tirto.id - Berita duka kembali datang dari tanah air, Maura Magnalia Madyaratri (27) putri dari aktor senior Indonesia Nurul Arifin meninggal dunia pada Selasa (25/1/2022) sekitar pukul 05.37 WIB. Diketahui, penyebab meninggalnya Maura Magnalia adalah karena henti jantung (sudden cardiac arrest)
Dalam dunia kesehatan, situs web Mayo Clinic menyebutkan, henti jantung mendadak adalah hilangnya fungsi jantung, pernapasan, dan kesadaran secara tiba-tiba.
Kondisi ini biasanya diakibatkan oleh masalah pada sistem kelistrikan pada jantung yang mengganggu tindakan pemompaan jantung dan menghentikan aliran darah ke tubuh.
Henti jantung mendadak tidak sama dengan serangan jantung. Henti jantung mendadak terjadi ketika aliran darah ke bagian jantung tersumbat.
Namun, yang perlu diwaspadai adalah serangan jantung terkadang dapat memicu gangguan listrik yang menyebabkan henti jantung mendadak.
Jika tidak segera diobati, henti jantung mendadak dapat menyebabkan kematian. Orang yang kena henti jantung mendadak masih bisa tertolong dengan perawatan medis yang cepat dan tepat.
Resusitasi jantung paru (RJP), menggunakan defibrilator atau bahkan hanya memberikan kompresi ke dada dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup seseorang sampai tenaga medis tiba.
Penyebab Henti Jantung Mendadak
Dilansir dari situs Cleveland Clinic, sebagian besar kematian henti jantung mendadak disebabkan oleh detak jantung abnormal yang disebut aritmia. Aritmia yang paling umum mengancam jiwa adalah fibrilasi ventrikel yang merupakan penembakan impuls yang tidak teratur dari ventrikel (ruang bawah jantung).
Ketika ini terjadi, jantung tidak dapat memompa darah dan kematian akan terjadi dalam beberapa menit apabila tidak segera mendapatkan penanganan.
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung mendadak, dua faktor risiko utama meliputi:
- Adanya serangan jantung sebelumnya (75 persen kasus henti jantung mendadak sangat berkaitan dengan serangan jantung sebelumnya). Dalam hal ini resiko serangan jantung mendadak seseorang lebih tinggi selama enam bulan pertama setelah adanya serangan jantung.
- Penyakit arteri koroner (80 persen kasus henti jantung mendadak terkait dengan penyakit ini). Faktor risiko penyakit arteri koroner termasuk merokok, riwayat keluarga penyakit kardiovaskular, kolesterol tinggi atau kondisi jantung yang membesar.
- Pernah serangan jantung mendadak sebelumnya.
- Adanya riwayat keluarga dengan serangan jantung mendadak.
- Riwayat pribadi atau keluarga dari ritme jantung abnormal tertentu, termasuk sindrom long QT, sindrom Wolff-Parkinson-White, atau detak jantung yang sangat rendah.
- Takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel setelah serangan jantung.
- Riwayat kelainan jantung bawaan atau kelainan pembuluh darah.
- Riwayat sinkop (pingsan dengan penyebab yang tidak diketahui).
- Gagal jantung, yaitu suatu kondisi di mana daya pemompaan jantung lebih lemah dari biasanya. Pasien dengan gagal jantung 6 sampai 9 kali lebih mungkin mengalami aritmia ventrikel dibandingkan populasi umum yang dapat menyebabkan serangan jantung mendadak.
- Kardiomiopati dilatasi (penyebab serangan jantung mendadak pada sekitar 10 persen kasus). Hal ini terjadi karena adanya penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah karena ventrikel kiri yang membesar (melebar) dan melemah.
- Kardiomiopati hipertrofik, yaitu menebalnya otot jantung terutama yang dapat mempengaruhi ventrikel
- Perubahan signifikan dalam kadar kalium dan magnesium dalam darah ( dapat terjadi karena penggunaan diuretik), bahkan jika tidak ada penyakit jantung organik.
- Kegemukan.
- Diabetes.
- Penyalahgunaan narkoba.
- Mengkonsumsi obat-obatan yang “pro-aritmia” dapat meningkatkan risiko aritmia yang mengancam jiwa
- Kematian jantung mendadak jarang terjadi pada atlet, tetapi ketika itu terjadi, sering kali membuat kita shock dan tidak percaya.
Penulis: Anisa Wakidah
Editor: Dipna Videlia Putsanra