Menuju konten utama

Masa Lalu "Merah" Mithun Chakraborty

Masyarakat penonton film India mengenalnya sebagai bintang film dan mantan kekasih Sridevi. Tapi Mithun Chakraborty punya masa lalu sebagai komunis India.

Masa Lalu
Mithun Chakraborty. FOTO/cinestaan.com

tirto.id - Mrinal Zen muda datang ke Kalkuta untuk belajar fisika. Laki-laki kelahiran distrik Faridpur (saat ini masuk wilayah Bangladesh) ini, menurut Retrospective Of Films Of Mrinal Sen (1980:3) kemudian tertarik pada rekaman suara lalu bekerja magang di sebuah studio film dengan tugas perawatan. Apa yang dia dapat semasa kuliah itu nyatanya lebih dari sekadar fisika.

“Dia belajar di Scottish Church College (Kalkuta), yang dia gambarkan sebagai sarang gerakan mahasiswa radikal,” tulis John W. Hood dalam Chasing the Truth: The Films of Mrinal Sen (1993:12).

Sen lalu terseret arus dalam Federasi Mahasiswa India yang radikal yang membuatnya terkait dengan Partai Komunis India. Buku CPI's Defence of Naxalite Prisoners (1978) yang dirilis Partai Komunis India mencatat namanya. yang berada di sayap kebudayaan. Belakangan Sen jadi sutradara film berkaliber internasional.

Di era 1970an, dalam satu acara di almamaternya, Sen diundang. Di situlah dia bertemu seorang bertubuh tinggi dan berbadan besar yang menarik perhatiannya. “Dalam sebuah pertemuan di Puna, dari kejauhan saya melihatnya mendapatkan gelar diploma," kenang Sen. Ia mencari pria itu, sayang ia lupa namanya.

Untuk menuntaskan rasa penasaran, ia menghubungi sinematogafrer KK Mahajan via telegram. "Aku lupa anak itu," tulis Sen. "Tapi namanya dimulai dengan huruf M. (Tubuhnya) tinggi dan (kulitnya gelap)." Tak mudah, sebab ciri warna kulit pemuda itu mirip kebanyakan orang-orang India di bagian Selatan.

Mahajan tak punya waktu untuk mengirimkan foto pemuda yang dimaksud ke Sen. Pemuda yang dimaksud adalah Gourang Chakraborty alias Mithun, seorang mahasiswa yang kemudian jadi sarjana kimia. Tak jauh beda dengan Sen, Mithun sama-sama ikut gerakan komunis India. Si pemuda itu bagian dari Naxalite, bagian dari Partai Komunis India. Istilah itu berasal dari nama daerah Naxalbari yang terletak di Bengal Barat. Pemuda itu baru keluar dari Naxalite setelah saudara laki-lakinya terbunuh dalam sebuah insiden. Ia kemudian memutuskan untuk masuk ke dunia film.

Suatu kali, Roshan Taneja, pengajar sekaligus pendiri Roshan Taneja School of Acting, bertanya pada Mithun, mengapa dia memilih datang ke Bombay untuk datang audisi ketimbang ke Kalkuta. Mithun menjawab. “Aku Naxalite, jadi aku tidak ingin muncul di sana (Kalkuta) karena takut ditangkap,” jawab Mithun seperti dicatat Taneja dalam Moments of Truth: My Life with Acting (2017).

“Ketika saya berada di sekolah tinggi, suatu hari saya bertemu Mr. Bimal Dutt, asisten Hrishida, Dia mengatakan kepada saya bahwa Mrinal Sen sedang mencari saya," aku Mithun di majalah Film World volume 19 (1982:47). Akhirnya Mithun pun ke Bombay dan dapat tawaran main film pada tahun 1976.

infografik mithun chakraborty

Film garapan Sen itu adalah Mrigayaa, yang diadaptasi dari cerita pendek karangan Bhagbati Charan Panigrahi. Film ini bercerita soal hubungan sebuah desa pribumi dengan pemerintah kolonial Inggris dan tuan tanah yang mengeksploitasi para penduduk desa. Mithun dapat jatah memerankan karakter utama, Ghinua, musuh Inggris yang imperialis. Sebagai orang yang pernah bergelut dalam kelompok komunis, perannya melawan penindasan amat mewakili masa lalunya.

