tirto.id -
Angka tersebut mencapai Rp15 miliar dari total pinjaman kredit permodalan
Rp9,73 triliun hingga Juni 2019."Enggak besar hanya 0,16. Yang terus kita bina seminggu sekali. Angkanya [kredit] lebih kecil dari NPL 2018 yang berada di kisaran 1,33 persen," jelas dia, ketika mengunjungi pengusaha UMKM yang meminjam dana permodalan di Bukittinggi, Sumatera Barat, Rabu (17/7/2019).Ia menjelaskan untuk menjaga NPL di bawah satu persen, pihaknya akan terus menjalankan kegiatan pemberdayaan dan pendampingan usaha ada.Penyebabnya, kegiatan tersebut menjadi faktor utama dalam meningkatkan loyalitas nasabah dan berpengaruh pada kualitas kredit yang telah disalurkan.Arief menjelaskan, pihaknya sudah menyalurkan pembiayaan hampir Rp9,73 triliun hingga Juni 2019. Jumlah tersebut melampui target di awal tahun yang diproyeksi hanya yang sebesar Rp4,8 triliun.Ia menjelaskan, skema peminjaman itu berasal dari program PNM Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) sebesar Rp7,7 triliun, PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) sebesar Rp1,9 triliun dan anak usaha Venture Capital Rp200 miliar."Berapa ya lebih itu. Penyaluran kreditnya mencapai Rp9,73 triliun atau melebihi dari target Rp4,8 triliun untuk posisi Juni," jelas dia.Ia menjelaskan, pencairan tersebut hampir mencapai separuh dari target 2019 yang sebesar Rp15,3 triliun. Demi mencapai target tahun ini, PNM menghitung kebutuhan pendanaan senilai Rp13,5 triliun.
Sumber pendanaan itu diproyeksi berasal dari penerbitan obligasi dan medium term notes (MTN) sebesar 60 persen serta dari pinjaman perbankan dan pemerintah sebesar 40 persen.
"Sumbernya kita terbitkan sukuk Rp2 triliun, kita terbitkan lagi Rp3 triliun, kemarin MTN Rp350 miliar, memang praktis lebih banyak dari pasar modal, agak kecil dari pinjaman pemerintah," tutur dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari