Menuju konten utama

Kemenko Maritim Sebut Blok Masela Rugi Bila Jual LNG Saja

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) menilai Indonesia akan mengalami kerugian apabila gas dari Ladang Gas Abadi di Blok Masela, Laut Arafura, Maluku dijual dalam bentuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) ke Jepang atau Cina. Kemenko Maritim menyebut jauh lebih menguntungkan bila gas tersebut masuk ke industri petrokimia.

Kemenko Maritim Sebut Blok Masela Rugi Bila Jual LNG Saja
Kapal pengangkut LNG. foto/shutterstock

tirto.id - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) menilai Indonesia akan mengalami kerugian apabila gas dari Ladang Gas Abadi di Blok Masela, Laut Arafura, Maluku dijual dalam bentuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) ke Jepang atau Cina. Kemenko Maritim menyebut jauh lebih menguntungkan bila gas tersebut masuk ke industri petrokimia.

"Kita jual LNG ke Jepang, Tiongkok (Cina), itu jual murah. Padahal untuk ubah gas jadi LNG itu butuh biaya besar. Jadi kita rugi kalau hanya bikin LNG," kata Tenaga Ahli Menteri Bidang Kebijakan Energi Kemenko Kemaritiman Abdulrachim dalam diskusi migas di Jakarta, Jumat (11/3/2016).

Abdulrachim mengatakan LNG merupakan bentuk gas yang dicairkan agar lebih mudah ditransportasikan ke tempat lain. Untuk menjadi LNG, kata Abdulrachim, gas diproses sedemikian rupa dengan instalasi yang rumit berupa pendinginan hingga minus 150 hingga minus 160 derajat celcius. Proses pendinginan itu membuat gas menjadi cair dan volumenya menyusut hingga seperenam kali gas, sehingga mudah dibawa.

"Jepang misalnya, adalah negara yang miskin energi. Dia perlu gas, tapi kalau dalam bentuk gas, bawanya susah. Makanya perlu diubah jadi LNG dan sudah sampai di sana diubah lagi jadi gas," tambahnya.

LNG yang diubah Jepang, menurut Abdulrachim, nantinya akan masuk industri petrokimia yang menjadi bahan baku berbagai macam produk seperti amonia, methanol hingga plastik.

"Bahkan di satu mobil saja, 40 persennya merupakan produk turunan gas dan petrokimia. Dan sekarang kita masih impor plastik hingga Rp 100 triliun," ujarnya.

Abdulrachim menambahkan, LNG sebagai bahan baku energi tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi kecuali jika masuk ke industri petrokimia.

"Gas itu lebih besar manfaat ekonominya di petrokimia, karena memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibanding jual LNG. Makanya kita rugi kalau hanya bikin LNG," tutupnya.

Baca juga artikel terkait BLOK MASELA atau tulisan lainnya

Reporter: Agung DH