“Itu adalah film Bengali pertama Mithun Chakraborty. Aku mengarahkan Mithun seminggu penuh agar berinteraksi dengan komunitas adat, jadi dia mengerti kebudayaan dan perilaku mereka yang ia gambarkan dalam film,” kata Sen—seperti ditulis oleh Sanjoy Ganguly dalam Jana Sanskriti: Forum Theatre and Democracy in India (2010:61). Untuk aktingnya dalam film Mrigayaa itu, Mithun dapat penghargaan National Award sebagai pemeran utama terbaik. Kerja keras sutradara dan produser film tak sia-sia. Sebab filmnya jaga jadi film terbaik.

Mrigayaa memperkenalkan Mithun Chakraboorty ke (khalayak) sinema India,” tulis buku Encyclopaedia of Hindi Cinema (2003:114).

Film itu memang melejitkan namanya. Namun film macam Disco Dancer (1982) yang membuatnya menjadi mega bintang di dunia film populer yang menghasilkan banyak uang. Mithun berakting bersama bintang India yang sohornya sampai ke Indonesia, Rajesh Khanna. Mithun memerankan Jimmy si penyanyi jalanan yang mengalami ketertindasan di masa kecilnya lalu jadi superstar. Jimmy agak mirip nasibnya dengan Ghinua. Sama-sama tertindas.

Film Mithun satu ini cukup berpengaruh. Di negara-negara komunis Uni Soviet, film ini amat masyhur. Anjali Gera Roy dalam The Magic of Bollywood: At Home and Abroad (2012) menulis Disco Dancer datang untuk mewakili budaya India tahun 1980an di negara-negara Uni Soviet. Salah satu soundtracknya, "Jimmy Jimmy Aaja Aaja" juga cukup diingat. Orang-orang komunis Soviet tak perlu lihat John Travolta, cukup lihat Mithun saja.

Bagi khalayak ramai Indonesia yang doyan nonton film India di masa rezim Orde Baru yang amat anti komunis, Mithun dikenal sebagai bintang film saja. Cerita soal masa lalunya tidak terdengar di Indonesia. Hal itu membuat banyak orang Indonesia sama sekali tak antipati. Orang Indonesia suka melihat akting marahnya, caranya berkelahi, juga bagaimana ia bernyanyi dalam film, seperti bisa dilihat di Disco Dancer.

Selain itu Mithun dikenal juga sebagai mantan terindah dari bintang film yang cantiknya sohor sampai ke Indonesia, Sridevi. Hubungan spesial mereka terjadi ketika Mithun terikat pernikahan dengan Yogeeta Bali. Soal pernikahan, Mithun sudah pernah beristri aktris dan model bernama Helena Luke sebelum menikah dengan Yogeeta. Menurut cerita yang beredar, Mithun lalu menikah diam-diam dengan Sridevi.

“Keduanya menikah di pengadilan kecil Kalkuta, dengan hanya empat pasang mata yang menjadi saksinya,” tulis majalah Cine Blitz di volume 24, Masalah 2 (1998). Hubungan spesial itu tidak bertahan lama. Mithun kembali ke pangkuan Yogeeta Bali. Hubungan Bali dengan laki-laki yang dikenal juga sebagai pekerja sosial, pengusaha, penyanyi, produser, penulis juga anggota parlemen Rajya Sabha ini tergolong awet.

Mithun memang dikenal sebagai selebritis India yang punya kepekaan sosial. Ia pernah merawat bayi yang ditemukan di tempat sampah. Bayi yang dinamai Dishani dan kerap memakai nama belakang Chakraborty itu kemudian tumbuh menjadi gadis cantik dan turut masuk ke dunia hiburan. Politik dan kerja sosial bagi kaum papa adalah bagian dari masal alunya, setidaknya ketika ia berkiprah di Naxalite.

Terkait dengan Naxalite, Mithun pernah terlibat juga dalam film berjudul The Naxalites. Film yang dirilis tahun 1980 itu, disutradarai oleh Khwaja Ahmad Abbas—yang reputasinya di dunia film tidak kalah dengan Mrinal Sen dan juga lebih senior. Selain Mithun, ada Smita Patil, Dina Pathak, Jalal Agha Imtiaz dan Nana Palsikar dalam film yang tampak mewakili masa lalu Mithun. Plot ceritanya juga tentang perlawanan suatu kaum terhadap sistem yang menindas.

Baca juga artikel terkait FILM INDIA atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Mild report
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Nuran Wibisono