tirto.id - Makanan merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh. Akan tetapi, pemilihan makanan yang tidak sesuai atau tidak sengaja mengonsumsi makanan basi justru akan menimbulkan masalah, salah satunya keracunan.
Keracunan makanan disebut juga sebagai penyakit bawaan makanan. Penyakit ini dapat terjadi apabila seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit.
Makanan dapat terkontaminasi di setiap titik produksi seperti ketika proses menanam, memanen, mengolah, menyimpan, mengirim atau menyiapkan. Makanan yang tidak dimasak dengan benar juga berpotensi menimbulkan keracunan.
Gejala keracunan makanan
Gejala keracunan makanan dapat bermacam-macam tergantung pada sumber kontaminasi yang terjadi.
Seseorang yang mengalami keracunan makanan tidak selalu merasakan gejalanya secara langsung. Gejala yang muncul dapat terjadi antara satu jam bahkan hingga 28 hari.
Dilansir healthline berikut gejala yang mungkin terjadi jika seseorang mengalami keracunan makanan :
- kram perut
- diare
- muntah
- kehilangan selera makan
- demam ringan
- kelemahan
- mual
- sakit kepala
Selanjutnya, jika merasakan gejala lanjutan seperti di bawah ini, Anda harus segera mendapat perawatan dokter:
- diare bertahan lebih dari tiga hari
- demam lebih tinggi
- kesulitan berbicara
- gejala dehidrasi parah, yang mungkin termasuk mulut kering, buang air kecil sedikit atau tidak ada, dan kesulitan menjaga cairan turun
- urin berdarah
- nyeri hebat atau kram perut parah
- gejala neurologis seperti penglihatan kabur, kelemahan otot dan kesemutan di lengan
Faktor risiko keracunan makanan
Siapapun dapat terkena keracunan makanan. Akan tetapi, ternyata usia juga memengaruhi risiko keracunan makanan pada tubuh.
Selain itu, seseorang yang memiliki penyakit autoimun juga lebih berisiko terserang keracunan makanan.
Kelompok yang berisiko tinggi terkena keracunan makanan di antaranya :
- Orang tua
Seiring dengan bertambahnya usia, imunitas seseorang akan semakin lemah. Sistem kekebalan tubuh mungkin tidak merespons organisme menular secepat atau seefektif ketika masih muda.
- Perempuan hamil
Perubahan metabolisme dan sirkulasi pada perempuan hamil dapat meningkatkan risiko keracunan makanan. Selain itu, ada pula kemungkinan janin dapat ikut berisiko terkontaminasi.
- Bayi dan anak-anak
Sistem kekebalan tubuh mereka baru mulai berkembang.
- Penderita penyakit kronis
Seseorang yang memiliki kondisi kronis seperti diabetes, penyakit hati, AIDS, atau mereka yang menerima kemoterapi dan terapi radiasi untuk kanker lebih berisiko karena sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Komplikasi keracunan makanan
Komplikasi serius paling umum yang mungkin terjadi jika seseorang mengalami keracunan makanan adalah dehidrasi.
Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah dapat mengalami dehidrasi parah ketika kehilangan banyak cairan, sehingga mungkin perlu di rawat di rumah sakit dan menerima cairan intravena.
Mayoclinic menyebutkan bahwa beberapa jenis keracunan makanan dapat berpotensi komplikasi serius bagi orang-orang tertentu, ini termasuk :
- Infeksi listeria
Komplikasi keracunan makanan listeria paling parah jika terjadi pada janin. Di awal kehamilan, infeksi listeria dapat menyebabkan keguguran.
Kemudian infeksi listeria dapat menyebabkan janin yang lahir tidak terselamatkan atau kelahiran prematur.
Bayi yang selamat dari infeksi listeria dapat mengalami kerusakan neurologis jangka panjang dan perkembangan yang tertunda.
- Escherichia coli (E. coli)
Bakteri E. coli tertentu dapat menyebabkan komplikasi serius yang disebut sindrom uremik hemolitik.
Sindrom ini merusak lapisan pembuluh darah kecil di ginjal hingga dapat menyebabkan gagal ginjal.
Orang tua, anak-anak di bawah lima tahun dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi ini.
Penulis: Nirmala Eka Maharani
Editor: Nur Hidayah Perwitasari