tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyinggung lambannya Bank Rakyat Indonesia (BRI) mentransmisikan penurunan suku bunga acuan BI ke kreditnya.
Sri Mulyani berkata setelah penurunan terakhir suku bunga acuan pada Oktober 2019, ia masih belum melihat ada perubahan signifikan pada suku bunga yang dipatok oleh perbankan.
“Kalau suku bunga rendah mungkin yang punya deposito kesal. Kalau peminjam senang. Tapi kok BRI enggak turun-turun terus ya (suku bunga kredit),” ucap Sri Mulyani dalam paparannya di Ritz Carlton Pacific Place, Rabu (29/1/2020).
Pernyataan ini diucapkan Sri Mulyani saat ia menyinggung betapa situasi global tengah membuat pekerjaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu lebih ringan. Pasalnya suku bunga acuan di berbagai negara sedang turun-turunnya sehingga biaya untuk memperoleh pendanaan atau cost of money dengan sendirinya tertekan.
Saat suku bunga global rendah, maka Indonesia tidak harus memasang imbal hasil tinggi pada surat utang atau global bond-nya. Dengan demikian, upaya mencari pendanaan lebih mudah dan murah.
Sri Mulyani lantas berguyon di balik kebijakan BRI yang menahan suku bunga itu di level yang berlaku saat ini.
“Sunarso (Direktur Utama BRI) kayaknya ambil untungnya terlalu tinggi. Tapi saya minta tetap saat untungnya tinggi biar bisa bayar pajak dan dividen ke saya,” ucap Sri Mulyani.
“Kalau BRI enggak sehat (keuangannya), kita enggak bisa bikin forum seperti ini,” tambah Sri Mulyani menyinggung acara BRI yang diselenggarakan di hotel berkelas seperti Ritz Carlton.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz