tirto.id - Pada Desember 2019 lalu, sekelompok peneliti dari Pusat Internasional untuk Pertanian Tropis (CIAT) mengembangkan cara unik dalam menanam singkong. Studi yang terbit di Plant Method tersebut, menemukan bahwa singkong dapat dibudidayakan dengan teknik menanam di udara (aeroponik).
“Jika kami dapat menggandakan jumlah akar penyimpanan, petani akan dapat memanen [singkong] dua kali selama musim tanam,” kata Michael Selvaraj, ahli fisiologi tanaman di CIAT, yang dikutip dari laman phys.org.
Para peneliti mengatakan, ada potensi yang cukup besar untuk meningkatkan produksi singkong demi ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan, jika hambatan peningkatan produksi dapat diatasi.
Tanaman yang merupakan makanan pokok bagi sekitar 800 juta orang di seluruh dunia itu juga dianggap sebagai tanaman yang ideal untuk perubahan iklim, karena ketahanannya terhadap kekeringan, panas dan kondisi tanah yang buruk.
Apa itu aeroponik ?
Teknik menanam di udara memang masih kalah populer jika dibanding dengan teknik konvensional maupun teknik menanam dengan air (hidroponik).
Seperti dilansir laman Ez Gro Garden, pada dasarnya, aeroponik menjadi suatu cara bercocok tanam di udara tanpa menggunakan tanah, yang mana nutrisi disemprotkan pada akar tanaman.
Air yang berisi larutan hara itu disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman, sehingga akar tanaman akan menyerap larutan hara tersebut
Sayuran, yang menjadi salah satu hasil budidaya dengan sistem aeroponik, terbukti mempunyai kualitas yang baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai cita rasa yang tinggi.
Sayuran aeroponik dapat mengisi peluang kebutuhan tingkat masyarakat menengah ke atas. Oleh karena itu, sistem aeroponik mulai banyak dikembangkan di Indonesia.
Sistem aeroponik dapat memberikan manfaat bagi petani yang tidak mempunyai lahan, karena aeroponik tidak membutuhkan tanah, tetapi media tanam yang berupa styrofoam yang akarnya menggantung di udara. Sehingga bisa dijadikan sebagai lahan di pekarangan rumah.
Dilansir dari Cybertex, sebuah situs yang dikembangkan Kementerian Pertanian, berikut ini beberapa kelebihan dari sistem aeroponik:
- Sistem aeroponik membantu lingkungan dengan menghemat air.
- Mengurangi jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat.
- Tanaman menerima lebih banyak oksigen karena akarnya di udara.
- Oksigen tambahan yang tanaman dapatkan bisa meringankan pertumbuhan patogen berbahaya.
- Tanaman dapat memanfaatkan karbon-dioksida yang kaya oksigen di udara untuk melakukan fotosintesis.
Cara menanam dengan teknik aeroponik
Menurut Kementerian Pertanian untuk Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, berikut ini langkah-langkah yang harus diikuti dalam menanam dengan menggunakan teknik aeroponik:
1. Persiapan
- Siapkan bangunan screen house, yang bisa dibuat dari rangka besi, kayu atau bambu, dengan beratapkan plastik UV dan berdindingkan kain kasa (paranet) yang lapisan bawahnya ditutup dengan menggunakan plastik UV atau fiber glass. Sedangkan kontruksinya disesuaikan dengan ketinggian tempat.
- Siapkan bak penanaman, yaitu bak yang terbuat dari plastik hitam dengan rangka dari bambu, dan terbuat dari fiber. Sedangkan penutupnya menggunakan stryrofoam diletakan. Ukuran bak yang digunakan dalam sistem aeroponik adalah 1 x 4 x 0,5 cm.
2. Pemilihan benih tanaman
Dalam pemilihan benih, tanaman yang akan dibudidayakan harus disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman tersebut, seperti suhu udara, kelembaban, cuaca serta ketinggian lokasi budidaya dari permukaan laut.
Dan umur tanaman yang dibudidayakan memiliki umur pendek, dapat ditanam dalam pot intensif dan memiliki produktivitas tinggi. Semakin pendek umur tanaman, maka mempercepat proses pemanenan.
3. Proses produksi
- Media tanam yang digunakan yaitu Styrofoam
- Larutan nutrisi/pupuk
Bahan kimia yang di perlukan pada pembuatan larutan nutrisi adalah sebagai berikut:
- Kalsium Nitrat
- Besi EDTA
- Kalium Dihidrogen Fosfat
- Kalium Nitrat
- Magnesium Sulfat
- Mangan Sulfat
- Asam Borat
- Tembaga Sulfat
- Amonium Molibdat
- Zinc Sulfat
Cara membuat stok A larutan nutrisi:
- Tong/drum A di isi air sebanyak 90 liter, kemudian masukan Kalsium Nitrat dan Besi EDTA di aduk hingga larut.
- Tong/drum B di isi air sebanyak 90 liter, kemudian masukan Kalium Nitrat, Magnesium Sulfat, Kalium Dihidrogen Fosfat, Mangan Sulfat, Asam Borat, Zinc Sulfat, Tembaga Sulfat, Amonium Molibdat dan kesemuanya di aduk sampai larut.
- Dalam konsentrasi yang pekat, baik larutan A dan B tidak boleh larutan nutrisi disatukan dalam wadah bersamaan harus dipisahkan, dikarenakan antara larutan A dan B akan terjadi bereaksi atau mengendap sehingga tidak dapat di serap oleh akar tanaman, maka pertumbuhan tanaman tidak normal.
- Dosis dari masing-masing larutan A dan B di ambil satu liter dan ditambahkan air sebanyak 200 liter (2 : 1), kemudian larutan tersebut siap untuk disiramkan pada tanaman.
4. Proses penanaman
- Sebelum proses penanaman, bak-bak penanaman harus dibersihkan dari lumut atau dari kotoran lainnya. Untuk proses penanaman dengan sistem aeroponik, harus diperiksa juga keadaan nozzle/jet spray yang telah dipasang dan dipastikan tidak tersumbat. Penyumbatan nozzle/jet spray dapat menurunkan intensitas penyemprotan larutan nutrisi ke daerah perakaran tanaman.
- Bibit tanaman yang telah siap tanam diambil kemudian dimasukan pada lubang tanam dalam styrofoam dengan keadaan di dalam lubang tidak terlalu dalam maupun dangkal. Pada saat proses penanaman berlangsung, dilakukan sortasi langsung terhadap bibit yang akan di tanam. Proses penanaman dilakukan pada pagi hari yaitu 0.7.00 s/d 09.30 WIB dan pada sore hari 15.00 s/d 16.00 WIB.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto