tirto.id - Kerusuhan antara suporter PS TNI dan Persegres Gresik menjadi perhatian Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Imam Nahrawi. Pihaknya menginginkan ke depan ada perubahan sistem hukum yang dijalankan pada kompetisi sepak bola Indonesia. Ia menilai bahwa sistem yang ada sekarang masih lemah dan belum bisa efektif untuk menindak para pelaku pelanggaran hukum yang terjadi di dalam maupun di luar stadion.
Imam mencontohkan, misalnya ada pemukulan dari seorang oknum yang tak bertanggung jawab, idealnya si pelaku bisa langsung diadili karena sudah terlihat bukti dari tindakannya itu. Sedangkan yang berjalan selama ini, kasus akan diusut jika ada laporan yang masuk.
“Satu kelemahan di sistem yang ada saat ini, jika belum ada laporan dari panitia, aparat hukum tidak bisa bertindak,” kata Imam di Jakarta, Kamis (26/5/2016).
"Lebih baik kita tetap di ranah hukum, sehingga tidak boleh lagi ada pelecehan terhadap pemain hingga ofisial agar tidak akan ada kesempatan untuk melakukan kekerasan,” tambahnya.
Demi penegakan hukum yang memenuhi rasa keadilan, pria asal Bangkalan, Madura itu, juga menegaskan bahwasanya siapapun pelakunya harus ditindak alias tak pandang bulu.
Kerusuhan antara suporter PS TNI dan Persegres Gresik yang terjadi beberapa waktu yang lalu membuat banyak pihak merasa prihatin. Atas kejadian itulah Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan operator penyelenggara Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, PT Gelora Trisula Semesta, bertemu untuk membahas keamanan stadion di laga-laga mendatang.
“Kami tidak ingin kericuhan terjadi lagi, maka faktor keamanan stadion perlu dibenahi. Hari ini yang dibahas hanya soal perbaikan keamanan operator, selebihnya akan dilihat dulu perkembangannya. Peningkatan keamanan itu soal teknis. Yang terpenting adalah kami harus paham soal sosial budaya dan latar belakang masing-masing klub untuk antisipasi,” kata Azwar Karim selaku Sekjen PSSI di kantor PSSI Senayan, Jakarta, Kamis (26/5/2016).
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Iswara N Raditya