Menuju konten utama

Klarifikasi Luhut Soal Video Memberi Amplop ke Kiai di Bangkalan

Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memberikan klarifikasi terkait pemberian amplop saat menjenguk KH Zubair Muntasor di Pondok Pesantren Nurul Cholil, Bangkalan, Madura.

Klarifikasi Luhut Soal Video Memberi Amplop ke Kiai di Bangkalan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengujian Kendaraan Wiyung Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (8/3/2018). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

tirto.id - Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memberikan klarifikasi terkait pemberian amplop saat menjenguk KH Zubair Muntasor di Pondok Pesantren Nurul Cholil, Bangkalan, Madura.

"Khusus mengenai kunjungan ke Bangkalan, saya sengaja menjenguk KH Zubair Muntasor yang saya dengar memiliki masalah kesehatan," ujar Luhut, dalam rilis pers kepada Tirto, Jumat (5/4/2019).

"Sebagai tamu yang dijamu dan disambut dengan hangat, saya hanya dapat membalas dengan memberi bisyaroh [tanda terima kasih] sekedarnya untuk membantu pengobatan beliau," tambahnya.

Sebelumnya, kunjungan Luhut ke Pondok Pesantren Nurul Cholil Bangkalan pada Sabtu, 30 Maret 2019 diketahui memberikan amplop kepada KH Zubair Muntasor.

Luhut menjelaskan bahwa amplop yang diberikan kepada KH Zubair tersebut untuk biaya pengobatan dan sebagai rasa terima kasih atas bingkisan yang sebelumnya diberikan.

"Saya pun lebih dulu diberi oleh-oleh berupa batik dan batu akik. Begitulah tradisi yang kami lakukan untuk menjaga tali silaturahmi," jelas Luhut.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit, Luhut menitipkan pesan agar jangan sampai ada umat atau santri yang golput pada Pemilu 2019.

"Saya menyesalkan adanya pihak-pihak yang mengatakan telah terjadi jual beli suara dalam pertemuan tersebut. Bagi saya, fitnah yang keji itu mencoreng kehormatan terutamanya KH Zubair Muntasor dan pondok pesantren yang diasuhnya," jelasnya.

Luhut juga mengimbau kepada para elite agar mengedepankan pikiran jernih ketimbang prasangka buruk, dan hati yang bersih ketimbang hati yang penuh kecurigaan.

"Ajaran hubungan dan jalinan silaturahmi yang sudah diajarkan turun temurun oleh para leluhur kita jangan dirusak oleh kepentingan sesaat para elite. Sebelum bertindak bertanyalah dan berdialoglah dengan hati nurani yang paling dalam untuk melakukan sesuatu yang terbaik," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Politik
Penulis: Maya Saputri
Editor: Agung DH