tirto.id - Jerawat tak hanya bisa muncul di wajah atau punggung. Pada beberapa kasus, jerawat juga bisa muncul di vagina.
"Jerawat vagina tidak seperti jerawat pada wajah, punggung, dada, dan ketiak, tetapi juga tidak jarang," kata Kyrin Dunston, MD, dokter bersertifikat di Signature Functional Medicine di Georgia, dilansir dari laman Prevention.
Kyrin menegaskan bahwa munculnya jerawat di vagina adalah hal yang benar-benar normal terjadi.
Jerawat vagina biasanya muncul tepatnya di area vulva bagian terluar vagina. Menyerupai bentuk jerawat pada umumnya kemerahan dan menyakitkan, diujung berwarna putih kadang juga hitam.
Secara umum jerawat di vagina terjadi karena pori-pori yang tertutup oleh kulit mati, hormon yang kurang seimbang, serta berkembangnya bakteri secara pesat ketika sedang menstruasi.
Berikut beberapa penyebab munculnya jerawat di vagina,seperti dilansir Healthline
Penyebab Munculnya Jerawat di Vagina
Kontak Dermatitis
Munculnya jerawat karena ada kontak langsung ke kulit vagina sehingga muncul reaksi iritasi.
Bisa karena busa sabun yang mengandung wewangian, tisu, lotion, tampon pembalut, kondom,obat-obatan topikal, pelumas dan lain-lain.
Sementara iritasi karena keringat, keputihan, urine, semen juga menyebabkan pembentukan jerawat.
Folikulitis
Jerawat di daerah genital juga mungkin bisa terjadi akibat infeksi folikel rambut karena bakteri.
Salah satu penyebab potensial folikulitis adalah karena aktivitas mencukur rambut kemaluan, dan saat rambut mulai tumbuh keluar dari folikel menyebabkan iritasi.
Dalam beberapa kasus, rambut tumbuh kembali ke kulit (rambut tumbuh ke dalam). Selain itu pisau cukur yang kasar juga sangat berpengaruh.
Hidradenitis suppurativa (HS)
Hidradenitis suppurativa (HS), juga disebut acne inversa merupakan penyakit kelenjar keringat yang cukup kronis. Ini menyebabkan lesi mirip jerawat di sekitar tubuh, termasuk daerah vulva.
Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan jerawat muncul di seluruh tubuh, termasuk alat kelamin. Dapat diobati dengan obat topikal atau oral.
Bolehkah Memencet Jerawat pada Vagina?
Sebaiknya jangan memencet jerawat vagina. Hal ini dapat menyebarkan bakteri dan menyebabkan infeksi.
Sebab, vagina merupakan salah satu area yang sensitif dan mudah teriritasi. Jerawat pada vagina biasanya akan bertambah besar selama beberapa hari. Saat tumbuh bisa menyakitkan dan kemungkinan akan pecah dengan sendirinya.
Saat kondisi tersebut terjadi yang perlu Anda lakukan adalah menjaga kebersihan vagina agar tidak ada bakteri yang bisa membuat infeksi pada jerawat.
Cara Mengatasi Jerawat Vagina
Jerawat yang disebabkan oleh iritasi ringan dapat hilang dengan sendirinya. Obat topikal dapat mengobati jerawat vagina yang disebabkan oleh dermatitis kontak, untuk mengobati kondisi yang cukup parah bisa menggunakan antihistamin.
Jika penyebabnya dermatitis kontak, hindari zat tertentu yang mungkin tidak cocok dengan kulit. Untuk melakukan ini, hentikan pemakaian produk yang menyentuh langsung kulit vagina.
Jerawat yang disebabkan oleh rambut yang tumbuh ke dalam biasanya hilang dengan sendirinya.
Diagnosis dan pengobatan dini untuk HS dapat mencegahnya menjadi lebih buruk. Dan perawatan tidak selalu diperlukan untuk moluskum kontagiosum. Jika tidak sembuh sendiri, hubungi dokter dan biasanya akan meresepkan obat topikal atau oral.
Jika Anda tidak yakin apa yang menyebabkan jerawat di vagina Anda, maka jangan gunakan obat yang dijual bebas dan temui dokter.
Perlukah Vajacial untuk Merawat Vulva pada Vagina?
Vajacial merupakan metode pembersihan vulva bagian terluar vagina yang ditumbuhi rambut halus.
Vajacial berfokus pada pembersihan garis selangkangan, tempat tumbuh rambut halus sekitar kemaluan, waxing, laser, uap, eksfoliasi.
Hal ini tidak dianjurkan karena dianggap tidak cukup penting, justru berisiko menyebabkan masalah kesehatan vagina seperti infeksi dan alergi.
"Exfoliant yang digunakan pada vulva sebenarnya bisa berfungsi sebagai iritasi dan memperburuk masalah," seperti diungkapkan Millheiser, assistant professor of obstetrics and gynecology di Stanford University dalam laman Allure.
Penulis: Meigitaria Sanita
Editor: Nur Hidayah Perwitasari