Menuju konten utama

Kerahkan PAN & UMS, Hanum dan Rangga Tetap Keok Lawan Film Ahok

film Hanura tetap kalah dengan biopik Ahok meski PAN dan UMS telah mengerahkan massa untuk menontonnya.

Kerahkan PAN & UMS, Hanum dan Rangga Tetap Keok Lawan Film Ahok
Poster film A Man Called Ahok dan film Hanum dan Rangga. INSTAGRAM/@amancalledahok dan @filmhanumrangga

tirto.id - Film Hanum & Rangga: Faith and The City (selanjutnya disebut Hanura) ramai diperbincangkan. 'Hanum Salsabiela Rais' jadi salah satu kata kunci yang paling sering dicari di Google Trends. Sesuai data Filmindonesia.or.idpada Senin (12/11/2018) pukul 15.04, Hanura telah meraih 201.378 penonton.

Di balik jumlah tersebut, ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang menginstruksikan kader menonton film. Begitu juga Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Rektor kampus langsung memberikan instruksi serupa.

Instruksi kepada kader PAN muncul dari Sekjen Eddy Soeparno dan Wakil Ketua Umum Viva Yoya Mauladi. Surat bernomor PAN/WKU-SJ/172/XI/2018 menjelaskan dengan terang alasan pengerahan kader menonton film itu. “Karya dari putri saudaraku M. Amien Rais (ketua dewan kehormatan DPP PAN).”

Selain itu, film Hanura diklaim, “memperkaya wawasan kebangsaan.” Maka dari itu semua kader PAN harus menjadi koordinator dan memfasilitasi nonton bareng film Hanura bersama konstituen. Setiap koordinator itu diharapkan memesan satu atau dua studio Bioskop XXI di kotanya masing-masing. Meski bukan hanya XXI, CGV Cinemas juga menayangkan film Hanura.

Surat tertanggal 2 November 2018 itu juga meminta kader PAN menghadirkan awak media agar pemberitaan menjadi luas dan masif. Sedangkan tujuan dari semua perintah itu: menciptakan gaung nasional atas film karya anak bangsa yang bernuansa Islami dan memberikan teladan dalam membina keluarga muda.

Ketika dikonfirmasi, Viva Yoga membenarkan surat instruksi itu. Namun ia enggan memberitahu apa sanksi bagi kader PAN jika tak mentaatinya.

“Menjadi produser film dibutuhkan kapasitas, pemahaman kondisi sosial budaya, dan intelektualitas. Mbak Hanum memiliki hal itu,” kata Viva kepada reporter Tirto, Senin (12/11/2018).

Dari sini terlihat bahwa Viva sekalipun tidak mengetahui peran Hanum Rais dalam film tersebut. Produser film Hanura bukan Hanum Rais sendiri, melainkan Manoj Punjabi yang sudah berkali-kali menakhodai pembuatan film religi.

Reporter Tirto mencoba menghubungi Manoj Punjabi pada 12.50. Namun meski sudah membuka chat di aplikasi WhatsApp, ia tidak merespon. Begitu pun saat dihubungi via telepon pukul 13.36.

Dia baru merespon pada pukul 16.14. Saat itu dia mengarahkan Tirto ke pria bernama Victor yang merupakan Marketing dan PR Manager MD Pictures. Namun Victor hanya menjawab: “hal tersebut [strategi pemasaran] di luar wilayah saya untuk menjawab.”

Dalih Kisah Warga Muhammadiyah

Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) juga mengerahkan mahasiswa dan pegawai kampusnya untuk menonton film Hanura. Ini bermula dari surat Hanum Rais yang dikirim kepada Rektor UMS Sofyan Anif pada 24 Oktober 2018.

“Kiranya bapak berkenan memfasilitasi ajakan ini untuk mendukung film nasional yang positif dan bernilai dakwah,” tulis Hanum Rais dalam surat itu.

Surat tersebut diteruskan pada humas UMS untuk ditindaklanjuti. Setelahnya, Twitter dan Instagram resmi kampus tersebut mengunggah mengimbau menonton film Hanura. Hari ini unggahan itu telah dihapus.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bagian Humas UMS Budi Santoso membenarkan kampus UMS memang memberikan imbauan kepada civitas untuk menonton film itu. Alasannya film Hanura dirasa bagus dan merupakan kisah dari warga Muhammadiyah.

“Imbauan ini bukan sesuatu yang diwajibkan. Kami enggak booking gedung bioskop. Jadi diserahkan ke pribadi masing-masing, silakan kalau ada yang nonton, enggak ada unsur paksaan,” tegas Budi kepada reporter Tirto.

Budi sendiri belum menonton film itu karena tidak ada waktu. Rencananya dalam waktu dekat, ia akan mengajak putri dan anaknya menonton film Hanura. Akan tetapi bukan untuk melampaui jumlah penonton film A Man Called Ahok.

“Kalau ada kesempatan saya lihat juga [A Man Called Ahok] untuk perbandingan itu, kan,” ucapnya lagi.

Infografik Misbar Hanum & Rangga

Produser Film Ahok tak Merasa Tersaingi

Film Hanura dirilis pada hari yang sama dengan film A Man Called Ahok, Kamis (8/11). Film yang menceritakan kisah mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu kini meraih 587.747 penonton.

Dengan demikian, meski telah melakukan pengerahan massa, tapi film Hanura tetap saja kalah dari film Ahok.

Produser film A Man Called Ahok, Reza Hidayat tak mau ambil pusing terkait persaingan dengan film Hanura. Dia bahkan tak mempermasalahkan pola promosi film Hanura, buy one get one.

“Kami sejak awal memang tidak menggunakan cara promosi seperti itu. Bukan karena apa, tapi bujet kami, kan, terbatas. Kami berpikir dengan bujet sekian akan lebih baik promosi dengan nonton bareng, meet and greet, dan juga lewat media sosial,” kata Reza kepada reporter Tirto.

Reza menganggap filmnya lebih bisa tahan lama tayang di bioskop. Menurutnya saingan filmnya bukan hanya Hanura, akan tetapi Suzanna juga.

“Jadi semua itu saingan kami. Global, lah. Kemarin juga ada Bohemian Rhapsody dan A Star is Born. Itu semua biopik semua,” tegasnya.

Meski tak bisa merinci berapa jumlah penonton hingga hari ini, tetapi Reza mengklaim manajemen film akan merilis jumlahnya secara resmi di akun Instagram resmi @amancalledahok dalam waktu dekat. Keterlambatan perhitungan ini karena banyak bioskop kecil yang juga ikut menayangkan film ini.

“Yang jelas dari jumlah penayangan meningkat. Awal kalau nggak salah hari pertama itu sudah 173 layar. Hari kedua kurang lebih di 259. Nah yang Sabtu-Minggu ini kita yang datanya agak terlambat. Tapi per hari ini kita cek sudah 410 layar,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait A MAN CALLED AHOK atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Film
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dieqy Hasbi Widhana