tirto.id - Kejadian tak mengenakan menimpa Cak Budi setelah menyelewengkan sebagian dana donasi yang diterimanya untuk membeli mobil Toyota Fortuner dan iPhone7 yang diklaim untuk kebutuhan operasional. Meski sudah tersandung kasus, Cak Budi menyatakan akan terus melakukan aksi sosialnya.
"Pasti lanjutkan, sayang niat baik kalau tidak dikerjakan," kata pemilik nama lengkap Budi Utomo itu di Kementerian Sosial, Jakarta, Kamis (4/5/2017).
Ia mengaku tidak tahu aturan pemerintah bahwa pengumpulan dana untuk kegiatan kesejahteraan sosial harus dilakukan oleh lembaga atau komunitas tidak bisa dilakukan oleh personal.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pun mendorongnya untuk melembagakan kegiatan sosial sehingga sesuai aturan. "Akan saya urus izinnya," kata Budi sebagaimana dilansir dari Antara.
Selama ini penggalangan dana tidak berada di bawah naungan lembaga resmi. Semua diurus oleh dia dan istri serta beberapa relawan yang jumlahnya bervariasi tergantung dari proyek penggalangan dana.
Karena diurus perorangan, Budi juga tidak memiliki sistem pembukuan yang rapi. Laporan untuk donatur biasanya hanya dia unggah lewat akun Instagram.
Pembukuan yang lebih rinci baru mulai dia buat setelah bergabung dengan situs penggalangan dana Kitabisa.com selama empat bulan terakhir. Di situs itu, tiap penggalang dana memang diwajibkan membuat laporan rinci demi transparansi.
Namun, Budi mengklaim selama ini tidak ada donatur yang mempertanyakan pembukuannya secara rinci. "Mereka seperti sudah mempercayakan pada saya," kata dia.
Pria berdomisili Malang itu sudah setahun dikenal sebagai aktivis di Instagram. Sebelum tenar di media sosial, Budi mengaku sering melakukan kegiatan amal yang dilakukannya bersama istri. Dimulai dari kampung halaman di Malang hingga akhirnya sudah merambah ke berbagai penjuru Nusantara.
Keputusan untuk merambah media sosial berasal dari saran teman agar makin banyak donatur yang bisa berpartisipasi.
Menurut Budi, jumlah donasi yang masuk bervariasi, mulai dari Rp25.000 hingga Rp1.000.000.
Selama ini Budi lebih sering menyasar kaum lansia yang tidak mampu dalam memilih tujuan penggalangan dana. Soal tempat, ia tidak repot membuat survey untuk mencari mana daerah yang membutuhkan bantuan.
Selama setahun, hanya Kalimantan, Maluku dan Papua saja yang belum sempat ia sambangi.
Saat ditanya apakah Cak Budi menyanggupi bila harus menjalani proses hukum? Ia menolak berkomentar. "Wallahu'alam. No comment. Yang penting saya sudah niat tulus, mengakui bersalah. Memang ini tidak pahamnya saya dalam sistem pengelolaan dan penyaluran."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari