tirto.id - Petugas gabungan dari polisi air dan udara, Kementrian Perhubungan, hingga Badan Sar Nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah hanya mengevakuasi 19 penumpang kapal Sinar Bangun hingga pagi Rabu (20/6/2018). Jumlah ini bahkan tak sampai sepuluh persen dari klaim keluarga yang merasa kehilangan anggotanya pada kecelakaan tersebut.
Perkembangan kasus ini disampaikan oleh Kabag Pensat Mabes Polri, Kombes Yusri Yunus di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Yusri menegaskan korban yang ditemukan sejumlah 19 orang dan satu orang mahasiswi meninggal dunia.
“Data yang sudah terhimpun di posko satuan KM Sinar Bangun dan sudah diklarifikasi dengan data posko Simanindo atas laporan masyarakat yang merasa kehilangan keluarganya mencapai 178 orang,” jelas Yusri.
Hingga sekarang, petugas belum menemukan manifes penumpang kapal KM Sinar Bangun. Besar kemungkinan manifes tersebut tidak ada karena pelayarannya memang terbilang ilegal. KM Sinar Bangun sendiri termasuk kapal kayu yang tidak mempunyai tiket resmi untuk penumpangnya.
“Sistemnya penumpang naik, bayar di tempat,” kata Yusri lagi.
Sementara ini, Yusri menegaskan pencarian dilakukan dengan membagi tiga zona dengan penyelaman sampai dengan kedalaman 25 meter. Namun, korban masih belum dapat ditemukan. Tiga zona tersebut adalah tempat tenggelamnya kapal, 100 meter sebelah kanan dari lokasi tenggelamnya kapal, dan 100 meter dari sebelah kiri lokasi tersebut.
Yusri menegaskan, pencarian terhalang oleh adanya cuaca buruk sebab cuaca di Danau Toba mulai berkabut saat sore. Polisi telah meningkatkan pencarian dengan menerjunkan pasukan penyelam dari Basarnas, Polairud Polda Sumatera Utara, dan juga TNI Angkatan Laut.
“Kami juga akan menggunakan alat ROV (Robot Observasi Vinekel) untuk mendeteksi kedalaman hingga 200 meter terhadap kapal/logam,” katanya lagi.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yantina Debora