tirto.id - Pemimpin Kora Utara, Kim Jong-un melakukan inspeksi pada saat demonstrasi peluncuran misil tipe baru pada Kamis (25/7/2019).
Ia menyebut demonstrasi tersebut adalah bentuk peringatan terhadap Korea Selatan untuk berhenti mengimpor senjata berteknologi tinggi dan melakukan pelatihan militer gabungan bersama AS, Aljazeera melaporkan.
Korea Utara meluncurkan dua misil balistik jarak pendek, yang menjadi tes misil pertama sejak perbincangan antara Korut dan AS mengenai denuklirisasi tertunda.
Pejabat Korea Selatan mengatakan kedua misil dilepaskan sesaat sesudah subuh dari pantai timur Wonsan. Kedua misil tersebut terbang sejauh 600 km.
Korea Utara tidak memberikan kritik secara langsung kepada AS, tetapi Kim menyebut Korea Selatan agar menghentikan latihan militer gabungan, yang biasanya dilakukan dengan AS.
"Kami tidak bisa apa-apa selain mengembangkan sistm persenjataan yang super kuat tanpa henti. [Hal ini] dilakukan untuk menghapus ancaman terhadap keamanan negara kami termasuk ancaman langsung dan potensial yang ada di Selatan," ujar Kim.
Kim juga menyalahkan Korea Selatan yang mengaku mendukung upaya perdamaian di Semenanjung Korea tapi terus mengimpor senjata baru dan melakukan latihan militer.
Hampir 30 ribu tentara AS ditempatkan di Korea Selatan. Hal tersebut menyulut kemarahan Korea Utara. Lebih lanjut, Kim mengatakan pemimpin Korea Selatan harus menghentikan rencananya dan tidak boleh membuat kesalahan dengan mengabaikan hal-hal tersebut.
Selain itu, Kim juga memuji tes peluncuran senajata misilnya. CNBC mewartakan Kim puas dengan respon cepat dan lintasannya yang rendah, membuatnya sulit untuk disadap.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan misil yang diluncurkan dari pantai Timur Wonsan tersebut terbang sejauh 430km dan 688 km di laut lepas. Keduanya mencapai ketinggian 48 km di atas tanah.
Kim menyampaikan pesan peringatan secara langsung kepada Korea Selatan. Korut juga memperingatkan bahwa ada kemungkinan Pyongyang akan memulai kembali tes misil dan senjata nuklir.
"Pada satu titik, ini seperti tekanan maksimum versi Korea Utara untuk menekan Korea Selatan dan Amerika Serikat," kata Jenny Town, editr 38 North, dikutip Reuters.
Di sisi lain, AS merespons dengan santai tes misil ini. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan Kim telah berjanji pada Juni lalu untuk tidak melakukan uji coba rudal balistik jangka menengah atau panjang.
Ia juga mengatakan bahwa tes ini tidak akan menggagalkan upaya untuk memulai kembali pembicaraan tingkat kerja antara kedua belah pihak.
"Saya pikir negosiasi tetap akan berlanjut," kata Mike Pompeo dilansir The Washington Post. "Anda tahu, kebanyakan negara berulah sebelum datang ke meja (perundingan)."
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora