tirto.id - Kembar mayang pengantin merupakan salah satu komponen yang hampir selalu hadir dalam acara pernikahan tradisional Jawa. Kembar mayang sendiri adalah sebuah anyaman dari daun kelapa (janur) dan bunga mayang atau pinang.
Anyaman ini dibuat sedemikian rupa menyerupai boket bunga atau mahkota yang biasanya dibuat dua atau kembar. Penggunaan kembar mayang dalam pernikahan memiliki makna yang dalam. Tidak hanya itu, tersebar pula mitos fakta terkait kembar mayang di Indonesia.
Belakangan ini penggunaan kembar mayang di pernikahan sedang ramai dibicarakan usai pernikahan penyanyi Denny Caknan.
Melalui sebuah unggahan di media sosial, banyak netizen mempermasalahkan kembar mayang tidak diangkat di pernikahan penyanyi pop-campursari Jawa itu.
Hal ini karena beberapa warganet mempercayai bahwa jika kembar mayang tidak diangkat maka, calon mempelai bukanlah perawan atau perjaka.
Bahkan beberapa warganet menuduh bahwa istri Denny Caknan, Bella Bonita, tengah hamil karena masalah kembar mayang tersebut.
Faktanya, kepercayaan menggunakan kembar mayang sebagai simbol perjaka dan perawan memang dilakukan di beberapa kebudayaan Jawa.
Menurut Sri Widayanti dalam studi yang dirilis di Jurnal Filsafat (2008) tidak hanya dalam upacara pernikahan, kembar mayang juga digunakan pada acara kematian untuk menunjukkan bahwa orang yang meninggal masih sebagai perawan atau jejaka.
Namun, kepercayaan itu belakangan mulai terdistorsi. Memasuki zaman modern, banyak orang yang hanya menggunakan kembar mayang sebagai dekorasi acara pernikahan, bukan untuk dimaknai secara khusus.
Oleh karena itu, ada kemungkinan pengantin dan keluarga salah menempatkan kembar mayang karena memang tidak memahami maknanya.
Makna Kembar Mayang dalam Pernikahan
Kembar mayang merupakan bentuk karangan bunga yang biasanya hadir dalam acara sakral dalam kebudayaan Jawa. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kembar mayang dibuat dari janur dan bunga pinang.
Kembar mayang biasanya diletakkan bersama potongan batang pohon pisang atau gedebog untuk menopangnya. Selain itu, buah pisang juga akan disusun rapi di sekitar kembar mayang sebagai satu kesatuan.
Nurul Istiqomah, Sardjono, dan Endang Waryanti dalam jurnal Semdikjar 5 (2022) menyebut bahwa ada makna filosofis dibalik penempatan kembar mayang dalam pernikahan.
Makna filosofis itu adalah 'podo karepe, podo pikire, podo katresnane, lan podo sekabehane'. Makna filosofis itu merupakan harapan agar kedua mempelai memiliki kesamaan tujuan, kesamaan pemikiran, sama-sama cinta.
Selain itu, penempatan batang pohon pada kembar mayang juga dimaknai sebagai kehidupan yang langgeng, panjang umur, dan abadi hingga maut memisahkan.
Ini juga merupakan doa bagi pengantin laki-laki agar selalu bisa berdiri kokoh untuk menjadi cagak (penopang) kehidupan keluarganya.
Sementara itu, bagian janur kembar mayang berwarna kuning juga menggambarkan bahwa kehidupan pernikahan harusnya selalu cerah dan bahagia.
Mitos Fakta Kembar Mayang Pengantin
Penggunaan kembar mayang pengantin dalam pernikahan juga tidak terlepas dari mitos yang menyertainya.
Masih menurut Istiqomah, Sardjono, dan Waryanti, mitosnya jika tidak ada kembar mayang di acara pernikahan, maka kehidupan tidak akan berjalan harmonis dan mudah bercerai.
Mitos ini berkembang di daerah Jawa Timur. Namun, faktanya tanpa keberadaan kembar mayang pun pengantin tetap bisa hidup langgeng dan harmonis.
Mitos lainnya yang juga beredar di beberapa wilayah Jawa adalah bunga kembar mayang yang layu di pernikahan adalah pertanda buruk bagi pernikahan kedua mempelai.
Faktanya, bunga yang dipakai untuk kembar mayang memang tidak awet. Bunga dapat layu sewaktu-waktu khususnya jika berada di suhu tinggi dan kering.
Terlepas dari mitos dan fakta tersebut, kembar mayang pengantin tetap menggambarkan betapa masyarakat Jawa memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sakral.
Editor: Iswara N Raditya