tirto.id - Korea Utara menolak pembicaraan lebih lanjut dengan Korea Selatan, menyebut keputusannya "sepenuhnya kesalahan tindakan Korea Selatan".
Melansir dari BBC, Korut mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan atas pidato Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada hari Kamis (15/8/2019).
Berpidato pada peringatan pembebasan Korea dari pendudukan Jepang, Moon bersumpah untuk menyatukan semenanjung Korea pada 2045. Yang mana dulunya Korea dibagi menjadi dua negara pada akhir Perang Dunia II.
Presiden Moon mengatakan tujuan mencapai denuklirisasi di semenanjung Korea berada pada "titik paling kritis", karena pembicaraan antara Utara dan Selatan tampaknya menemui jalan buntu.
"Semenanjung Korea yang baru, yang akan membawa perdamaian dan kemakmuran bagi dirinya sendiri, Asia timur dan dunia, menunggu kita," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Dikutip dari laman CBC, Moon dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah bertemu tiga kali sejak April tahun lalu, menjanjikan perdamaian dan kerja sama. Tetapi sedikit kemajuan telah dibuat untuk meningkatkan pembicaraan di antara mereka dan memperkuat kerja sama.
Dalam sebuah pernyataan, Korut mempertanyakan makna dialog ketika "bahkan pada saat ini, Korea Selatan melanjutkan latihan militer bersama dan berbicara tentang ekonomi damai atau rezim damai. Korea Utara tidak memiliki hak untuk melakukannya."
Dalam serangan panjang terhadap Presiden Moon, pernyataan itu melanjutkan: "Kami bahkan mempertanyakan apakah proses pemikirannya masuk akal ketika ia menyebutkan 'pembicaraan' antara Utara dan Selatan sambil memainkan skenario perang yang berencana menghancurkan sebagian besar pasukan kami dalam 90 hari.”
"Dia benar-benar orang yang tak tahu malu." Begitu akhir dari pernyataan Korea Utara terhadap Korea Selatan sebagaimana dilansir dari BBC.
Korea Utara telah menyatakan kemarahannya atas latihan militer AS-Korea Selatan yang saat ini terjadi, yang menyatakan bahwa mereka melanggar perjanjian yang dicapai dengan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Moon.
Tindakan ini menggambarkan mereka sebagai "latihan untuk perang". Dalam suratnya baru-baru ini kepada Trump, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dikatakan telah mengeluh "tentang latihan militer yang konyol dan mahal".
Kebuntuan dalam pembicaraan denuklirisasi sepenuhnya merupakan kesalahan keputusan Korea Selatan untuk mengadakan latihan, kata juru bicara reunifikasi Korut.
"Kami tidak memiliki kata-kata lagi untuk berbicara dengan para pejabat Korea Selatan," kata pejabat itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea.
Pada Jumat (16/8/2019), Korea Utara melakukan uji coba menembakkan dua rudal ke laut di lepas pantai timurnya, kata militer Korea Selatan. Ini adalah tes keenam dalam waktu kurang dari sebulan.
Kedua "proyektil tak dikenal" itu ditembakkan sekitar pukul 08.00 dan menempuh jarak 230 km (140 mil) mencapai ketinggian 30 km (18 mil), kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Serangkaian tes datang setelah Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sepakat dalam pertemuan pada Juni untuk memulai kembali perundingan denuklirisasi, yang mana Korea Utara telah menghadapi sanksi internasional untuk pengembangan senjata nuklirnya.
Penulis: Arinta Wijaya Murti
Editor: Yantina Debora