tirto.id - Mantan Presiden El Savador Armando Calderon meninggal dunia di usia 69 pada Senin (09/10/2017) waktu setempat karena kanker. Seperti dilansir Reuters, Calderon meninggal di sebuah rumah sakit di Houston, Amerika.
Kabar meninggalnya Calderon turut dikonfirmasi oleh anggota kongres, Milena Calderon de Escalon yang juga saudara perempuannya. Selain itu, Partai Aliansi Republik Nasionalis atau disebut Partai Arena membenarkan berita tersebut seraya menyebut “hari yang sangat menyedihkan bagi El Salvador.”
Calderon Sol lahir pada 24 Juni 1948 di San Salvador. Ia lulus dengan gelar di bidang yurisprudensi dan ilmu sosial dari Universidad Nacional de El Salvador.
Dia menikah dengan Elizabeth Aguirre de Calderón, dengan siapa dia memiliki setidaknya dua putra laki-laki.
Calderon menjabat sebagai perwakilan Dewan Legislatif dari tahun 1985 sampai 1988. Setelahnya ia terpilih terpilih sebagai walikota San Salvador pada 1988 hingga 1994 di sebuah platform pemerintahan yang baik dan antikorupsi. Dia adalah walikota pertama ibukota negara tersebut dalam 24 tahun yang berasal dari partai politik selain Demokrat Kristen.
Calderon dikenal sebagai tokoh penting dalam masa transisi pasca perang sipil El Salvador. Ia menjabat sebagai presiden El Salvador mulai 1994 hingga 1999, setelah menandatangani perjanjian perdamaian perang sipil 12 tahun.
Perang sipil El Salvador berlangsung mulai dari 1980 sampai 1992. Konflik terjadi antara pemerintah sayap kanan yang didukung Amerika melawan gerilyawan kiri, Farabundo Marti Liberation National (FMLN). Perang menewaskan sekitar 75 ribu orang serta 8 ribu lainnya hilang.
Selain menjabat presiden, Calderon merupakan pendiri partai sayap kanan Partai Arena yang merupakan akronim dari Partai Aliansi Republik Nasionalis. Selama duduk di kursi kepresidenan, Calderon dianggap mampu menghadirkan reformasi ekonomi dengan privatisasi sektor telekomunikasi serta sistem pensiun.
Pada 2016, Mahkamah Agung El Salvador sempat memerintahkan penyelidikan terhadap Calderon karena diduga memperkaya diri dengan ilegal. Namun, Calderon membantah tuduhan tersebut.
Penulis: M Faisal Reza Irfan
Editor: Yuliana Ratnasari