan untuk mengangkat kandung empedu dan merupakan pembedahan rutin di semua rumah sakit.
3. Harga tindakan bedah bariatrik sangat mahal
Faktanya harga atau biaya operasi bariatrik bisa berbeda-beda di setiap rumah sakit. Selain itu, salah satu kesaksian pasien setelah menjalani bedah bariatrik mengatakan porsi makannya menjadi sangat sedikit, sehingga biaya makan dapat ditabung.
Tabungan kembali terisi seperti sebelum membayar biaya pembedahan setelah 12 bulan. Apabila dibandingkan dengan tidak menjalani bedah bariatrik lalu harus menjalani perawatan ketika terkena komplikasi seperti serangan jantung, maka biaya pemasangan stent jantung satu buah saja sudah jauh melebihi biaya bedah bariatrik.
4. Bedah bariatrik adalah bedah kosmetik
Faktanya bedah bariatrik tidak bertujuan membuat Anda langsing dan memiliki bentuk tubuh yang lebih menarik. Tujuan utama bedah bariatrik adalah menyelamatkan Anda dari komplikasi seperti stroke dan serangan jantung yang merupakan efek langsung dari diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia yang akan menyerang pasien obesitas. Menjadi langsing dan mendapatkan betuk tubuh lebih menarik adalah bonus dan efek tambahan yang hampir selalu terjadi.
5. Bedah bariatrik membutuhkan perawatan lama
Faktanya usai pembedahan memang harus konsultasi dengan dokter sampai bertahun-tahun lamanya, tapi lebih bersifat kontak kelanjutan monitoring yang tidak wajib untuk mendampingi pasien.
6. Bedah bariatrik menyebabkan sakit
Faktanya pasien setelah pembedahan bariatrik rata-rata pulang dari rumah sakit pada hari kedua perawatan, sama seperti kebanyakan pasien setelah pengangkatan usus buntu atau kandung empedu. Bedah bariatrik 99 persennya dilakukan dengan teknik laparoskopi, pembedahan dengan sayatan kecil.
7. Bedah bariatrik sering menimbulkan komplikasi
Faktanya tingkat komplikasi pada pembedahan sleeve gastrectomy, pembedahan bedah bariatrik paling populer saat ini, hanya sekitar 1 dari 1.000 pasien, lebih rendah dari pembedahan kandung empedu.
8. Efek operasi bariatrik tidak menetap, tidak permanen
Faktanya efek bedah bariatrik jauh lebih permanen dari diet manapun. Dampak bedah bariatrik dapat menjadi betul-betul permanen dengan mempertahankan perubahan pola makan yang sudah ada setelah pembedahan. Permanen dapat dicapai dengan disiplin dan menahan diri, serta melakukan hidup sehat dengan berolahraga, yang akan menjadi jauh lebih mudah dilakukan karena bobot tubuh yang sudah berkurang.
9. Operasi bariatrik menyebabkan kurus tidak alami, malnutrisi
Faktanya bedah bariatrik yang paling sering dilakukan yakni sleeve gastrectomy, sangat jarang menyebabkan malnutrisi. Kurus yang dicapai dengan pembedahan bariatrik merupakan kurus karena pembakaran lemak, kurus paling alami yang mungkin didapat.
10. Bedah bariatrik hanya untuk menguruskan badan saja
Faktanya bedah bariatrik memiliki efek luar biasa untuk menyembuhkan atau setidaknya mengurangi kelainan metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.
Editor: Iswara N Raditya