tirto.id - Dalam lanjutan Premier League 2018-2019, Minggu (28/4/2019), Manchester City akan bermain tandang ke markas Burnley. City tentu mempunyai peluang besar untuk menang, mengingat dalam dua pertemuan terakhir melawan anak asuh Sean Dyche itu, City menang dengan skor 5-0. Namun, JJ Bull, analis sepak bola di Telegraph, ternyata mempunyai pendapat lain.
Bull menilai pertandingan pada Minggu nanti “tidak akan berakhir secara sederhana, tanpa perlawanan berarti.” Menurut dia, asalkan menerapkan taktik yang benar, Burnely juga mempunyai peluang besar untuk memberikan kejutan. Caranya: dengan sedikit adaptasi, mereka bisa meniru taktik yang pernah digunakan Lyon serta Newcastle, dua tim yang pernah mengalahkan City pada musim ini.
“Lyon adalah tim pertama yang membuat City benar-benar tampak panik pada musim ini. Mereka bertahan mendalam dengan tiga orang pemain belakang dan dua orang wing-back, melakukan man-to-man marking di area tengah, menerapkan high-pressing dengan tiga orang pemain paling depan dalam formasi 5-4-1/5-3-2, dan berhasil meraih kemenangan mengejutkan di Liga Champions. Newcastle lantas melakukan hal yang sama saat mereka menang 2-1 di St James Park,” tulis Bull.
Soal adaptasi taktik yang diperlukan Burnley, Bull lantas menambahkan, “jika tidak bermain dengan formasi 5-4-1, Burnley dapat bermain dengan formasi 4-4-2, menggunakan dua penyerangnya untuk memaksa City bermain melebar dan sisa pemain yang mereka miliki bisa menjauhkan pemain-pemain City dari kotak penalti.”
Analisis Bull tersebut tentu ada benarnya, tetapi tak sepenuhnya tepat sasaran. Alasannya, selama Bernardo Silva bermain, City sebetulnya tetap berbahaya –baik saat mereka bermain melebar maupun tidak. Maka, jika pemain asal Portugal tersebut tidak ditangani secara khusus, maka sebagus apa pun taktik yang diterapkan Burnley, City akan selalu mempunyai daya ledak untuk menghukum pertahanan mereka.
Pemain Serba Guna
Pada Februari 2019, Pep Guardiola pernah memuji penampilan Bernado Silva setinggi langit. Kala itu, Silva baru saja membantu City mengalahkan Arsenal 3-1 dalam pertandingan liga.
“Bagiku,” kata Guardiola, “mencadangkan Bernardo Silva adalah satu hal yang hampir mustahil untuk dilakukan. Saat ini adalah tentang Bernardo Silva dan 10 pemain lainnya.”
Mantan pelatih Barcelona itu lantas menjelaskan alasannya, “aku tidak tahu apa yang dilakukan Silva pada musim ini. Di dalam setiap pertandingan, baik saat bermain di area dalam maupun di area luar, ia bermain begitu sempurna. Caranya mengambil keputusan, caranya dalam bertarung, dan caranya membaca pergerakan secara ofensif maupun defensi begitu hidup... Dia benar-benar selalu terlibat dalam segala hal.”
Pujian Pep untuk Bernardo Silva tentu bukan tanpa bukti. Menurut catatan Whoscored, pemain asal Portugal tersebut sudah bermain di lima posisi berbeda pada musim ini: 1 kali sebagai gelandang bertahan, 20 kali sebagai gelandang tengah, 5 kali sebagai gelandang kanan, 1 kali sebagai gelandang serang, dan 13 kali sebagai penyerang sayap kanan.
Meski begitu, ia selalu mampu memberikan dampak signifikan terhadap permainan City. Kecuali saat bermain sebagai gelandang bertahan, ia mampu mencetak 7 gol dan 7 assist dari empat posisi berbeda.
Yang menarik, setelah mendapatkan pujian dari Pep tersebut, penampilan Bernardo Silva justru semakin menjadi-jadi. Dalam dua pertandingan terakhir City, melawan Tottenham Hotspur dan Manchester United, mantan pemain Monaco tersebut bahkan dinobatkan sebagai Man of Match oleh Whoscored.
Selain itu, saat City berhasil mengalahkan Spurs, Paul Hirst dari The Times juga mengingatkan bahwa kehebatan Silva tidak hanya pada sebatas angka statistik. Ia menulis, “Sepak bola lebih dari sekadar statistik. Pada musim ini, Silva terlibat hampir di dalam setiap gol yang dicetak oleh City. Saat menghadapi Spurs, ia berperan penting terhadap gol kemenangan City. Dia bergerak dari sayap kanan, melewati tiga pemain Spurs, lantas mengirimkan umpan silang ke tiang jauh, tempat Aguero berdiri. Aguero kemudian menanduk bola yang berhasil diteruskan oleh Phil Foden.”
Selalu Berlari
Saat City mengalahkan Spurs pada pertengahan April 2019, dibandingkan pemain-pemain yang terlibat di dalam pertandingan tersebut, Silva hampir unggul dalam segala aspek. Ia menciptakan peluang paling banyak, mengirimkan umpan ke daerah sepertiga akhir paling sering, hingga tak tersaingi menyoal tekel. Dan dari segala upayanya itu, ia mempunyai satu faktor dasar: Silva senang berlari.
Kemampuan Silva untuk terus berlari mulai muncul ke permukaan saat City berhasil mengalahkan Liverpool 2-1 pada Januari 2019. Dalam laga itu, ia berhasil menempuh jarak sejauh 13,71 km, menjadi pemain dengan jarak tempuh terjauh di Premier League. Hebatnya, pesaing terdekatnya saat itu ternyata dirinya sendiri: saat bertanding melawan Spurs pada 29 Oktober 2018 silam, ia berhasil menempuh jarak sejauh 13,65 km.
Dari sana, The Times lantas melakukan hitung-hitungan bahwa dalam 27 pertandingan liga dan Liga Champions yang sudah dilaluinya, Silva ternyata sudah menempuh jarak sejauh 283,9 km. Ia hanya butuh berlari beberapa kilo lagi untuk menyamai jarak Stadion Etihad ke Istana Buckingham.
“Aku makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak [9 jam per hari], itu lebih dari cukup,” tutur Silva soal alasan mengapa kemampuan tubuhnya dapat menyerupai mesin. “Karenanya aku selalu merasa fit, tidak pernah merasa lelah.”
Dengan kemampuan berlarinya yang seperti itu, dibantu dengan kecerdasan yang ia miliki, Silva lantas sering berada di posisi yang tepat pada waktu yang juga tepat. Baik saat bertahan maupun menyerang, ia mampu menggerakkan roda permainan City hingga sedemikian rupa. Dan selama ia berada di atas lapangan, usaha lawan untuk memperlambat permainan City pun sering mentah karena ledakan-ledakan pemain asal Portugal tersebut.
Untuk semua itu, selain menjadi pemain penting bagi City, tak heran jika Bernardo Silva juga dinobatkan menjadi salah satu kandidat peraih gelar pemain terbaik di Premier League pada musim ini.
Editor: Abdul Aziz