Menuju konten utama

Kisah Sipetek & Kebaikan yang Mesti Diteruskan

Sekitar 60% total PDB Indonesia didapat dari kegiatan ekonomi UMKM­­

Kisah Sipetek & Kebaikan yang Mesti Diteruskan
Ilustrasi SETC. FOTO/PT HM Sampoerna Tbk

tirto.id - Aang Permana, pemuda asal Cianjur, Jawa Barat, percaya bahwa seiring roda kehidupan berputar semangat tak boleh sekali pun padam. Ia juga meyakini kerja keras tak bakal mengkhianati hasil.

Semua hal itu telah ia buktikan sejak masa kanak. Untuk bisa sekolah, Aang harus mengandalkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) karena ayahnya terkena PHK. Ia bahkan tak mampu membeli buku. Namun, kondisi demikian tak membuatnya menyerah. Berkat ketekunannya, Aang mendapat beasiswa penuh dan berhasil lulus dari Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB dengan sederet prestasi yang mengantarkannya mendapat pekerjaan.

Tapi bekerja di sebuah perusahaan migas di Jakarta dengan gaji besar tak membuatnya bahagia. Waktunya bersama keluarga sering ia korbankan. Di saat bersamaan, Aang juga merasa ada sesuatu yang hilang karena menikmati hasil kerja kerasnya sendirian.

“Padahal apa yang saya dapatkan sejauh ini berkat bantuan banyak orang. Berkat pertolongan dan kasih sayang orang, tapi saya cuma menikmatinya sendiri. Makanya saya berpikir kok hidup saya kurang bermanfaat. Saya ingin hidup ini bukan sekadar untuk diri sendiri tapi sebanyak-banyaknya manfaat untuk orang lain,” tutur Aang, di laman Himpunan Alumni IPB. Aang kemudian memutuskan kembali ke kampung halaman dengan membawa sebuah misi.

Misinya terdengar sederhana, tetapi sungguh tak mudah diwujudkan. Pemuda kelahiran 1990 itu ingin meneruskan kebaikan yang selama ini didapatnya. Baginya, segala kebaikan yang diterima mesti diteruskan. Pay it forward. Ia merasa, jika kini bisa hidup sejahtera, orang lain juga berhak sejahtera.

Kesejahteraan untuk Semua

Sebagai staff environmental engineer, Aang kerap berkeliling Indonesia. Di banyak pantai ia menemukan beragam olahan ikan. Aang kemudian menyadari ada potensi besar yang tersimpan di Waduk Cirata, Cianjur, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu ikan petek.

Ikan jenis ini cukup mudah ditemukan di Jawa Barat, tepatnya di Waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling, serta kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum. Hanya saja, bau amis yang menyengat membuat ikan petek dianggap tak layak dikonsumsi dan lebih sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Maka, dari segi ekonomi, ikan petek masuk kategori ikan rucah (trash fish).

Alih-alih kekurangan, bau amis justru merupakan pertanda kandungan gizi ikan yang tinggi, terutama protein. Aang kemudian menguji ikan petek dari Waduk Cirata di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) di Bogor. Benar saja, tak hanya kaya protein, ikan mungil ini mengandung kalsium delapan kali lebih banyak dibandingkan susu sapi, juga kaya akan asam folat, vitamin D, zat besi, zinc, dan DHA.

Aang memulai bisnis pada 2012 dan mulai serius menekuninya sejak 2014. Sejak awal, ia merangkul nelayan Waduk Cirata dan memberdayakan ibu-ibu berusia lanjut di daerahnya untuk menggoreng ikan petek. Dari yang semula bermerek Crispy Ikan, seiring dengan inovasi yang terus dilakukan, olahan ikan itu kemudian berubah nama menjadi Sipetek Crispy Ikan.

Hanya dalam tiga tahun, distribusi Sipetek sudah sampai di kota-kota besar, mulai dari Aceh hingga Papua, juga ke sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Cina, Taiwan, dan Arab Saudi. Total agen maupun reseller mencapai lebih dari 700 orang lebih dengan keuntungan ratusan juta rupiah per bulan.

Sejumlah penghargaan juga diraih Aang berkat Sipetek, antara lain: Juara 1 Wirausaha Muda Berprestasi Tingkat Provinsi dari Dispora Jawa Barat (2017), Kick Andy Young Hero (2017), Juara 1 Wirausaha Sosial dari INOTEK Sampoerna Indonesia (2016), Runner Up IDEA FEST (2015), dan Runner Up Business StartUp Award Shell Livewire (2015).

Roda kehidupan terus berputar. Salah satu tantangan bisnis Aang adalah sulitnya mengedukasi pasar, terutama konsumen di luar Cianjur yang tak familiar dengan ikan petek. Karena itu, saat menjadi salah satu peserta SETC Expo dengan tema “New Era Entrepreneurship” di Bali akhir tahun lalu, Aang begitu antusias.

Momen emas ini ia gunakan untuk memperkenalkan Sipetek kepada masyarakat Bali sekaligus memperluas jaringan distribusi. Pemasaran Sipetek sendiri menggunakan sistem keagenan. Kesempatan langka bertemu langsung dengan para konsumen dan calon agen di SETC Expo membuat Aang terkesan. Ia bisa mengetahui respon pengunjung terhadap produknya sembari menampung masukan-masukan yang membangun.

Selain itu, para pelaku UKM seperti Aang juga diberi kesempatan untuk mengikuti seminar, workshop, hingga klinik wirausaha yang bermanfaat bagi pengembangan bisnis. Banyaknya manfaat yang didapat membuat Aang berharap tahun ini bisa kembali berpartisipasi dalam SETC Expo.

Wirausahawan Meneruskan Kebaikan

Sejak 2009, SETC Expo rutin digelar dengan agenda pameran, seminar, dan pelatihan UKM untuk mendorong pertumbuhan maupun pengembangan UKM di berbagai bidang. Mulai dari agrobisnis, teknologi kejuruan tepat guna, kuliner, batik, kerajinan, dan lainnya. Pameran ini adalah acara tahunan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), program pembinaan UKM dari PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna).

Saat menghadiri SETC Expo di Bali tahun lalu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengapresiasi kegiatan tersebut. Katanya, “Semangat ini sejalan dengan program Presiden RI yang fokus mendorong perekonomian kerakyatan melalui pemerataan kesejahteraan, karena pelaku UKM memiliki peran sangat strategis dalam mendukung program tersebut.”

Infografik Advertorial Sampoerna SIPETEK

Infografik Advertorial Sejahtera Bersama UKM. tirto.id/Mojo

Kepala Hubungan Daerah & CSR Sampoerna Ervin Laurence Pakpahan mengungkapkan, sebagai wujud dukungan terhadap pemberdayaan UKM, Sampoerna konsisten membangun kapabilitas UKM binaannya lebih dari 10 tahun. "Semangat ini dituangkan dalam payung program korporasi yaitu ‘Sampoerna Untuk Indonesia’ sebagai upaya kami dalam mendukung pemerintah guna mengakselerasi kemandirian perekonomian nasional dan daerah.”

Salah satu program Sampoerna Untuk Indonesia (SUI) adalah pemberdayaan UKM lewat 2 sektor: wirausahawan melalui SETC dan retail tradisional melalui Sampoerna Retail Community (SRC).

SETC mendukung beragam kegiatan pengembangan kewirausahaan, seperti program pemberdayaan, pendampingan, dan akses terhadap sumber daya produktif. Sejak 2007, program ini telah mendampingi sekitar 3.330 UKM dengan lokasi jangkauan program sebanyak 79 kota/kabupaten dan memberdayakan lebih dari 46.000 peserta pelatihan terpadu.

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memang langkah strategis untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, terlebih dalam soal membuka lapangan kerja. Berdasar catatan Bank Dunia, pertumbuhan jumlah wirausaha di Indonesia baru mencapai 3,3%, jauh bila dibandingkan dengan negara lain yang sudah di atas 7%.

Menurut laporan Kementerian Koperasi dan UKM RI, kegiatan ekonomi UMKM­­ memberikan kontribusi sekitar 60% terhadap total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2017, PDB Indonesia mencapai 13.600 triliun rupiah, artinya pendapatan UMKM sekitar 8.160 triliun rupiah. Meski demikian, tingkat wirausaha Indonesia justru masih ada di urutan ke-90 dari sekitar 137 negara, ini tercatat dalam Global Enterpreneurship Index 2017.

Kebaikan bukan tak perlu dibalas, tetapi akan lebih sempurna sekiranya diteruskan. Sampoerna, melalui SUI, berkomitmen membantu masyarakat Indonesia mencapai kehidupan lebih baik melalui beragam program pemberdayaan. Tugas wirausahawan seperti Aang adalah meneruskan jejaring kebaikan ini melalui usaha mandiri yang melibatkan masyarakat, sehingga semua orang bisa sama-sama sejahtera.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis