tirto.id - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan kebersihan sanitasi lokasi pengungsian masyarakat, yang dievakuasi usai peningkatan status Gunung Agung menjadi Awas, harus segera dipastikan.
Dia mengaku sudah meminta para petugas pada sentra-sentra pengungsian korban di Kabupaten Karangasem, Bali memantau betul kebersihan sarana dan fasilitas sanitasi di sana.
"Pemetaan titik-titik pengungsian sangat penting, kemudian yang saya selalu komunikasikan tolong cek sanitasinya, tolong cek sarana MCK (mandi cuci kakus)-nya," kata Khofifah di Bantul pada Sabtu petang (23/9/2017) seperti dikutip Antara.
Menurut dia, kebersihan sarana dan fasilitas sanitasi di lokasi pengungsian itu penting mengingat dalam satu titik bisa ada ribuan orang pengungsi.
"Ada seribu orang dalam waktu 5 sampai 10 hari berada di sana, biasanya sanitasi air bersih dan MCK akan jadi masalah," kata Khofifah saat menghadiri pembukaan Jambore Kampung Siaga Bencana (KSB) se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Bantul.
Khofifah mengimbuhkan, untuk mendukung operasional petugas dalam membantu pengungsi, Kemensos menempatkan tujuh mobil dapur umum lapangan. "Kalau itu masih belum cukup, maka yang dari Lombok (Nusa Tengga Barat/NTB), bisa dideploy ke Karangasem," ujar dia.
Dia menjelaskan saat ini pendataan titik-titik pengungsian setelah kenaikan status Gunung Agung dari siaga III ke awas, terus dilakukan. “Proses evakuasi kemarin dari tujuh kilometer, naik jadi 9 kilometer masuk zona merah. Kami akan ikuti arahan, supaya semua warga bisa terevakuasi," ujarnya.
Sementara itu, saat berkunjung ke Karangasem pada Minggu (24/9/2017), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei memuji solidaritas masyarakat Bali dalam menghadapi situasi bencana ini.
Dia mencatat, masyarakat Bali tak hanya aktif membantu memasok bantuan kebutuhan sehari-hari, tapi juga menawarkan rumah pribadinya sebagai tempat menampung pengungsi. Misalnya, warga di Pejeng Kangin Tampaksiring, Gianyar bersedia menampung 50 orang di rumahnya dan menyediakan fasilitas air bersih, tempat tidur hingga makanan sehari-hari.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan konsep yang dilakukan masyarakat Bali itu merupakan "sister village".
"Saya jarang sekali menemukan hal ini di tempat lain. Tapi di Bali langsung banyak sekali," kata dia. “Ini adalah modal sosial yang luar biasa.”
Seorang warga Klungkung, Nyoman Suardika bahkan menyediakan tempat penampungan ternak di wilayah Besang Kawan Klungkung secara gratis. Permasalahan ternak memang menjadi salah satu prioritas BNPB disamping evakuasi warga untuk mengungsi.
Nyoman juga menyediakan tempat pengungsian di dekat kediamannya untuk kapasitas 30 orang sehingga bisa mencari pakan ternak.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom