Menuju konten utama

Mark Zuckerberg Minta Maaf Facebook Jadi Alat Propaganda

Permintaan maaf Zuckerberg muncul saat ia menghadapi bukti bahwa Rusia telah menggunakan Facebook untuk menyebarkan propaganda dan mempengaruhi sentimen pemilih dalam Pilpres AS.

Mark Zuckerberg Minta Maaf Facebook Jadi Alat Propaganda
Ilustrasi. Beberapa orang tampak siluete sedang menggunakan smartphone didepan logo Facebook. Foto/REUTERS/Dado Ruvic

tirto.id - Mark Zuckerberg, pendiri sekaligus pemimpin eksekutif Facebook menyampaikan permintaan maaf terkait dengan penggunaan Facebook yang digunakan untuk menimbulkan perpecahan. Ucapan maaf itu ia sampaikan dalam unggahannya di Facebook pada Sabtu (30/9/2017) lalu, menandai akhir Yom Kippur, hari suci penebusan dosa bagi Yahudi.

"Untuk yang saya rugikan tahun ini, saya meminta maaf dan saya akan berusaha menjadi lebih baik," tulisnya dalam sebuah posting singkat. "Karena cara kerja saya digunakan untuk perpecahan daripada membawa kita bersama, saya meminta pengampunan dan saya akan berusaha lebih baik," lanjut Zuckerberg seperti dikutip The Washington Post, Senin (2/10/2017).

Ia tidak secara spesifik menyebutkan permasalahan tertentu dalam pesan yang disampaikan. Namun, cuitannya ini muncul saat menghadapi bukti bahwa Rusia telah menggunakan platform media sosial yang dia ciptakan lebih dari satu dekade yang lalu itu untuk menyebarkan propaganda dan mempengaruhi sentimen pemilih sehingga memilih Donald Trump dalam Pilpres AS tahun lalu.

Facebook pada 6 September lalu, menemukan kegiatan perusahaan yang disinyalir berbasis di Rusia yang menghabiskan dana 100 ribu dolar AS. Perusahaan tersebut menggunakan dana itu untuk ribuan iklan Amerika Serikat agar menyebarkan pesan politik dengan tujuan memecah belah selama dua tahun sejak Januari 2015 sampai Mei 2017.

Total sebanyak 3.000 iklan tersebut terkait dengan sekitar 470 akun palsu yang kemungkinan akan dioperasikan Rusia. Alex Stamos, kepala petugas keamanan Facebook, mengatakan bulan lalu bahwa sebagian besar iklan tersebut tidak secara khusus menyebutkan pemilihan presiden, namun juga menyentuh topik yang memecah belah, seperti hak LGBT, ras, imigrasi dan hak senjata.

Facebook awalnya menolak untuk membagikan salinan iklan tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu akan membahayakan privasi pengguna. Namun Zuckerberg mengumumkan untuk mengubah keputusannya pada 21 September.

"Saya tidak ingin ada yang menggunakan media kita untuk melemahkan demokrasi. Bukan itu yang kita perjuangkan, "kata Zuckerberg dalam video Facebook Live.

Zuckerberg mengakui bahwa jumlah aktivitas bermasalah yang ditemukan Facebook "relatif kecil". Namun, ia bersumpah bahwa perusahaan akan terus menyelidiki dan meningkatkan transparansi siapa yang membeli iklan politik.

Raksasa media sosial mendapat kecaman karena lamban mengakui perannya sebagai wahana propaganda. Zuckerberg awalnya menolak anggapan bahwa berita palsu berkembang di Facebook untuk memanipulasi pemilih.

"Secara pribadi saya pikir gagasan bahwa berita palsu di Facebook, yang kontennya sangat kecil, dapat mempengaruhi pemilihan dengan cara apapun. Saya pikir itu adalah ide yang cukup gila," kata Zuckerberg dalam sebuah konferensi teknologi November lalu. "Pemilih membuat keputusan berdasarkan pengalaman hidup mereka."

Baca juga artikel terkait FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari