Menuju konten utama

Marhaban ya Euro 2016

Kemeriahan menyambut perhelatan sepakbola terakbar kedua setelah Piala Dunia itu sudah terlihat di mana-mana. Di koran-koran, televisi, internet. Tapi di Perancis sendiri, luas beredar semacam gerutuan nasional dan pesimisme akan penyelenggaraan Euro 2016 ini. Terutama karena serangan teroris 13 November 2015 lalu.

Marhaban ya Euro 2016
Anggota keamanan Ukraina menahan seorang warga Perancis yang merencanakan teror di Perancis bersamaan dengan kejuaraan sepakbola Euro 2016 ANTARA FOTO/REUTERS/Ukraine's State Security Service

tirto.id - Banyak hal menyenangkan dan konon romantis di Paris. Toko buku Shakespeare and Company, misalnya. Tapi ada pula yang tidak atau minimal kurang asyik. Salah satunya pergelaran Piala Eropa 2016 yang sudah pasti akan gegap-gempita, tetapi dikombinasikan dengan ancaman teror yang bisa datang kapan saja.

Kemeriahan menyambut perhelatan sepakbola terakbar kedua setelah Piala Dunia itu sudah terlihat di mana-mana. Di koran-koran, televisi, internet. Tapi di Perancis sendiri, luas beredar semacam gerutuan nasional dan pesimisme akan penyelenggaraan Euro 2016 ini. Terutama karena serangan teroris 13 November 2015 lalu. Tidak banyak yang menari-nari di jalanan di sana sebagaimana pemandangan lumrah setiap menjelang pesta sepakbola. Sebagai gantinya, terlihat begitu banyak mobil polisi menggelegarkan sirene dan barisan tentara bersenjata.

Di samping berita persiapan masing-masing tim yang akan berlaga, perkiraan berlangsungnya pertandingan di semua grup, dan bursa taruhan, belum terlihat antusiasme menyambut Euro 2016 di Paris sendiri. Yang muncul justru berita banjirnya beberapa titik di kota Paris karena sungai Seine meluap.

Ini tidak terlalu mengejutkan sebenarnya. Selain kecemasan akan ancaman terorisme, sesunguhnya Paris bukanlah kota yang akrab dengan kehebohan pendukung sepakbola. Selama beberapa dekade, Paris barangkali satu-satunya ibukota di Eropa yang kehidupan sehari-harinya kurang diwarnai oleh sepabola. Bicara bola atau memakai kaos tim kesayangan di depan umum hampir tabu. Elite kebudayaan kota Paris tak jarang menghina permainan paling populer sejagad raya ini. François Truffaut, misalnya, dalam film Les Quatre Cents Coups, menggambarkan sepakbola hanya sebagai bentuk lain dari horor yang dipaksakan oleh orang dewasa kepada bocah-bocah kecil. Di film itu, digambarkan seorang guru olahraga yang kelewat bersemangat, mengenakan celana pendek, membawa penghuni kelasnya pawai di jalanan kota untuk main bola. Guru olahraga itu berlari-lari kecil sambil melakukan latihan lengan yang terlihat konyol, sementara di belakangnya para murid mulai kocar-kacir. Kelak, di bagian akhir film, Antoine si karakter utama dipaksa bermain bola, karena tak tahan ia kemudian merangkak di bawah kawat berduri melarikan diri.

Satu-satunya klub bola Paris yang bermain di kompetisi tertinggi, Paris Saint-Germain, baru didirikan pada 1970. Itu pun prestasinya medioker. Baru pada 2011 PSG mulai bersinar, setelah Qatar Sports Investments membeli klub itu dan menghabiskan ratusan juta euro untuk membeli para pemain bintang. Mendadak Paris punya klub yang cocok dengan citra elitenya. Belakangan, tiket menonton PSG mulai menjadi prestise, orang-orang Paris mulai menonton pertandingan tim Eropa di layar besar yang disediakan kafe-kafe. Anak-anak, setidaknya, mulai memakai jersey PSG di muka umum.

Konsekuensi dari PSG gaya baru yang lebih kaya, terjadi pergeseran demografi pendukung. Jika PSG lama menarik banyak penggemar muda dari pinggiran kota yang miskin, hari-hari ini fans mereka semakin putih dan borjuis. Jean Levy, mantan duta besar olahraga Perancis bahkan mengatakan, kini di Parc des Prince kandang PSG, Anda dapat menyaksikan jurang masyarakat Perancis: Paris vs pinggiran kota, dan Paris vs seluruh Perancis. Sepakbola Paris pun semakin elitis.

Untuk Euro 20016, Parc des Prince akan menggelar lima pertandingan. Empat fase grup dan satu 16 besar. Stadion ini baru saja selesai direnovasi, kursi VIP ditambah hingga sekitar 4.500, atau 10 persen dari kapasitas stadion. Tom Sheehan, arsitek proyek renovasi, mengatakan, "PSG ingin kami meniupkan napas identitas Paris ke dalam Parc. Paris adalah kota yang sangat mewah. Kami membuat Parc menjadi chic."

Seiring perkembangan sepakbola Paris yang tambah glamor, tidak mengherankan jika UEFA menguji coba penambahan peserta Euro untuk pertama kalinya di sana. Dari sebelumnya 16 tim nasional yang turut serta, kini 24—sebelum 1996 bahkan hanya 8 kesebelasan. Hal ini tentu tak lepas dari usaha untuk menambah pundi-pundi uang Federasi Sepakbola Eropa dari penyelenggaraannya sendiri dan hak siar.

Kabar baiknya: lebih banyak tim berarti lebih banyak pertandingan, dan babak sistem gugur dimulai dari 16 besar bukannya langsung lompat ke perempat final. Peringkat ketiga fase grup bahkan punya kesempatan juga untuk maju--sebelumnya hanya juara grup dan runner up. Kabar buruknya: akan semakin sedikit laga penting. Kompetisi ramping dengan hanya 16 peserta, atau 8, berarti semua tim sejak awal harus mengeluarkan penampilan terbaik kalau tidak mau tersisih sejak fase grup.

Kompetisi Euro 2016 ini kemungkinan akan menjadi ajang membosankan di permulaannya. Tim-tim bagus tidak akan terlalu ngotot di laga awal karena peluang mereka masih sangat besar untuk maju ke perdepalan final.

Di sisi lain, kehadiran 23 tim nasional dan para pendukungnya, meski tetap menerbitkan kekhawatiran akan bahaya teror ISIS, juga diharapkan bisa menguatkan masyarakat Perancis. Euro 2016 adalah distraksi dari ketakutan terhadap teror. Memang sulit untuk melupakan apa yang terjadi pada November lalu, trauma dan bekas luka masih ada di Paris. Tetapi pertandingan di Stade de France dan sembilan stadion lain akan membantu banyak orang merasa nyaman lagi tinggal atau berkunjung di sana. Syaratnya: turnamen ini berakhir tanpa satu insiden pun.

Untuk itu, Euro 2016 dilengkapi skala operasi keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Turnamen yang menjual 2,5 juta tiket di 10 stadion ini melibatkan 90.000 petugas keamanan. Ya, Perancis sangat membutuhkan kesuksesan perhelatan akbar ini. Untuk menyembuhkan trauma dan meraup keuntungan.

Menteri Olahraga Perancis Patrick Kanner memperkirakan, Piala Eropa ini akan memberi dampak dampak sekitar €1,2 miliar ($1,3 miliar) untuk ekonomi Perancis. Piala Eropa terakhir ditonton oleh 8,1 miliar pemirsa televisi global. Euro 2016, dengan format 24 tim dan 51 pertandingan selama 31 hari, diharapkan akan memecahkan rekor itu.

Setelah teror November 2015, pemerintah Perancis menambah anggaran keamanan dua kali lipat hingga €24 juta. Mereka mulai memanfaatkan drone untuk memantau kerumunan massa sebagai bagian dari operasi pengawasan polisi, dan di setiap titik masuk stadion akan ada satu agen keamanan swasta untuk setiap 100 pengunjung. "Semuanya kami lakukan demi keamanan. Kami tidak melupakan apa yang pernah terjadi, karena ISIS ada, tapi semua upaya pencegahan telah kami tempuh," kata Patrick Kanner.

Semua usaha terbaik telah dilakukan pemerintah Perancis untuk mengantispasi kemungkinan terburuk. Semoga semuanya berjalan lancar dan para penikmat sepakbola seluruh dunia bisa “beribadah” dengan khusyuk.

Marhaban ya Euro 2016!

Baca juga artikel terkait EURO atau tulisan lainnya dari Arlian Buana

tirto.id - Olahraga
Reporter: Arlian Buana
Penulis: Arlian Buana
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti