tirto.id - Gempa berkekuatan 7,3 SR melanda wilayah perbatasan Iran dan Irak pada Minggu (12/11/2017) waktu setempat. Korban tewas yang sebelumnya berjumlah sekitar 60 orang kini bertambah menjadi lebih dari 130 orang, kata media pemerintah.
Wakil Gubernur Provinsi Kermanshah Iran di perbatasan Irak mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa setidaknya 129 orang tewas dan diperkirakan jumlah korban akan meningkat.
"Masih ada orang-orang di bawah reruntuhan. Kami berharap jumlah korban tewas dan luka tidak akan naik terlalu banyak, tapi [mungkin] akan meningkat," kata Mojtaba Nikkerdar seperti dikutip The Guardian.
Sementara itu, tim penyelamat terus meningkatkan upaya sepanjang malam untuk menemukan orang-orang yang terjebak dalam bangunan yang roboh akibat gempa.
Paling banyak korban tewas akibat gempa berada di Kota Sarpol-e Zahab, sekitar 15 km dari perbatasan, yakni lebih dari 60 orang.
Pejabat di Irak melaporkan bahwa setidaknya enam orang telah meninggal dan 50 lainnya cedera.
Survei Geologi AS mengatakan bahwa gempa tersebut berkekuatan besar 7,3 SR, sementara seorang pejabat meteorologi Irak menempatkan besarannya pada 6,5 SR dengan pusat gempa di Penjwin di Provinsi Sulaimaniyah di wilayah Kurdistan yang dekat dengan perbatasan utama dengan Iran.
Gempa tersebut terjadi sekitar pukul 09.20 waktu setempat pada Minggu, dengan getaran hampir 350km jauhnya di Baghdad dan sejauh Turki tenggara.
Listrik terputus di beberapa kota Iran dan Irak, dan kekhawatiran akan gempa susulan membuat ribuan orang di kedua negara keluar ke jalan-jalan dan taman meski dalam cuaca dingin.
"Malam telah membuat sulit bagi helikopter untuk terbang ke daerah-daerah yang terkena dampak dan beberapa jalan juga terputus. Kami khawatir dengan desa-desa terpencil," kata Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani Fazli dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah.
Banyak rumah di daerah pedesaan di provinsi ini terbuat dari batu bata lumpur dan diketahui mudah runtuh di daerah rawan gempa.
Sementara di sisi Irak, kerusakan paling luas terjadi di Kota Darbandikhan, 75km timur kota Sulaimaniyah di wilayah semi-otonom Kurdistan, di mana walikota mengatakan kepada AFP bahwa empat orang telah meninggal dunia.
Seorang anak dan orang tua tewas di Kalar, menurut direktur rumah sakit di kota tersebut sekitar 70km selatan Darbandikhan, dan 105 orang terluka, kata AFP.
Menteri Kesehatan Kurdi Rekawt Hama Rasheed mengatakan pada Reuters bahwa situasi di Darbandikhan "sangat kritis". Rumah sakit utama di distrik itu rusak parah dan tidak memiliki daya listrik, kata Rasheed.
Karena itu, orang-orang yang terluka dibawa ke Sulaimaniyah untuk perawatan. Ada kerusakan struktural yang luas pada bangunan dan rumah.
Di Halabja, pejabat setempat mengatakan bahwa seorang anak laki-laki berusia 12 tahun meninggal karena sengatan listrik akibat kabel terputus saat gempa.
Banyak penduduk di ibu kota Irak, Baghdad, bergegas keluar dari rumah dan gedung-gedung tinggi yang panik.
"Saya sedang duduk bersama anak-anak saya untuk makan malam dan tiba-tiba bangunan itu hanya berguncang kencang," kata Majida Ameer, yang keluar dari rumahnya di ibu kota Salihiya bersama ketiga anaknya. "Awalnya saya mengira itu bom besar. Tapi kemudian saya mendengar semua orang di sekitar saya berteriak: 'Gempa bumi!' "
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari