tirto.id - Semakin padatnya arus lalu lintas di Yogyakarta ternyata membawa dampak kerugian yang cukup masif. Terakhir, berdasarkan hitungan Partai Demokrasi Indonesia (PDi) Perjuangan, potensi kerugian akibat tingginya tingkat kemacetan di Kota Yogyakarta dapat mencapai Rp50 juta per hari.
"Hitungan kami, kerugian akibat kemacetan di Kota Yogyakarta dalam lima tahun mencapai Rp90 miliar," kata Ketua DPD PDI-P Daerah Istimewa Yogyakarta, Bambang Praswanto di Yogyakarta, Selasa (11/10/2016), seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Ia menjelaskan, angka Rp 90 miliar itu didapat dari hitungan potensi kerugian Rp50 juta per hari dikalikan dengan total kerugian sebulan mencapai Rp1,5 miliar, lalu dijumlah selama setahun menjadi Rp18 miliar, kemudian dikalikan lima.
Perkiraan kerugian tersebut, lanjutnya, berasal dari kerugian yang dialami masyarakat karena harus mengalami kemacetan, sehingga beberapa diantaranya harus kehilangan kesempatan mendapatkan pendapatan akibat tidak bisa tiba tepat waktu.
Potensi kerugian karena kemacetan itu, kata Bambang, mempunyai dampak multi, sebab karena kemacetan yang terjadi di jalanan mengakibatkan seseorang yang harusnya dapat suatu proyek akhirnya harus merugi karena proyeknya hilang. "Sebab kesempatan yang ada pada sektor perekonomian, selalu membutuhkan waktu yang sangat fleksibel. Dan kemacetan lalu lintas acapkali menjadi musuhnya perekonomian," papar Bambang.
Lebih jauh, ujar dia, pembangunan hotel yang terjadi di luar dugaan pemerintah Kota Yogyakarta, ikut menambah keruwetan lalu lintas hingga berakibat pada meningkatnya kemacetan di Yogyakarta.
"Sebab, banyak hotel dan penginapan di Yogyakarta tidak menyediakan fasilitas parkir memadai. Akibatnya, badan jalan sering digunakan untuk hal-hal yang bukan peruntukkannya. Maka jadilah kemacetan semakin tinggi," jelas dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Wirawan Hario Yudho mengatakan, sudah saatnya pemerintah kota Yogyakarta mulai memikirkan pembangunan transportasi massal non-jalan raya mengingat tingkat kemacetan di Kota Gudeg tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.
Wirawan mengaku khawatir, jika pembangunan transportasi massal berbasis non jalan tidak segera dilakukan, maka akan terjadi kemacetan lalu lintas parah di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu lima tahun mendatang. "Kendaraan di jalan tidak bisa bergerak," katanya
Pada tahun lalu, pertumbuhan kendaraan pribadi di Kota Yogyakarta khususnya sepeda motor dan mobil mencapai tujuh hingga 10 persen. Angka tersebut diperkirakan bisa meningkat pada tahun ini.
"Antrean pembelian unit kendaraan di diler-diler sangat padat. Masyarakat pun sangat mudah memperoleh kendaraan yang diinginkan. Ini yang membuat pertumbuhan kendaraan bisa semakin tinggi. Padahal kapasitas jalan yang ada tetap," katanya.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara