Menuju konten utama

Menyigi Informasi Sesat Terkait Penyebab Hepatitis Akut Misterius

Pandemi COVID-19 belum habis, muncul kasus-kasus hepatitis akut yang masih misterius. Masyarakat perlu waspada terhadap informasi sesat yang menyertainya.

Ilustrasi Hepatitis. foto/Istockphoto

tirto.id - Kita hampir saja melewati gerbang akhir dari krisis pandemi COVID-19 karena berhasil mencapai kekebalan kelompok. Dunia baru akan bernapas lega sampai kemudian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan temuan beberapa kasus hepatitis akut dari virus varian anyar yang masih misterius.

Lagi-lagi dengan teori konspirasi tingkat tinggi, elite-elite dunia dituduh sengaja menyebarkan wabah baru dan vaksin COVID-19 dituduh sebagai media penyebarannya. Tengok saja situs The Exposé yang mengutip dua studi—tak berkorelasi—yang mereka klaim sebagai “bukti” kuat keterikatan kasus hepatitis akut dengan vaksin COVID-19.

Klaim ini kemudian patah oleh penjelasan Bruce Y. Lee, profesor di bidang kebijakan dan manajemen kesehatan City University of New York (CUNY), dalam tulisannya untuk Forbes. Kata Lee, artikel menyesatkan dari The Exposé itu melaporkan komponen vaksin COVID-19 yang terserap oleh organ hati.

“Studi Pfizer mengonfirmasi vaksin Covid bertanggung jawab atas kenaikan kasus hepatitis anak,” demikian judul utama artikel tersebut.

Padahal, studi yang dimaksud dalam artikel itu telah terbit dalam Current Issues in Molecular Biology pada 25 Februari 2022—jauh sebelum WHO mengumumkan munculnya kasus hepatitis akut. Lain itu, penelitian itu menunjukkan komponen vaksin mRNA Pfizer COVID-19 terserap oleh sel HTI yang berada di tabung reaksi.

Itu bukan berarti ketika divaksin, komponen vaksin lalu langsung masuk ke hati. (tubuh) Anda ‘kan bukan tabung reaksi raksasa,” kata Lee.

Lagi pula, studi tersebut tidak mencantumkan korelasi antara perapian vaksin oleh hati dengan gejala hepatitis. Jadi, karena sel hati di tabung reaksi mampu menyerap komponen vaksin, tidak lantas berarti kondisi itu menyebabkan gejala hepatitis.

Artikel kedua bikinan The Exposé berjudul “New Study Confirms Pfizer Covid Injection Can Cause Severe Autoimunne-Hepatitis”.Paparan artikel ini bahkan bukan mengutip studi formal, melainkan mencatut laporan khusus terbitan jurnal Hepatology pada 21 April 2022.

Laporan ini sebenarnya menggambarkan kondisi seorang pria Jerman berusia 52 tahun yang mengalami hepatitis akut setelah mendapat vaksin mRNA Pfizer COVID-19. Kondisi itu terjadi pada periode 2-3 minggu pascainjeksi. Namun, hati pria tersebut berangsur normal dalam waktu 8 minggu.

Kasus ini memang benar menjadi bukti bahwa hepatitis akut berpotensi menjadi efek samping vaksin mRNA Pfizer COVID-19. Namun,perlu digarisbawahi, ini adalah laporan kasus, bukan penelitian. Jadi, Anda tetap bisa mendapatkan vaksin COVID-19 tanpa harus waswas soal efek samping hepatitis.

“Ibaratnya ada kejadian langka: sebuah gelas bersarang di kandung kemih seseorang selama empat tahun. Kondisi ini ‘kan bukan berarti Anda tak boleh pakai gelas lagi,” ujar Lee.

Ada lagi yang mengaitkan komponen penyusun vaksin COVID-19 dengan virus penyebab hepatitis akut ini, mentang-mentang mereka punya nama yang sama: adenovirus. Padahal, Astra-Zeneca menggunakan adenovirus simpanse dan vaksin Johnson & Johnson menggunakan adenovirus Tipe 26.

Hal ini merupakan ketidaksinkronan karena kasus-kasus hepatitis akut yang terjadi disebabkan oleh adenovirus tipe 41. Selain itu, vaksin-vaksin COVID-19 juga menggunakan adenovirus nonaktif sehingga tidak bisa menyebabkan penyakit. Bantahan paling kuat terhadap klaim konyol ini adalah fakta bahwa WHO mengatakan sebagian besar anak yang terkena dampak tidak menerima vaksinasi COVID-19.

“Lantas bagaimana bisa seorang anak kena hepatitis dari vaksin COVID-19, padahal dia belum divaksin COVID-19?” ujar Lee mempertanyakan logika penganut teori konspirasi.

Selalu Mencatut Nama Besar

Informasi-informasi menyesatkan yang sengaja dibuat untuk mengaburkan fakta itu punya beberapa kesamaan, mulai dari memelintir studi tertentu, membikin judul bombastis, sampai yang paling populer adalah mencatut nama atau jabatan tertentu yang terdengar punya kuasa atau spesialisasi tertentu.

Artikel-artikel menyesatkan semacam itu lazimnya mencatut nama-nama dokter yang ternyata hanya tokoh fiksi. Pada kasus ini, sebuah pesan menyesatkan dari akun Twitter Donald J. Trump Tracker adalah contohnya. Ia membuat pesan seolah otoritas kesehatan tertentu telah mengonfirmasi vaksin COVID-19 sebagai penyebab hepatitis akut.

Wakil Menteri Kesehatan Masyarakat di Madrid mengklaim bahwa kasus hepatitis yang dilaporkan pada anak kecil mungkin berhubungan dengan vaksin COVID-19.

Terlihat meyakinkan, bukan? Setidaknya bagi awam dengan kemampuan literasi rendah, informasi singkat ini sudah mampu menggoyahkan akal sehat mereka soal keamanan vaksin COVID-19. Padahal, masih dari penjelasan Profesor Lee di Forbes, tak jelas siapa ”Wakil Menteri” yang dimaksud. Tidak jelas juga bagaimana posisi jabatan tersebut beserta organisasinya dalam pemerintahan Spanyol.

“Setidaknya kasih nama atau tautan ke sumber asli dong, ketika mengklaim pendapat tertentu,” tulis Lee dengan nada mengejek.

Infografik Hepatitis Akut

Infografik Hepatitis Akut. tirto.id/Sabit

Sampai saat ini, kasus hepatitis akut telah membikin ratusan infeksi di beberapa negara. Yang lebih membuat waswas, korbannya adalah anak-anak berusia di bawah 17 tahun. WHO menyebut per 21 April 2022, ada sekitar 169 kasus hepatitis akutyang tidak diketahui asalnyadilaporkan dari 11 negara di wilayah Eropa dan Amerika.

Di Inggris Raya dan Irlandia Utara tercatat 114 kasus, kemudian Spanyol 13 kasus, Israel 12 kasus, Amerika Serikat 9 kasus, Denmark 6 kasus, Irlandia kurang dari 5 kasus, Belanda dan Italia masing-masing-masing 4 kasus, Norwegia dan Prancis masing-masing-masing-masing 2 kasus, serta Rumania dan Belgia masing-masing-masing-masing 1 kasus.

Tujuh belas anak (sekitar 10 persen) membutuhkan transplantasi hati. (Saat itu) Telah dilaporkan satu kematian,” demikian keterangan resmi dari WHO.

Hingga artikel ini ditulis, penyakit ini telah memakan korban jiwa sebanyak tiga anak di Indonesia. Catatan medis mereka menunjukkan semua korban telah mendapat vaksinasi hepatitis lengkap. Dua korban anak usia 8 dan 11 tahun sudah divaksinasi COVID-19 dan ketiganya negatif COVID-19.

Penyebab Hepatitis akut ini belum diketahui hingga sekarang. Namun, diduga disebabkan oleh Adenovirus yang menyebabkan gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare. Sebelumnya, virus jenis ini tak pernah menjadi faktor hepatitis, tapi untuk kasus kali ini WHO mengonfirmasi adanya infeksi Adenovirus.

“Dari jumlah kasus dengan pengujian molekuler, 18 kasus diidentifikasi Adenovirus tipe F 41. Kemudian 20 kasus teridentifikasi SARS-CoV-2, dan 19 terdeteksi koinfeksi SARS-CoV-2 sekaligus adenovirus.

Selama penyelidikan masih berlangsung, para orang tua harus meningkatkan kewaspadaan dengan menjaga kebersihan keluarga. Jangan berbagi tempat makan, selalu mencuci tangan, menjaga jarak, membuang tinja dengan benar, dan tidak mencium anak sembarangan.

Baca juga artikel terkait WABAH HEPATITIS atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Fadrik Aziz Firdausi