Menuju konten utama
Hari Aksesibilitas Global

Live Transcribe, Aplikasi Komunikasi bagi Para Tuli

Live Transcribe dirancang untuk menghalau suara berisik dan memilah suara utama yang akan diterjemahkan ke dalam teks.

Live Transcribe, Aplikasi Komunikasi bagi Para Tuli
Aplikasi Live Transcribe. FOTO/tirto.id

tirto.id - Menyambut Hari Aksesibilitas Global pada 16 Mei, Google meluncurkan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu komunikasi orang dengan disabilitas pendengaran. Aplikasi bernama Live Transcribe ini dirancang untuk menerjemahkan suara menjadi teks secara real-time. Ada 70 bahasa di dunia yang mampu dideteksi oleh aplikasi tersebut, termasuk bahasa Jawa, Sunda, Inggris, Belanda, dll.

Saat ini, World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 466 juta disabilitas pendengaran di dunia. Jumlah itu setara dengan 5 persen jumlah populasi dunia. Sebanyak 34 jutanya, atau sekitar 7 persen adalah anak-anak. Jumlah ini meningkat sebanyak 360 juta dari tahun 2013. Penderita gangguan pendengaran paling besar adalah laki-laki, yakni sebanyak 56 persen, dan sisanya perempuan sebesar 44 persen.

Meski bahasa isyarat telah diciptakan untuk berkomunikasi dengan mereka, namun, tak semua orang paham dan menguasainya. Jumlah penutur bahasa isyarat di dunia juga diperkirakan hanya sekitar 4,8 juta orang. Live Transcribe hadir untuk membantu kelompok ini bisa terhubung lebih luas, terutama dengan orang-orang dengan disabilitas pendengaran.

Live Transcribe tercetus dari ide dan pengalaman pribadi Product Manager Google AI Research Group, Sagar Savla. Ayah dan neneknya mengalami gangguan pada indera pendengaran, untuk membantu kelancaran komunikasi mereka, Sagar akhirnya merancang aplikasi tersebut. Untuk diketahui, sepertiga orang usia 65 hingga 74 tahun, seperti umur nenek Sagar, kebanyakan mulai mendapat masalah pada indera pendengarannya.

“Live Transcribe ini akan sangat membantu komunikasi mereka jadi lebih baik,” kata Sagar melalui sambungan videoconference di kantor Google Indonesia, Selasa (14/5/2019).

Ia kemudian mulai menggarap rancangan Live Transcribe menggunakan data delapan juta video Youtube untuk mendeteksi perbedaan suara. Kecerdasan buatan milik Google itu bisa mengenali sekitar 527 jenis suara. Jika ia mendengar dua kata homofon, maka aplikasi tersebut akan menempatkan ‘konteks’ pada tampilan teksnya.

Mulanya, Live Transcribe sempat dipertimbangkan muncul dalam perangkat tablet dan proyektor. Tapi, seiring berjalannya riset pengembangan, Sagar memutuskan penggunaan ponsel pintar sebagai media perangkat tersebut. Tablet dan proyektor dieliminasi karena terlalu mahal dan kurang praktis sehingga tak bisa menjangkau banyak kalangan.

“Pengguna ponsel pintar sudah umum, mereka bisa pakai aplikasi ini tanpa beli perangkat baru,” ujar Sagar.

Kelebihan dan Kekurangan Live Transcribe

Tampilan Live Transcribe bisa dibilang cukup efisien dengan hanya satu layar besar penampil teks dan layar tambahan yang bisa dipakai untuk mengetik teks. Di ujung kanan terdapat lingkaran kecil berwarna biru yang berfungsi sebagai perekam. Keunggulan lain dari aplikasi ini, ia dirancang untuk menghalau suara berisik dan memilah suara utama yang akan diterjemahkan ke dalam teks.

Fiturnya sedikit lebih canggih dibanding aplikasi sejenis seperti speech to text yang hanya bisa menerjemahkan suara di tempat kondusif. Suara-suara pengganggu seperti ketukan pintu, gonggongan anjing, suara tangis bayi, dll. tak akan diterjemahkan ke moda teks dan tak bakal mengganggu proses transkripsi suara. Pada sisi kiri bawah layar Google menyematkan ikon setting untuk pengaturan mode gelap, ukuran teks, bahasa, dan getaran. Moda gelap diciptakan guna menghemat baterai pada saat aplikasi dijalankan.

“Kemungkinan aplikasi ini akan dipakai terus menerus, jadi penting dirancang supaya tidak boros daya,” jelas pria yang sebelumnya bekerja di bagian data science di Facebook ini.

Soal keamanan data, Google menjamin segala percakapan yang direkam tidak akan disimpan guna menjaga privasi pengguna. Saat suara diproses pada teknologi machine learning, Google akan menampilkannya dalam bentuk teks di ponsel lalu data suara akan langsung terhapus. Ia tak akan tersimpan di server maupun ponsel pengguna.

Dengan beragam keunggulan yang disuguhkan, Live Transcribe tak hanya memberi manfaat sebagai alat komunikasi bagi disabilitas pendengaran, tapi juga bisa digunakan oleh kelompok yang lebih umum. Live Transcribe dapat mentranskripsi suara dalam mode dua arah, sehingga bisa digunakan untuk mempermudah komunikasi, misalnya dalam video conference yang kami lakukan saat itu.

Aplikasi ini juga bisa menjadi alat bantu saat berkomunikasi dengan orang yang memiliki aksen berbeda. Terkadang aksen, intonasi, maupun kecepatan berbicara dapat mengganggu pemahaman bahasa dalam berkomunikasi. Live Transcribe dapat memecahkan semua masalah tersebut dengan daya tangkap suara yang baik dan mengolahnya dengan penggunaan tanda baca pada teks sehingga lebih mudah dipahami.

Infografik Live Transcribe

Infografik Live Transcribe. tirto.id/Quita

Live Transcribe saat ini telah tersedia dan bisa diunduh secara gratis di Play Store. Namun, dengan segudang klaim kelebihannya, Google masih terus melakukan pengembangan pada fitur Live Transcribe. Saat ini, ia masih terus hadir masih dalam bentuk open beta, dan hanya bisa digunakan pada smartphone berbasis Android versi 5.0 ke atas. Ia juga jelas tidak tersedia bagi pengguna iPhone.

“Itu pasar yang besar buat kami. Pengguna android lolipop ke atas, termasuk yang terbaru, Pie jumlahnya sudah mencakup 93 persen di dunia,” ungkap Sagar.

Selain itu, celah lain yang masih akan diperbaiki Google adalah soal penyimpanan transkrip percakapan. Saat ini, hasil percakapan belum bisa disimpan atau disalin ke perangkat lain seperti google drive maupun Microsoft Word. Namun, Sagar berjanji akan mengupayakan terwujudnya proses tersebut, meski peluang maksimal tersimpan hanya selama tiga hari saja.

Terakhir, pastikan ketika menggunakan fitur Live Trancribe, Anda sudah membeli pulsa dan menyalakan jaringan internet. Sebab aplikasi ini tidak mendukung penggunaan dalam mode offline. Bila sambungan mati, maka proses transkripsi juga akan terhenti.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Teknologi
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani