tirto.id - Gempa berkekuatan 7,3 skala richter telah mengguncang wilayah perbatasan utara antara Iran dan Irak, menewaskan lebih dari 328 orang di Iran dan tujuh orang di Irak serta melukai ribuan lainnya.
Kantor berita semi-resmi di Iran, Iranian Students News Agency (ISNA) menaikkan jumlah korban tewas menjadi 328 pada Senin (13/11/2017) pagi, setelah sebuah gempa melanda provinsi barat negara itu pada pukul 09.20 waktu setempat pada Minggu (12/11/2017).
Pejabat lokal mengatakan jumlah korban tewas akan terus meningkat saat tim pencari dan penyelamat mencapai daerah terpencil. Sementara itu, lembaga Bulan Sabit Merah Iran menyebutkan lebih dari 70.000 orang membutuhkan tempat penampungan darurat.
Provinsi yang paling parah terkena adalah Kermanshah, di mana tiga hari berkabung telah diumumkan. Lebih dari 236 orang meninggal di kota Sarpol-e Zahab, sekitar 10 mil dari perbatasan Irak.
Farhad Tajari, anggota parlemen setempat, mengatakan bahwa 15 anggota keluarganya telah terbunuh. Rumah sakit utama kota tersebut, ujarnya, mengalami kerusakan parah dan masih berjuang untuk merawat ratusan orang yang terluka.
"Sarpol-e Zahab hanya memiliki satu rumah sakit, yang hancur karena kejadian ini. Semua pasien dan staf rumah sakit terkubur di bawah reruntuhan, sehingga [rumah sakit] tidak dapat menawarkan layanan apapun, " kata Tajari kepada media setempat.
Gempa tersebut menewaskan setidaknya tujuh orang di Irak dan melukai 535 lainnya, semuanya berada di wilayah Kurdi utara, semi-regional, kata kementerian dalam negeri, sebagaimana dilaporkan The Guardian.
Gempa 7,3 SR itu berpusat 19 mil di luar kota Halabja, Irak timur, menurut pengukuran terbaru dari Survei Geologi AS. Disebutkan pula, gempa ini terjadi di kedalaman 23,2km (14,4 mil), kedalaman dangkal yang bisa memiliki kerusakan lebih luas. Besaran gempa bumi ini sendiri mampu meluas dan menyebabkan kerusakan berat.
Tim penyelamat bekerja sepanjang malam untuk menemukan orang-orang yang terjebak dalam bangunan runtuh di kota-kota yang terkena dampak gempa, yang dirasakan hingga ke barat sejauh Israel dan selatan ke Baghdad.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyampaikan belasungkawa pada Senin. Ia juga mendesak semua instansi pemerintah untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk membantu mereka yang terkena dampak.
Polisi Iran, Garda Revolusi elit, dan pasukan milisi Basij yang berafiliasi dikirim ke daerah-daerah yang terkena dampak gempa dalam semalam, demikian lapor TV pemerintah.
Sementara itu, Presiden Iran, Hassan Rouhani, telah meminta pemerintahnya untuk fokus pada pasokan bantuan.
Sejumlah besar pengguna internet di Iran mengkritik Facebook karena tidak mengaktifkan fitur Safety Check-nya.
Qasr-e-Shirin, kota lain di Kermanshah yang berfungsi sebagai pintu gerbang untuk pengiriman barang antara Iran dan Irak, juga sangat terpukul. Sedikitnya 28 orang dilaporkan terbunuh di sana, kata media ISNA.
"Masih ada orang-orang di bawah reruntuhan. Kami berharap jumlah korban yang tewas dan yang terluka tidak akan naik terlalu banyak, tapi akan meningkat," kata Wakil Gubernur Kermanshah Mojtaba Nikkerdar.
Listrik terputus di beberapa kota di Iran dan Irak. Kekhawatiran akan gempa susulan membuat ribuan orang di kedua negara keluar ke jalan dan taman dalam cuaca dingin.
Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani Fazli mengatakan beberapa jalan diblokir dan ada kekhawatiran tentang korban di desa-desa terpencil.
Di sisi Irak, kerusakan paling luas terjadi di kota Darbandikhan, 75km timur kota Sulaimaniyah di Daerah Kurdistan semi-otonom.
Lebih dari 30 orang terluka di kota tersebut, menurut Menteri Kesehatan Kurdi, Rekawt Hama Rasheed.
"Situasinya sangat kritis," kata Rasheed kepada Reuters.
Rumah sakit utama kabupaten tersebut rusak parah dan tidak memiliki kekuatan, tambahnya. Akibatnya korban luka dibawa ke Sulaimaniyah untuk perawatan. Rumah dan bangunan memiliki kerusakan struktural yang luas, kata Rasheed.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari