Menuju konten utama

Mengenal Kain Tenun Endek yang Dipakai Delegasi KTT G20 di Bali

Mengenal Tenun Endek Bali yang dipakai para delegasi KTT G20 di Bali.

Mengenal Kain Tenun Endek yang Dipakai Delegasi KTT G20 di Bali
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berjalan saat menghadiri Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Selasa (15/11/2022). Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj/22.

tirto.id - Ada yang mencuri perhatian publik saat acara Gala Dinner atau makan malam bersama seluruh para delegasi dan tamu undangan KTT G20 di GWK pada Selasa (15/11/2022) malam lalu.

Selain kemeriahan pentas seni dalam rangkaian acara makan malam, para delegasi juga mengenakan kain tradisional Tenun Endek dengan berbagai motif dan warna.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau misalnya, ia datang mengenakan kemeja Tenun Endek berwarna fuchsia. Selain itu, ada juga Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak yang mencuri perhatian dengan kemeja endek berwarna cerah yang dikenakannya.

Sementara itu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengenakan Tenun Endek berwarna gelap, dan Presiden Cina Xi Jinping mengenakan Tenun Endek bermotif bunga, berwarna biru.

Dilansir dari situs resmi Setneg.go.id, setiap ketua delegasi dari masing-masing negara anggota G20, pemimpin negara serta pemimpin organisasi internasional yang diundang dalam KTT G20, menerima kain Batik Tiga Negeri Pekalongan dan Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali dengan corak dan warna yang berbeda-beda.

Adapun Kain tenun untuk busana perwakilan negara G20 ini merupakan kain tenun buatan tangan dari Dian's Rumah Songket & Endek, sebuah rumah produksi wastra Bali.

Kain tenun ikat yang dibuat dengan teknik tenun ikat tanpa meninggalkan keaslian kain endek klungkung.

Mengenal Tenun Endek Khas Bali

WELCOMING DINNER AND CULTURAL PERFORMANCE KTT G20

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida (kiri) dan istri Yuko Kishida (kanan) berjalan saat menghadiri Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Selasa (15/11/2022). Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj/22.

Kain endek merupakan hasil dari karya seni rupa terapan, yang berarti karya seni yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun filosofi Tenun Endek berasal dari kata "gendekan" atau "ngendek" yang berarti diam atau tetap, tidak berubah warnanya.

Kegiatan menenun atau pertenunan endek di Bali dapat dijumpai di kabupaten Karangasem, Klungkung, Gianyar, Buleleng, Jembrana dan Kota Denpasar.

Tenun ikat endek memiliki sebutan yang beragam di setiap daerah, endek yang dibuat di Kabupaten Gianyar dikenal dengan nama endek Gianyar, di Klungkung terkenal dengan nama endek Klungkung.

Mengutip situs resmi Kemenkeu.go.id, Endek telah dikenal sejak abad ke-16 dan terus berkembang hingga saat ini.

Pada prinsipnya kain endek digunakan sebagai pakaian, simbol persaudaraan, dan juga cindera mata. Dalam kehidupan sehari-hari kain endek memiliki berbagai fungsi. Kain endek digunakan sebagai pakaian sakral dalam kegiatan upacara besar dan sembahyang di pura.

Selain itu endek juga digunakan untuk seragam sekolah dan kantor. Zaman semakin modern, kain endek pun mengikuti dinamikanya. Banyak inovasi yang dikembangkan antara lain tas, kipas, pernak-pernik dekorasi, dan masker.

Motif yang dipakai untuk membuat kain endek beragam, antara lain motif geometris, flora, fauna, figuratif, dan dekoratif. Berikut ini penjelasannya.

- Motif geometris merupakan motif tertua yang digunakan sebagai simbol keyakinan masyarakat Bali. Motif geometris dilambangkan dengan garis lurus, garis putus, garis lengkung, dan berbagai bidang geometri.

- Motif flora mengadaptasi bentuk tumbuhan dan tampilannya cenderung rapat dan harmonis.

- Sementara itu, motif fauna mengadaptasi bentuk hewan baik darat, laut, maupun udara.

- Motif figuratif biasanya mengadaptasi tokoh manusia atau pewayangan yang digambarkan lebih sederhana baik secara utuh maupun sebagian.

Gabungan dari motif-motif yang telah ada sebelumnya dan disesuaikan dengan keyakinan masyarakat dinamakan motif dekoratif.

Kain endek tergolong karya seni yang membutuhkan waktu cukup lama dalam pembuatannya. Hal tersebut dikarenakan tahapan-tahapnnya yang cukup rumit dan sepenuhnya menggunakan tangan manusia (handmade).

Secara ringkas pembuatan kain endek diawali dengan pemintalan benang kemudian membentuk motif dan pattern yang diinginkan dengan cara mengikat benang menggunakan tali rafia.

Selanjutnya benang-benang tersebut dicelupkan ke dalam zat pewarna, proses pencelupan dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan banyaknya warna yang akan diaplikasikan dalam motif.

Benang kemudian diangkat, dikeringkan, dan dipisahkan sesuai pola untuk selanjutnya ditenun menggunakan alat tenun bukan mesin.

Karena proses panjang tersebut maka tidak heran untuk satu lembar kain endek dibutuhkan waktu hingga satu bulan.

Menukil situs resmi Menlhk.go.id, kain tenun endek yang merupakan warisan budaya kreatif masyarakat Bali, telah dicatatkan sebagai Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional dengan Nomor Inventarisasi EBT.12.2020.0000085 oleh Direktorak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM tanggal 22 Desember 2020.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Addi M Idhom