tirto.id - Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Ravik Karsidi mengumumkan terobosan baru untuk peserta penyandang tunanetra dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2019. Terobosan tersebut berupa perangkat lunak yang memberikan aksesibilitas bernama metode screen reader.
"Waktu dulu saat ujian SBMPTN, seorang tunanetra didampingi dua pengawas, satu membaca soal dan satu menulis jawaban. Kali ini, tim mampu mengembangkan program akomodasi untuk peserta tunanetra," ujar Ravik di kantor Kemenristekdikti, Jumat (3/5/2019).
Secara teknis, metode screen reader ini akan menarasikan semua materi soal dalam bentuk audio berupa bahasa, item soalnya telah diakomodasikan berdasarkan kemampuan dan keterbatasan tunanetra.
Pada kesempatan yang sama, Menristekdikti M Nasir menambahkan pada dasarnya tidak ada perbedaan pada tingkat kesulitan antara materi soal untuk tunanetra dan peserta yang biasanya.
"Namun jumlah soalnya dikurangi 60 persen. Kalau tes potensi skolastik biasanya 80, kita kurangi menjadi 40. Saintek dari 60 menjadi 30. Soshum dari 100 menjadi 60. Bukan berarti soalnya dikurangi, kualitasnya turun," ujarnya.
Ia memaparkan saat ini peserta tunanetra yang mengikuti UTBK gelombang I dan II berjumlah total 70 orang dengan penyebarannya relatif di Jawa dan Luar Jawa. Mereka ujian di 18 tempat yang berbeda.
"Apabila dilihat berdasarkan kelompok ujiannya, peserta disabilitas tunanetra terbanyak mengikuti soshum ada 63 peserta dan saintek hanya 7 peserta," pungkasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Alexander Haryanto